Double Ar | 25

68 3 0
                                    

DUA PULUH LIMA

Rasa adalah pengkhianat paling hebat.
Kepada otak dan prilaku.
Ia terlampau pandai memanipulasi.
Pujangga selalu berkata.
Jangan dengarkan hati, sebab hati adalah awal semua kesakitan itu.

SELAMAT MEMBACA

Now Playing : Coldplay - The Scientist.

Menuju kantin saat jam pertama adalah suatu keanehan bagi Arsya. Karena, hobi Arsya saat saat itu adalah tertidur dikelas.

Stop. Jangan kira Arsya begitu nakal karena tertidur sepagi itu. Hanya saja, jam kosong yang begitu rutin membuatnya membiasakan hal yang salah.

Hehe. Menguntungkan dan agak menyesatkan, sebenarnya.

Tolong ya, Arsya juga tak serajin itu untuk belajar.

Namun, karena Lafia begitu pemaksa, ia akhirnya mengikuti langkah gadis itu dengan beribu kemalasan yang menumpuk di badannya.

Gadis yang satu itu memang selalu mengganggunya.

Jadilah ia saat ini berada dikantin, menyamankan posisi dikepalanya diatas tangan yang dilipat diatas meja.

Sedang Lafia, sibuk menuju bibik kantin untuk memesan makanan yang ia inginkan. Biarkan gadis itu berkembang.

"Sya, seriusan ngga mau makan?"tanya Lafia memastikan, saat gadis itu membawa baksonya kedepan posisi Arsya.

Arsya hanya menggumam untuk menjawab apa yang dikatakan Lafia. Tolong, kesadarannya belum penuh untuk memakan apapun yang ditawarkan.

Beberapa detik berikutnya, Arsya mengangkat kepalanya dengan begitu malas. Kemudian menghela nafasnya saat Lafia melahap makanannya dengan begitu lahap.

Bakso adalah jiwa raga Lafia.

Arsya mengambil ketupat yang ada diatas piring diatas meja. Kemudian membukanya.

"Pengen makan juga akhirnya. Tukan, gw menggoda makannya."ujar Lafia dengan begitu percaya dirinya.

Arsya memutar bola matanya. "Dasar gede rasa."maki Arsya dan mendengus pelan.

Saat akan memotong ketupat itu, ditaruhnya potongannya kedalam mangkok bakso milik Lafia.

"Lo itu belum sarapan, langsung makan bakso. Nanti lo mati, gw bakal bahagia banget."ujar Arsya saat Lafia akan memprotes apa yang dilakukan oleh Arsya.

Lafia menatap sebal Arsya. "Alah, dasar tai. Bilang aja lo mau ngurangi uang belanja gw dengan ngasi gw ketupat."omel Lafia namun terus memakan ketupat yang dipotongkan oleh Arsya.

"Gw bayarin. Apasih artinya uang ribuan daripada elo. Elo mah lebih murah dari itu."jawab Arsya dengan nada seriusnya.

Dengan sekejab, Lafia langsung menjitak kepala Arsya dengan tak segan.

"Kurang ajar. Kayak elo mahal aja."hina Lafia balik.

Baru saja akan membalas apa yang dikatakan Lafia. Sebuah piring yang berisi nasi goreng mendarat didepannya.

Arsya dan Lafia kompak mendongak untuk melihat siapa yang melakukan itu.

Lafia langsung tersedak, saat melihat Arka ada dihadapan mereka. Tidak sendirian, laki-laki itu bersama Ayda. Gadis bule yang menjabat sebagai murid baru.

"Kalian? Ada apa? Tumben kekantin ini?"tanya Arsya dengan nada terkejutnya.

Tolong. Ini bukan nada yang dibuat-buat. Arsya benar-benar terkejut melihat kedua makhluk ipa itu ada disini.

double ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang