Double Ar | 7

132 7 0
                                    

⛅⛅⛅

Arka beberapa kali melihat pergerakan Arsya dari kaca yang ada diatas kepalanya kemudian mengarahkan lagi pandangan ke arah jalanan untuk memastikan mereka selamat dalam perjalanan menuju tempat yang mereka tuju.

Gadis itu tak mengucapkan satu patah kata pun, setelah memberitahu Arka alamat yang dituju dengan tulisan yang ada ditulis di handphone nya, bahkan gadis itu duduk di pojok kursi menumpang, menutup wajahnya dengan tangan dan mengalihkan pandangan keluar jendela.

Sejujurnya, melihat ekspresi dan kelakuan Arsya yang seperti itu cukup membuat perut Arka merasa geli dan sangat ingin tertawa. Namun, jelas ia tahan sebisa mungkin karena takutnya akan membuat gadis itu semakin merasa terpojokkan.

"Mau tetep didalem?"tanya Arka dengan nada herannya, nada dengan kehidupan pertama yang Arsya dengar namun tak begitu ditanggapi nya.

Arsya langsung mengarahkan tangannya ke cantelan pintu, namun segera di kunci kembali oleh Arka membuat Arsya melotot dengan sebal. "Buka Arka!"protesnya dengan nada sebal.

Arka melihat kembali pada Arsya melalui spion nya, kali ini dengan terang-terangan, "akhirnya lo ngomong juga ke gw. Kenapa sih?"tanya Arka dengan nada ringannya.

"Kenapa? Lo nanya kenapa?!"tanya Arsya dengan nada sebalnya, kemudian menatap sebal punggung Arka yang ada didepannya.

Arka mengarahkan pandangan bingungnya kepada Arsya, membuat Arsya mendengus sebal dengan begitu keras kemudian mengembungkan lagi pipinya dengan wajah yang memerah.

"Menurut lo? Gw nggak harus malu, setelah kejadian tadi? Sumpah, gw pengen pulang aja. Mbak itu kamvret banget sih nggak bisa pake kode kek, harus banget ditagih didepen lo apa, dipikirnya gw nggak punya muka. Ish, gw pengen lupa ingatan aja."timpal Arsya dengan satu kali tarikan nafasnya, dan menarik nafas pelan setelah berucap secepat itu.

Arka terkekeh pelan, "jadi lo malu sama gw. Santai, gw nggak papa kok jalan sama orang yang malu-maluin gw. Ayo turun, tapi lo harus bersikap biasa, atau gw nggak bakal ngelupain kejadian hari ini."jawab Arka dengan santai sembari membuka kuncian otomatisnya.

Arsya menghembuskan nafas nya kasar, kemudian turun dari mobilnya. Mencoba menarik nafasnya berulang kali agar mendapatkan ketenangan dan bisa melupakan kejadian memalukan tadi seperti yang Arka lakukan.

Arka terkekeh pelan, melihat Arsya masih berdiri dengan kaku di depan pintu penumpang yang ada dibelakang. Kemudian, Arka menarik pelan pipi gadis itu. "Ayo, ini kemana?"tanya Arka membuat Arsya menoleh dan melangkahkan kakinya bersamaan dengan Arka.

Arsya tak bisa menyembunyikan semburat merah muda yang tercipta di pipinya karena perlakuan dan mengingat apa yang diucapkan Arka saat didalam mobil tadi.

Setelah merangkai ingatannya, itu adalah perkataan panjang pertama yang Arka perdengarkan untuknya, juga nada dengan penuh ekspresi dan wajahnya juga yang ditunjukkan agak lugas.

"Loh, nak Arsya?"tanya seorang perempuan yang sudah berumuran kepala empat dengan senyuman sumringah yang menyambut kedatangan Arsya.

Arsya merentangkan tangannya, kemudian memeluk beliau dengan begitu hangatnya selama beberapa menit. "Buk kenalin, ini temen Arsya, namanya Arka."beritahu Arsya setelah melepaskan pelukan dan memperlihatkan badan Arka dengan lebih jelas.

Arka memajukan badannya, kemudian menyalami beliau dengan senyumannya. "Panggil aja Ibu. Nama ibu, Ibu Aisyah. Tapi, kepanjangan buat disebut, jadi semua anak disini manggil ibu aja biar nggak ribet."ujar Ibu Aisyah yang terlihat mempesona dimata Arka karena hijab yang menggerai dengan panjang sampai ke sikunya.

double ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang