Chapter 1 (Note)

6.8K 426 33
                                    

Light on Me

Genre : Romance, and Tragedy

Pair : NamJin, and slight YoonMin

Rate : M

Warning : Explicit, Smut and Character Death

Disclaimer : The characters are not mine. I have not own anything except this story and idea.

Light on Me

Kaki tak beralas itu melangkah diantara hamparan salju yang mulai mencair, namun ia tak sedikit 'pun merasa kedinginan dan menggigil. Butiran-butiran es yang perlahan menjadi air jernih mengalir diantara langkahnya tidak membuat sepasang kaki itu gemetar. Meskipun kawanan Hakyeon telah tiada, Namjoon dan yang lainnya harus tetap waspada, masih ada bahaya yang mengancam di luar sana. Pasca kejadian kelam yang hampir membuat mereka kehilangan Seokjin, Namjoon memperketat penjagaan dan memperluas wilayah untuk mereka melacak keberadaan suatu ancaman, mencari-kalau ada musuh lain yang datang tanpa mereka duga.

Butuh waktu lama untuk meyakinkan masyarakat, yang merupakan manusia, agar mereka percaya bahwa Namjoon dan yang lain ada di pihak mereka, tetapi Seokjin dan Jimin yang dulunya memang seorang manusia, perlahan-lahan mencoba meyakinkan mereka dan berani bersaksi bahwa werewolf yang tinggal di sekitar mereka telah menolong Seokjin dan Jimin dengan mengorbankan nyawa, dan manusia yang menjadi masyarakat disekitar wilayah itu berhasil diyakinkan meskipun tidak semuanya, karena beberapa dari mereka memilih untuk pergi meninggalkan desa itu.

Dan sekarang, semua berjalan layaknya 14 tahun sebelum kejadian mengenaskan itu terjadi, werewolf dan manusia kembali hidup berdampingan, mereka menunjuk seorang pemuda bernama Yeonjun untuk menjadi perwakilan dari pihak manusia, karena sesuai dengan perjanjian yang tertera dalam adat-istiadat mereka, hanya satu orang manusia yang ditunjuk sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau 'pun meminta bantuan.

Dan disini 'lah Jimin, berjalan menyusuri tumpukan salu, menuju ke sebuah desa, tempat para manusia tinggal. Tidak banyak dari mereka yang berdomisili disana, hanya beberapa, karena sebagian besar orang telah merantau atau pindah ke kota-kota besar mencari peruntungan lain.

"Tuan Jimin, selamat datang." Jimin melihat seorang pemuda tinggi melambaikan tangannya dibawah lampu minyak yang berpijar terang, dan dirinya segera menghampiri Yeonjun, "Bisa 'kah kau tidak memanggilku dengan sebutan 'tuan'?" Jimin memandang risih padanya, mereka berdua berjalan beriringan ke sebuah bangunan khusus layaknya kuil yang terbengkalai, Yeonjun menanggapi, "Kata tetua aku harus memanggil kalian dengan sopan, dan harus bertinggkah dengan penuh rasa hormat." Yeonjun tersenyum padanya, Jimin mendengus seraya bergumam, "Ya, kau memang memanggil kami dengan sopan, tapi tingkahmu tidak menunjukkan rasa hormat sama sekali." Yeonjun mengabaikannya, ia mengeratkan jaket berbahan parasut yang ia kenakan lalu bicara, "Maafkan aku karena mendadak memintamu datang kemari."

"Kenapa tidak langsung bicara saja ditelpon tadi? Sekarang semua sudah praktis, berbeda dengan 14 tahun lalu." Rumah Seokjin kini berubah menjadi rumah mereka yang baru, jika dahulu perwakilan manusia dan werewolf bertemu disebuah tempat yang dirahasiakan, sekarang, jika mereka hendak hidup berdampingan dengan manusia, mereka harus mengikuti arus perkembangan dari hidup mereka, seperti memakai benda dengan teknologi yang selalu manusia pakai untuk memenuhi kebutuhan, layaknya telepon atau alat yang bisa membuat mereka 'tahu apa saja' seperti internet, setidaknya, itu 'lah yang Seokjin utarakan pada Namjoon dan yang lain.

Light on MeWhere stories live. Discover now