Double Ar | 9

111 7 0
                                    

Arsya tak menghentikan nyanyian nya sejak masuk ke dalam mobil dan menyambungkan kabel dengan handphone nya, sedang Arka hanya memilih fokus dengan jalanan, meski sebenarnya sudah bernyanyi dengan suara hatinya sejak awal.

"Gw anter pulang?"tanya Arka yang membuat Arsya langsung mengecilkan volume dari musiknya.

Arsya menoleh, kemudian mengembungkan pipinya sebagai unjuk dari rasa sebalnya. "Belum sore Ar. Rumah gw bener-bener ngebosenin. Serius deh."jawab Arsya.

Arka menoleh lagi ke arah jalanan tanpa menjawab, membuat Arsya menghela nafasnya pelan sebagai tanda permakluman nya. "Yaudah pulang aja."ujar Arsya dengan pelan dan menstabilkan kembali volume nya dengan wajah yang menghadap ke depan.

Beberapa menit berlalu, dan akhirnya Arka menghentikan kemudinya dengan tenang. Arsya menoleh ke arah sekelilingnya saat mereka sampai di depan gedung besar yang belum pernah Arsya kunjungi sebelumnya, namun tak terlihat asing.

"Kita nggak jadi pulang?"tanya Arsya dengan nada bingung nya.

"Yaudah balik."jawab Arka dengan nada datar dan memasang kembali sabuk pengamannya.

Arsya berdecak sebal, "gw kan nanya Ar. Bukan nyuruh buat balik."timpal Arsya dan dengan cepat turun dari mobil Arka, sebelum laki-laki itu mengembalikannya ke rumah.

Arka hanya menggeleng pelan dan turun dari mobil. Setelahnya mendahului Arsya untuk masuk ke dalam gedung.

"Galeri seni."gumam Arsya setelah melihat tulisan yang terpampang di depannya.

Arka berjalan menghampiri seseorang dengan kemeja biru dongker dengan celana yang sepadan. Terlihat formal namun juga santai. Bahkan postur tubuh laki-laki itu bak model karena tidak begitu tinggi dan kurus, lebih pendek beberapa centi dari Arka.

Mereka telihat bertos-ria dengan akrab. Arsya yang dibelakang nya hanya melihat dengan bingung dan memperhatikan lukisan-lukisan menakjubkan yang terpampang di dinding-dinding nya.

"Akhirnya kesini lagi. Bosen ngilang juga lo."

"Kebetulan lewat. Di renov semua?"tanya Arka sembari melihat sekelilingnya.

"Bosen liat gambar itu mulu. Dia siapa?"tanya nya setelah melihat Arsya dibalik punggung lebar Arka.

Arka menyingkir beberapa centi yang akhirnya menampilkan Arsya yang tersenyum kikuk ke arah teman Arka. "Namanya Arsya."beritahu Arka dengan singkat.

"Hay! Gw Bryan, temennya Arka."ujar laki-laki tadi sembari menyodorkan tangannya.

"Arsya."ujar Arsya dan tersenyum dengan lebar setelah membalas jabatan tangan dari Bryan.

"Gw keliling dulu ya."ujar Arka yang diangguki Bryan dan memberi kode kepada Arsya agar mengikutinya.

Mereka tak saling bicara, hanya melangkah dengan pelan secara bersamaan, memutuskan membelah lorong-lorong yang juga dilakukan oleh beberapa ornag yang sudha lebih lama datang daripada mereka.

Arka berhenti di depan dinding dengan tempelan lukisan abstrak, yang membuat Arsya mengikuti pergerakan laki-laki itu.

"Lo suka yang ini?"tanya Arsya dengan nada pelan sembari memperhatikan lukisan itu, sama seperti yang Arka lakukan.

"Sama kayak kehidupan."ujar Arka dengan pelan kemudian tersenyum begitu kecil, hingga tak bisa dilihat jika tidak dengan sebuah perhatian khusus.

Arsya mengalihkan pandangannya kepada Arka dengan tatapan bingung. "Sama kayak kehidupan? Berbunga-bunga?"tanya Arsya setelah memperhatikan lukisan itu yang ternyata membentuk sebuah bunga.

double ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang