¤¤ SEVEN ¤¤

1.5K 68 1
                                    

Menjalani hubungan dengan cowok cuek itu bukanlah mudah, butuh banyak korban ego dan perasaan. Kamu enggak bisa menggunakan trik-trik semacam kode untuk membuatnya memperhatikan mu, mengerti kamu. Itu tidak akan pernah dianggap olehnya, ingat bahwa dia orang yang cuek.

"Aku tidak bisa lama-lama bersamamu," Dia tersenyum mengangguk.

"Kenapa? Apa karena hari kita sudah malam."

"No, uh, but..."

"Why?"

Afeef meringis mengusap wajahnya pelan, tangannya terulur menggenggam tangan Dia.

"Aku takut, kalau aku tidak bisa mengontrol diriku, lagi, Dia."

Dia mengulum bibirnya dengan senyum yang ia tahan, mata mereka saling bertemu.

"I'm ready!"

"Aku tidak tahu kamu mengatakan siap dalam bentuk hal apa, aku ragu kamu mengatakan siap untuk pergi dariku,"

"Afeef?" Dia bergerak menyentuh dada bidang kekasihnya itu, dengan Afeef yang memejamkan matanya menahan sesuatu yang berdenyut dibawah perutnya.

"Aku tidak memberikan kode padamu. Aku sungguh mengatakannya, aku siap. Aku benar-benar siap." ucap Dia. Afeef menggelengkan kepalanya.

"Sebaiknya jangan sekarang, sayang. Kita cari waktunya. Aku masih perlu membuktikan cintaku padamu, agar di pagi hari aku masih bisa melihatmu, menatapmu, memandangmu."

"Aku di sampingmu, Afeef."

"I know, I know,"

"Jadi apa?"

"Aku akan menjemputmu besok pagi. Beristirahatlah, selamat malam sayang."

Cup

Dia berdiri membeku didepan pintu, menatap mobil Afeef yang sudah bergerak perlahan-lahan melaju di jalanan.

Afeef memberhentikan mobilnya tidak jauh dari rumah Dia. Pemuda itu memukul stir kemudi, umpatan demi umpatan untuk dirinya sendiri pun  mengalir di bibirnya.

"Oh, i'm stupid, shit! Dasar keledai, Afeef."

"Seharusnya, kau bisa. Seharusnya kau bisa melakukannya, keledai!"

"Ck, benar-benar memalukan." detik kemudian Afeef lalu kembali menjalankan mobilnya dan melaju cepat menuju ke rumahnya.

Satu minggu berlalu, kesalahan pahaman pun telah di selesaikan secara baik dan menyeluruh. Geza sudah meminta maaf kepada Dia, walau diawal tanggapan wanita itu hanya tatapan sinis dan tajam tetapi perlahan ia bisa mengerti. Dan Afeef, pria itu juga selalu ada di samping kekasihnya, walau di beberapa hari sebelumnya Dia banyak meminta ini itu secara terang-terangan bahkan saat didepan umum, didepan guru, om dan mbok nya, teman-temannya. Banyak hal yang terjadi belakangan ini, dan itu adalah hal yang menyenangkan untuk pasangan kekasih yang tentu saling mencintai.

Tetapi mereka melupakan satu hal, Dia masih dalam tugasnya. Sebagai agen A27. Tanpa diketahui Afeef, banyak kebohongan yang juga belakangan ini terjadi, kebohongan didalam hidupnya.
Kebohongan yang akan membuatnya bingung dengan dua pilihan, tentunya itu kekasihnya.

Seorang wanita menatap keluar jendela, mengharapkan ada yang datang dan mengajaknya pergi dan menghilangkan kebosanan nya didalam rumah. Namun, tentu itu mustahil untuk beberapa orang yang masih memiliki akal, siapa yang akan menjemputnya, mengajaknya pergi dengan keadaan diluar sana yang sedang turun hujan badai. Kalaupun ada, orang itu berarti lelah dengan hidupnya, dunia membuatnya kuat untuk menyambut malaikat maut.

Tring!

Afeef :

Maaf, aku baru bisa memberi kabarku. Aku terlalu sibuk dengan tugas yang guru berikan.
Uh, apa yang sedang kamu lakukan?
Aku merindukanmu,

Dia tersenyum lebar menatap sms yang baru saja kekasihnya kirimkan, dengan penuh semangat wanita itu membalas pesan Afeef dengan senyum manis di bibirnya.

Me :

Tidak apa-apa, Afeef. Aku mengerti. Kalau masih ada tugas kamu selesaikan saja dulu, setelah selesai telepon aku.
Aku sedang duduk didekat jendela, dan aku juga sangat merindukanmu.

Tring!

Afeef :

Oh, sayang. Terimakasih. Aku akan berusaha mengatur jadwalku untuk bisa bersamamu. Tugasku sudah aku selesaikan semua. Tunggu beberapa menit, aku akan menelponmu.

Drtt... Drtt...

"Sayang?"

"Hai, sayang. Maaf tidak bisa menggunakan vidcall, cuacanya membuat signal naik turun, kamu mendengar suaraku dengan jelas?"

"Iya aku mendengarmu jelas. Kamu dimana? Mengapa suara disana sangat berisik?"

"Aku berada di bar, aku mengantarkan kakak sepupuku menemui istrinya. Aku berniat pulang setelah mengantarkannya tetapi, yeah, aku terjebak didepan bar. Terjebak disini, hujan badai."

"Kamu baik-baik saja kan? Setelah hujan agak reda, cepatlah pulang."

"Aku mengerti sayang. Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir okay. Aku pasti akan pulang saat hujan sudah agak reda, atau kalaupun hujannya tidak reda juga, aku akan tetap pulang."

Dia tersenyum menggelengkan kepalanya.

"Jangan sampai membuat dirimu sakit. Kalau kamu sakit, aku tidak akan merawat mu."

"Yes, aku catat yang itu. Aku tidak akan sakit, aku janji. Okay sayang, sudah dulu ya disini petir nya sangat keras. Aku harus mematikan ponsel ku,"

"Baiklah, matikan segera setelah menutup telepon. Ingat, jangan sampai dirimu sakit atau kenapa-kenapa. Jemput aku besok pagi-pagi, aku ada piket kelas."

"Iya sayang, aku janji baby. Okay aku akan pagi-pagi menjemputmu, bye sayang."

"Bye."

Tut

Dia meletakkan ponselnya diatas nakas, matanya memandang hujan yang tak kunjung reda. Dia menunduk, meremas tangannya kuat.

"Semoga ini hanya perasaan lalu ku saja,"

"Kumohon, jaga Afeef disamping mu..."

Setetes air bening membasahi kedua pipinya. Dia mengusap nya dengan pelan dan menatapnya.

"Don't"











Wuahhh... gimana guys, sekarang kan udah mau rajin update tapi mana nih responnya. Kok sepi, kan dari awal emang sepi😅..
Gimana nih sama yang ini, ada berasa bumbu-bumbu enggak 😊. Key lah, enggak lama-lama, Bye-bye kita yah... next besok deng kalau mood author bagus ya hehe. Okey byeee😉...

DIA |END|Where stories live. Discover now