Chapter 7 (Promise)

1.6K 228 83
                                    

Taehyung berlari sendirian menerobos hutan, ia berusaha mengejar cahaya, dan terus melintasi ilalang. Nafasnya memburu tak berirama, sesekali menoleh ke belakang dengan wajah penuh kerisauan. Taehyung ketakutan. Rambut kecoklatannya lusuh ternoda tanah, bibirnya pucat dan wajahnya penuh tanda kebiruan, lebam serta darah yang masih belum mengering sepenuhnya kian perih saat ia berlari semakin kencang, menabrak ranting dan rumput tajam.

'Kumohon, kumohon..' Jerit Taehyung dalam batinnya.

Detak jantung Taehyung terpacu kian cepat, kala ia mendengar suara geraman mendekat, kakinya kian kebas karena berlari tiada henti untuk melepaskan diri dari jeratan maut yang tengah mengejarnya. Ia diburu.

Bulan nampak tak biasa, warnanya kemerahan dengan bulatan sempurna, seolah siap untuk bersaksi akan kematian yang menjemputnya sebentar lagi. Taehyung mengerti, sekeras apa 'pun ia berusaha melarikan diri, ia tak akan bisa lari dan bersembunyi. Maut telah menandainya, maut telah mengikutinya, dan maut telah siap menjemputnya.

Di malam mencekam itu ia sendirian.

"Akh!" Erang Taehyung saat ia jatuh terjerembab, sesuatu yang tajam, panas, dan menyakitkan menembus kakinya. Perih yang tak tertahankan membuat kedua mata Taehyung berkedut menahan sakit, ia berhenti berlari seketika, namun dirinya tak menyerah, dan memilih untuk merangkak, kedua tangannya menjambak rumput basah di bawahnya, ia menangis sejadi-jadinya.

Maut semakin dekat dengan Taehyung, dan menyeringai padanya, bersiap untuk menerkam dan merenggut hidup buruannya, meninggalkan tubuh dingin tak bernyawa dalam satu tarikan dari pelatuk di senapan miliknya, timah panasnya telah berhasil melukai kaki werewolf yang tak berdaya di hadapannya, dan sesegera mungkin, benda dalam genggamannya itu akan segera menembus jantung buruannya.

"Jungkook-ah.." Panggil Taehyung dalam bisikan lirihnya, sebagai kata terakhir sebelum maut meledakan dada kirinya.

"Tae..HYUNG!" Jungkook terbangun seketika, wajahnya pucat pasi, dan peluh mengalir di pelipis hingga dagunya.

Jimin yang tertidur di sebelahnya turut terbangun mendengar jeritannya, dengan raut wajah yang menunjukkan bahwa ia terganggu. Jimin memutuskan untuk bertanya dengan suaranya yang serak, "Ada apa Jungkook?"

Jungkook tak menjawab, linangan air mata mengalir deras di pipinya, bibirnya bergetar, menggumamkan nama yang baru saja ia serukan dengan lantang, "Hng? Jungkook?" Sebuah suara menyadarkannya, Jungkook menoleh dan mendapati Taehyung tengah menatapnya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Jantung Jungkook yang semula berdebar tak karuan, kini kian pelan dan stabil, namun linangan air mata tetap mengalir membasahi wajahnya.

"H-hei!" Jimin berseru, ia panik saat melihat tangis pada wajah Jungkook, ia menoleh pada Taehyung yang tertidur sedikit lebih jauh dari mereka, sebelum akhirnya kembali menatap wajah Jungkook dan bertanya, "Kenapa, Jungkook? Kau mimpi buruk?"

"Jungkook mimpi buruk?" Kedua mata Taehyung belum terbuka sepenuhnya, wajahnya yang sedikit bengkak karena baru saja terbangun, tetapi pendengarannya yang terlalu tajam dapat mendengar bisikan Jimin, ia 'pun ikut bertanya.

Jungkook menunduk, sebelah tangannya ia tempatkan di dadanya sendiri, perlahan ia menjawab, "Aku.. mimpi buruk sekali." Akunya, ia berhenti terisak namun raut ketakutan masih terpatri di wajahnya, "Ada yang memburu dan... membunuh Taehyung hyung."

"Hah?" Jimin yang semula memandang Jungkook dengan pandangan khawatir, mengalihkan pandangannya pada Taehyung lagi, yang membalas pandangannya seraya menautkan kedua alisnya, "Jungkook, itu hanya mimpi." Jimin menanggapi, seraya menepuk pelan bahu pria yang lebih muda darinya itu.

Light on MeWhere stories live. Discover now