Chapter 2 (Old Friends)

2.7K 320 27
                                    

"Nama pendeta itu adalah Jung Jinyoung."

Nama yang terdengar asing namun begitu familiar, seingat Namjoon, dahulu ada seorang pendeta dan beberapa muridnya yang melakukan 'pengusiran' disini, tapi itu sudah lama sekali, saat ayah dari kakek buyut Namjoon masih memperjuangkan evolusi dari hidup mereka yang dahulu bergerombol secara nomaden, hingga akhirnya mencari tempat berlindung yang baru dan 'bersih' dari pemburuan dan pengusiran yang menyebabkan anggota kawanan mereka terbunuh.

Dalam waktu kurang dari 48 jam, pendeta itu akan datang, Namjoon harap marga Jung yang tersemat pada nama belakang pendeta itu hanya kebetulan saja sama dengan pendeta yang sempat melakukan 'pengusiran' dahulu. Namun, dirinya sudah memikirkan dengan matang segala kemungkinan yang ada hingga yang terburuk, ia tidak akan menempatkan anggota kawanannya ke dalam bahaya, untuk itu, selama pendeta itu tinggal disini, Namjoon akan menutup jejak, mereka akan tinggal jauh di dalam hutan yang dulu adalah teritori Hakyeon dan kawanannya yang sekarang menjadi milik mereka.

"Aku tidak mau pindah." Jungkook menopang dagunya pada tangannya yang menyilang di atas meja, ia menghembuskan nafas dengan berat seolah dirinya tengah terbebani, Taehyung yang ada disampingnya mengacak lembut surai kehitaman Jungkook yang terus menggumamkan kalimat protes yang hanya bisa didengar olehnya.

"Hanya untuk sementara Jungkook-ah." Hoseok menutup lembaran buku yang sudah sejak tadi ia baca, wajahnya memancarkan kehangatan layaknya mentari pagi, Jungkook tersenyum dibuatnya, jika Hoseok bilang begitu, ia akan mencoba bersabar, ia percaya pada semua hyung-nya. Lagi pula, mungkin ia dan Taehyung bisa diam-diam datang kesini lagi kalau mereka mau.

Di lain sisi Yoongi sedang berbincang dengan Jimin, tangan mereka saling bertaut dalam sebuah genggaman. Setelah selesai mendebatkan hal kecil, mereka akan kembali berbaikan dan menggenggam tangan mate-nya, kadang, Hoseok dan Taehyung meledek mereka berdua karena hal tersebut.

"Kau tidak bisa pergi sendirian, akan terlalu berbahaya." Yoongi berucap lembut pada mate-nya, dan Jimin akhirnya menjawab dengan anggukan setelah aksi mogok bicara dengan Yoongi berhenti karena ia tak tega mendiamkannya terlalu lama, Jimin mencoba mengerti, tindakan Yoongi yang melarangnya untuk memantau kedatangan pendeta itu sendirian adalah demi kebaikannya juga. Tidak hanya Yoongi yang melarangnya, tapi Namjoon, selaku alpha mereka juga bertindak hal yang sama. Jimin tak bisa meneruskan niatnya.

"Kita percayakan semuanya pada Yeonjun, ia akan segera mengirim pesan." Jelas Yoongi sekali lagi, ia berusaha membuat Jimin mengerti.

"Aku mengerti."

"Seokjin hyung?" Seokjin yang sejak tadi diam saja di pojok ruangan menoleh ke arah Taehyung yang memanggilnya, ia tak bicara sepatah kata dan hanya menatap werewolf muda itu dalam diam. "Kau baik-baik saja?" Pertanyaan Taehyung membuat semua yang ada disana menoleh padanya, peluh yang samar mulai membasahi keningnya, beberapa saat yang lalu ia baru kembali dari latihannya bersama Yoongi, dan sejak saat itu ia terus duduk diam disana.

"Jinseok? Apa ada yang sakit?" Namjoon segera menghampirinya, jika ada sesuatu yang salah pada Seokjin-nya, ia akan langsung mengetahuinya, tapi mate-nya itu terlihat baik-baik saja, "Kenapa kau diam saja?" Seokjin memang terlihat sehat, tapi hal itu tak memungkiri rasa khawatirnya karena mate-nya itu nampak tengah menyembunyikan sesuatu.

"Aku," Seokjin menunduk, kemudian ia mendongak kembali. Namjoon menunggu jawaban darinya, ia membelai lembut pipi Seokjin dan saat dirinya semakin dekat, Namjoon baru tahu bahwa sedari tadi, Seokjin selalu menggenggam perutnya yang menurutnya terlihat agak lebih besar. "Namjoon, jangan marah 'ya?" Ucap Seokjin dengan nada bicara seolah ia sedang merajuk, Namjoon yang kebingungan pada awalnya akhirnya mengangguk dan tersenyum tulus, lagi pula apa 'pun alasannya, ia tak akan bisa marah pada kekasih hatinya ini.

Light on MeWhere stories live. Discover now