Double Ar | 21

65 5 0
                                    

DUA PULUH SATU

Kamu adalah tanda tanya yang ku genggam erat.
Dingin mu sesungguhnya menyejukkan.
Untuk saat ini.

SELAMAT MEMBACA

Arsya menenggelamkan kepalanya diatas lipatan tangan yang baru saja dibuatnya.

Sudah terhitung, lebih dari lim kali Arsya menghela nafas lelahnya. Tanpa memperdulikan ada siapapun diruangan itu.

"Arsya, kamu sakit?"suara serak pak Kevin memenuhi Indra pendengaran Arsya yanh masih ia fungsikam begitu baik.

Sebagai rasa sopan santun nya, Arsya mengangkat pandangannya. Melihat kearah pak Kevin yang sepertinya baru saja selesai membereskan lembar jawaban siswa.

"Ngga pak. Cuma lelah aja."jawab Arsya sembari tersenyum dengan lebar.

Pak Kevin membalas tersenyum, kemudian mengangguk mengerti. "Kalau begitu, bapak duluan. Kalau kamu pergi jangan lupa kunci pintunya."pesn pak Kevin yang membuat Arsya langsung mengangguk patuh.

Dilihatnya setiap langkah yang diambil oleh guru yang diiolakan oleh sahabatnya itu. Kemudian setelah melihat beliau keluar dari ruangan, Arsya menghela nafasnya, lagi.

Akhir hari ini menyebalkan.

Bagaimana tidak? Moodnya yang awalnya begitu baik, tiba-tiba saja rusak hanya karena insiden jatuhnya pot dari kelas atas.

Sebenarnya, bukan sepenuhnya karena itu. Seandainya yang ditakdirkan Tuhan untuk menolongnya bukanlah si es Arka, ia pasti tak sesebal ini.

Bayangkan. Bukannya bertanya keadaan Arsya yang saat itu akan mengalami hal yang bisa saja merenggut ingatannya, laki-laki itu malah memperingatinya dengan nada dingin khasnya.

Tak hanya itu, bahkan tak tau mengucapkan sama-sama saat orang lain mengucapkan terimakasih kepadanya.

Padahal sebelum kejadian itu, Arka bahkan memberikannya air mineral. Ya, meskipun hanya agar air mineral dingin yang sudah berubah itu tak terbuang sia-sia.

Tapi, bisa tidak bersikap agak manusiawi saat melihat orang kena musibah? Dasar menyebalkan.

Mengingat hal itu benar-benar membuat kepala Arsya sakit. Ditambah, ia harus meminjam peralatan tulis kesana kemari di rekan tes tulisnya karena ia melupakan bindernya di tempat kejadian perkara, yang dimana isinya termasuk pulpen warnanya.

Oke, tidak hanya itu. Pak Kevin, guru bahasa Jerman yang terkenal mempesona itu bahkan menegurnya.

"Arsya, jika tak berniat mengikuti tes lebih baik jangan."

Kurang menyebalkan, memalukan dan membuat dongkol apalagi kejadian hari ini?

Tuhan, jika memberi ujian tolong jangan satu full. Setengah-setengah sepertinya lebih baik.

Dan seandainya nanti, tes ini menghasilkan hal buruk dan semacamnya. Arsya bersumpah akan mengutuk Arka menjadi batu.

Batu es. Batu es yang tak pernah bisa mencair.

Biarkan saja ia kedinginan, toh selama ini juga sikapnya memang selalu dingin kepada siapapun. Benar tidak?

Telpon nya berdering.

"Mengganggu."gerutu Arsya dan mengambil handphone nya dari saku.

Eomma is calling....

Tuhan tolong, jangan kutuk Arsya. Arsya tak bermaksud menghina sang mama.

double ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang