Double Ar | 26

79 4 0
                                    

DUA PULUH ENAM

Selain cerita Cinta dan kasih sayang, hidup juga butuh banyak orang-orang pelawak seperti Bagas.

SELAMAT MEMBACA

ARSYA menghela nafasnya kasar. Namun, tetap melanjutkan aktifitasnya. Menggunting kertas yang ada didepannya.

Sebenarnya, ingin sekali rasanya untuk mengeluh atas semua hal yang ia lakukan ini. Karena, bagaimana pun kedua tangannya sudah benar-benar lelah.

Untung saja ia ingat tanggungjawab. Kalau tidak, akan ia abaikan semua pekerjaan itu.

Kenapa? Kenapa Arsya menjadi se-sok sibuk itu?

Karena sekolah akan mengadakan program baru. Satu hari tanpa plastik.

Sebenarnya, bukan hanya untuk satu hari. Satu hari itu hanyalah formalitas untuk membiasakan para siswa dan siswi agar tidak menggunakan apapun yang berbahan plastik.

Dampaknya kepada Arsya adalah, menyiapkan mading yang begitu menakjubkan agar menarik untuk dibaca, yang tentunya berkaitan erat dengan go green.

Arsya itu, tipe gadis yang tidak enakan. Mengerti tidak? Bahwa orang-orang yang tidak enakan itu adalah orang-orang yang tidak beruntung, karena akan tersakiti sendiri.

Meskipun dia adalah koordinator mading, ia justru menjadi buruh mading. Selain itu, gadis itu sebenarnya memang bisa diandalkan dalam banyak hal.

Contohnya saja, ia selalu dipilih langsung oleh pembimbing jurnalistik sebagai koordinator acara dalam hal fotography.

Gambarnya tak pernah luput menjadi yang terbaik dan dipajang di instagram sekolah atau sosial media lainnya.

Mengesankan. Selalu. Namun, hal anehnya adalah ia sangatlah enggan mencantumkan namanya disana. Bahkan, ia sendiri yang mewanti-wanti siapapun admin sosial media agar namanya tak ia cantumkan sedikit pun. Dalam setiap gambarnya hanya bertuliskan :

Anak manusia.

Aneh? Arsya memang selalu aneh.

Dan mari tebak, dimana Arsya sekarang ini?

Ditengah lapangan indoor sekolah yang sedang sepi. Karena, kabarnya untuk hari ini latihan tim futsal sekolah diliburkan karena keluhan kelelahan dari beberapa anggotanya.

Namun, ia tidaklah sendirian disana. Ada Naya yang sedang sibuk memantulkan bolanya, sedari tadi.

Hingga, Arsya pun sebenarnya sangat bingung. Apakah gadis itu tidak bosan? Atau lelah? Atau apa?

"Nay, stop kenapa? Kuping gw pengap denger pantulan bola itu."keluh Arsya dan melenguh panjang.

Naya terkekeh pelan, bukannya menyelesaikan pantulannya. Gadis itu malah semakin mendekat kearah Arsya.

"Gw main tuh daritadi, diprotesnya baru sekarang, ckck aneh."ujar Naya namun tetap memantulkan bolanya.

"Yaudah sih! Terserah gw."jawab Arsya dan merengut sebal.

"Selamat pagi menjelang sing adek-adek kuhhhh!"sebuah seruan mengejutkan keduanya.

Hingga, Naya memberhentikan bolanya dan memeluknya. Dan menoleh kearah pintu, begitupula dengan Arsya.

Arsya menggeleng kan pelan kepalanya saat tau itu adalah Bagas, sedang Arsya malah terkekeh pelan melihat hal itu.

Bagas berlari kecil kearah mereka. Kupingnya terlalu peka, hingga pantulan bola Naya yang ia dengar saat lewat membawanya kelapangan ini.

"Lagi pada ngapain?"tanya Bagas dengan nada penasarannya saat akan sampai didekat keduanya.

"Lagi maen basket lah!"jawab Naya dengan seruan yang bersemangat dan sebal.

"Heh, pemain bola bekel. Diem lo! Bukan elo ya. Tapi dedek Arsya yang cute."jawab Bagas dan menatap kesal kearah Naya.

Naya mendengus pelan, lalu menjulurkan lidahnya dengan tak segan kepada Bagas.

Bagas duduk didepan Arsya kemudian mengambil kertas yang sudah berpola dan mengguntingnya.

"Apaan deh, kayak anak tk aja bikin ginian."ujar Bagas dan menggeleng pelan sembari terkekeh.

Kekehan laki-laki itu benar-benar khas. Sangat jahil. Yang membuat Arsya mendongakkan pandangannya.

"Ini juga. Sampah jajan? Lo itu habis mulung dimana sih? Hah?"tanya Bagas dengan nada herannya yang tak santai.

"Yakali kak, kali aja gw habis mulung deket rumah."jawab Arsya dengan nada kesalnya.

Bagas tertawa pelan.

"Bagasss! Mata lo taruh dimana sih?! Handphone gw lo dudukin astaga. Rusuh nyaaa!"seru Naya dengan begitu hebohnya dan menarik lengan seragam bagas dengan tak ada canggungnya.

Arsya terkekeh melihat kelakuan Naya yang tak canggung kepada Bagas. Sedang Bagas yang ditarik seragamnya menampilkan wajah masam dan protesnya.

"Duh, bisa ngga sih jadi cewek tuh lembut dikit, jangan ganas-ganas. Tampang, kelakuan sama beringasnya. Untung nya gw tuh kakak kelas yang baik hati dan ngga sombong. Jadi ngga bikin lo terbully."timpal Bagas setelah bangkit secara paksa dari duduknya.

"Yaudah, kakak Bagas yang baik hati dan tidak sombong. Bisa ngga sih, kalo duduk tuh liat tempet dulu? Ada barang orang apa ngga?"tanya Naya dengan penuh tekanan dan mata yang di peototkan oleh gadis itu. 

"Ah, telat. Gw keburu kecewa. Bilang aja lo mu ambil tempet duduk gw. Minggir sana sana."usir Bagas dan mendorong bahu Naya yang masih ditempat dhduk Bagas, tepat didepan Arsya.

"Kalian itu, aneh. Ngga saudaraan tapi berantem terus."ujar Arsya dan mengeluarkan kekehannya.

"Udah deh. Abaikan cewek abal-abalan itu. Lo itu jadi apa sih sampe sesibuk ini? Lagian ngga dibantu apa? Elo juga, malah asik main bola bekel. Bantuin kek temennya!"omel Bagas dan mengambil kasar gunting itu.

Naya mendengus sebal. "Hellow! Jangan sok tau ya. Gw tuh udah bantuin, tapi Arsya menolak bantuan gw. Yaudah, daripada nontonin dia. Mending gw main."jawab Naya dengan sebal.

Arsya memutar bola matanya, kemudian mengangkat hasil guntingan Naya. Daun hijau yang berubah bentuk. Entah menjadi apa.

"Satu doang elah. Gw juga perlu belajar."ujar Naya membela dirinya sendiri.

Lagi, Arsya mengangkat bumi yang di gambarnya dengan aneh, bukannya warna biru yang sedikit. Pada bumi itu, warna biru mendominasi.

"Coba bayangin. Gw dan penduduk bumi tinggal dimana kalo gini? Rumah gw ngapung gitu?"tanya Arsya dengan nada sebalnya.

Bumi itu dipenuhi dengn warna hijau, warna biru adalah pelengkapnya. Tapi, Naya, anak SMA Nusa Bangsa, SMA paling populer justru tidak tau cara mewarna bumi yang baik dan benar?

Tolong, entah sogokan apa yang dilakukan Naya hingga bisa masuk ke sma se populer ini.

Satu detik. Tawa Bagas langsung menyembur dengan begitu menggelegarnya.

Itu lucu.

Sangat lucu.

"Anak tk aja tau gimana warna bumi yang bener. Elo? Anak sma ngebuat bumi dipenuhi air laut. Lucu sumpah lucuuu!"Bagas tak memberhentikan tawanya saat mengatakan hal itu.

Naya mendengus sebal. Merebut bumi dengan kertas itu dari tangan Arsya dengan kasar.

"Biasa dong! Manusia adalah asal salah! Ngerti ngga."jawab Naya dengan nada yang lebih keras dan sebal dari sebelumnya.

"Selo selo. Aib lo mungkin ngga aman sama gw. Tapi, ya gitu. Lucu."ujar Bagas dan berusaha memberhentikan tawanya.

Naya melirik sebal kearah Bagas. Laki-laki itu memang menyebalkan.

Bahkan, sejak pertama kali ia bertemu.

Sedang Arsya lagi-lagi hanya menggeleng pelan, melihat kelakuan keduanya.

double ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang