▪▪ FOUR ▪▪

1.8K 74 0
                                    

Pria cuek biasanya memiliki karakter khas dalam memilih pasangan. Mereka cenderung tak menyukai wanita yang manja dan suka mengeluh. Justru sebaliknya, mereka menyukai sosok wanita yang bertanggung jawab dan keibuan. Bukan apa, tapi pasalnya pria cuek sangat menyadari kekurangan pada dirinya yang tidak selalu ada  untuk pasangannya kelak.

Afeef menatap dari kejauhan, wanita yang baru turun dari angkot didepan gerbang sekolah SMA negeri 12 Cempaka Garuda. Pemuda itu masih berdiri ditempat saat wanita itu mulai berjalan mendekatinya.

"Hai Afeef," serunya sambil tersenyum.

"Hai, Dia." Dia masih tersenyum lalu wanita itu semakin merapat pada Afeef dan bergerak menyentuh dasi abu-abu pemuda itu.

"Dasi kamu miring. Ayok masuk!" kata Dia yang kemudian melepaskan tangannya pada dasi Afeef dan lalu menarik tangan Afeef, mereka melangkah berdua melewati koridor sekolah dan beberapa pasang mata yang menatap curiga pada mereka.

"Eh Dia. Pelan-pelan," ujar Afeef seraya menahan tangan Dia, yang membuat wanita itu kemudian bergerak lambat dan diam-diam tersenyum.

Mereka sampai di kelas XII Mipa 02 (putri). Dia mendongak dan menatap Afeef yang rupanya sedang menatapnya juga.

"Aku masuk kelas dulu ya.." pemuda itu hanya mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Kalau begitu aku juga mau masuk kelasku, kamu yang rajin belajar." ucap Afeef, Dia mengangguk cepat dan tanpa di duga wanita itu lalu bergerak merapat pada Afeef dan.

Cup

"Hadiah, karena udah nganterin aku ke kelas. Hihi.." Dia langsung berlari memasuki kelasnya, dan dari dalam kelas ia tersenyum miring sambil menatap pada Afeef yang mematung di tempat dengan menyentuh pipinya.

"Afeef Haris?" Afeef terkejut saat mendengar suara besar dari sampingnya. Itu adalah pak Gendi, guru killer di SMA tersebut yang berprofesi mengajar bahasa Inggris.

"Kamu ngapain disini? Kelas kamu disana." ucap pak Gendi seraya menunjuk kearah kelas XII Mipa 02 (putra).

Afeef kelabakan, dan iapun langsung meminta maaf dan kemudian segera berlalu menuju kelasnya, sebelum pak Gendi kembali bertanya macam-macam.

Pak Gendi menggelengkan kepalanya.

"Dasar anak muda." gumam pak Gendi sembari berjalan dengan penggaris besi di tangannya yang ia lipat ke belakang.

Bel istirahat telah berbunyi. Seorang pemuda tampan yang tengah mengerutkan dahinya sembari ia menatap pada bangku kosong di sampingnya.

"Kamil, Geza dimana?" seorang pemuda yang lagi asik memainkan game di ponselnya itu lantas menengok kearah Afeef.

"Ngga tauk, dari tadi pagi ngga ada. Ngga masuk mungkin atau bolos." ucap Kamil yang lalu kembali memainkan game-nya. Afeef menghela nafasnya, tidak biasanya Geza bolos jam pelajaran atau bahkan sampai tidak masuk.

"Apa Geza, lagi ada masalah." gumam Afeef sendiri.

Pemuda itu lalu mengambil sesuatu dari laci mejanya dan mulai membuka komik favorit-nya tersebut. Berselang sepuluh menit bel pelajaran kedua kembali berbunyi dan mengharuskan nya untuk kembali menutup komik dan fokus belajar.

Dikelas Mipa 02 (putri), Dia tengah menatap ponselnya yang sunyi, tidak ada pesan apapun yang masuk dari Afeef, dari istirahat pertama sampai sekarang istirahat kedua Dia juga tidak melihat adanya tanda-tanda pemuda itu menampakkan batang hidungnya.

"Afeef kemana sih. Kok dari tadi ngga keliatan," ucap Dia dengan menatap kearah kelas Mipa 02 (putra), wanita itu kini sedang berada di kantin.

"Ria juga, hari ini ngga masuk sekolah. Kok gini banget sih hari aku," Dia menjatuhkan kepalanya ke meja dan saat ia hendak memejamkan matanya, tiba-tiba sesuatu mengusap rambutnya.

"Afeef?" gumam Dia. Wanita itu lantas mendongakkan kepalanya dan ia terkejut, bukan Afeef seperti yang Dia harapkan.

"Ge-geza.."

"Maaf udah lancang sentuh kamu, aku cuman mau kamu ikut sama aku. Ada yang ingin aku bicarakan." Dia bingung, Geza terasa berbeda. Pemuda yang di kenal bad dan ceria itu hari ini benar-benar jauh dari kata ceria. Tidak ada senyum di wajahnya, barang sedikit saja.

"Mau bicara apa?" tanya Dia takut-takut.

Geza menoleh kekanan dan kekiri, lantas kemudian berbalik badan dan berjalan. Dia yang masih bingung itupun langsung berdiri dan megikuti langkah kaki Geza. Mereka sampai di rooftop sekolah, dan Geza yang tiba-tiba langsung menarik tangan Dia dan memeluk tubuh Dia dari belakang dengan erat. Dia berteriak meminta pemuda itu untuk melepaskannya, namun Geza malah semakin mengeratkan tangannya.

"Ge-za.. Lepasin aku!!"

"Aku ngga akan lepasin kamu, asal kamu mau lakuin satu hal buat aku, babyy.." mata Dia berkaca-kaca, wanita itu terus berdoa semoga seseorang segera datang menyelamatkan nya.

"Apa?" tanya Dia. Perlahan pelukan Geza mulai mengendur, pemuda itu lalu membalikkan tubuh Dia dan menggerakkan jarinya, menghapus airmata yang mengalir di pipi wanita tersebut.

"Bunuh Afeef, buat aku.."

Kedua bola mata Dia melotot, airmata nya semakin deras menetes. Membunuh seseorang yang ia cintai.

"Aku ngga bisa!" sesaat terlihat senyuman tipis di bibir Geza.

"Kamu ngga bisa? Tapi kamu bisa memilih, aku yang akan membunuhnya atau kamu,"

"Kamu ngga akan bisa celakain, Afeef."

Geza memasang wajah sedihnya yang lalu pemuda itu bergerak mengangkat ponselnya, disana ada nomor yang jelas bernamakan Afeef. Dan pemuda itu sepertinya hendak menelpon Afeef.

"Afeef sangat percaya sama aku. Aku bisa saja langsung menyuruhnya untuk kesini, dan membunuhnya. Tapi.." Geza berjalan mengelilingi Dia.

"Mungkin akan butuh waktu lama untuk Afeef datang kesini, karena Afeef pasti sedang membaca komik-nya. Tapi aku yakin, kalau aku bilang sedang bersamammu disini, dia pasti langsung bergerak cepat."

"Heh. Itu ngga akan buat Afeef datang ke sini,"

"Why? Apa karena kamu bukan orang yang penting buat Afeef."

Dia mengepalkan tangannya kuat, dengan matanya yang sudah perih, apa yang harus wanita itu lakukan.

"Karena aku yang akan membunuh kamu duluan." Geza tiba-tiba terkejut dan lalu pemuda itu mundur beberapa langkah dari hadapan Dia.

"Ooh. Kamu mau bunuh aku? Berani juga, memangnya kamu siapa?" ucap Geza sambil mengangkat alisnya, mengejek pada Dia.

"Heh. Aku agen A27. Dan kamu ngga akan pernah bisa celakain Afeef, karena aku akan terus menjaganya dan mengawasinya."

Geza tersenyum miring.

"Akhirnya, kamu mau mengaku juga, ya."

"Hah?"










Rumit😬😬😬
Nggak ngerti, lewatin aja😩
Ngga perlu komen ini itu, kalian nggak tahu betapa kritingnya otak ku iniii😤😥
Mau di hapus, tapi sayang. Udahlah nyambung-nyambungin aja deh nih cerita sampai end. Kalau masih mau baca, silahkan. Tapi kalau nggak mau juga nggak papa, disini tidak ada paksaan buat membaca😇😇😇..
Terima kasih😋

DIA |END|Where stories live. Discover now