5. Sunday Morning

17.7K 1.4K 18
                                    

Warning: typos

Jangan lupa vote dan comment!

•••

"Mma!"

"Ddaaa!"

"Hi hi hi"

Aku merasakan pipi ku basah. Bisa kupastikan sekarang Adante, anak kami yang baru berumur tiga belas bulan sudah bangun dan menciumi pipi ku

"Adante, sayang. Pappa jangan dibangunin dulu ya nak, Pappa nya baru pulang jam 2 malam dari rumah sakit" Kayra berbisik pelan dan aku merasakan kasur disebelahku ikut bergerak "Dante disini dulu ya sama Pappa, Mamma mau bikin sarapan. Jangan kemana-mana ya, be good for Mamma, okay?" Ia tertawa dan menepuk tangan, tanda paham

"Ddaa!!"

Pluk. Aku merasakan popok Dante di muka ku. Sontak aku menarik anak itu dan mendekapnya di dada ku

"Nen!" Ia menggerak-gerakkan tangannya di dada ku "Dda nen!"

"Aduh!" Mataku mendadak segar merasakan gigitan di putingku "Son, jangan digigit dong. Pappa ga kaya Mamma, ga bisa"

"Ddaaa!!!"

Mendengar keributan di kamar kami, Kayra menggeruduk masuk dengan botol susu Dante yang sudah dihangatkan dan menyerahkannya kepada anak kami yang berusia tiga belas bulan itu

"Astaga kalian berdua masih pagi kok udah berisik banget sih?"

"Anak kamu lapar, makanya dia berisik"

Kayra berdecak dan menggeleng "Kalau lagi begini dia anak aku, tapi kalau dia lagi lucu dan pintar dia anak kamu. Gitu?"

Aku tersenyum dan memeluk Kayra "Sayang, boleh ya?"

Kayra tadi membawa segelas kopi untukku menaruhnya di night stand samping ranjang kami dan menatap ku bingung "Boleh apa?"

Aku merangkul Kayra membawanya kedalam pelukan ku "Boleh main motor pagi ini"

"Engga!" Kayra meronta melepas rangkulan tangan ku di perutnya "Ga ada ya kamu minggu ini main motor! Janji-nya kan boleh beli tapi main motornya dua minggu sekali!"

"Yah, Vee. Ini si Abang mau lihat Pappa-nya main Ducati. Katanya Pappa-nya keren kalau lagi naik Ducati. Ya ga, Son?"

"Ya ga ya ga yaa!"

Aku melongo bingung mendengar ucapan anak ku yang ajaib ini. Artinya apa ya?

"Abang lapar?" Adante bertepuk tangan riang mendengar pertanyaan Kayra "Ok, tunggu sebentar ya. Abang mau cawan mushi? Tunggu cawan mushi-nya matang ya, Sayang"

Aku menggendong Adante dan ikut menyusul Kayra ke dapur kemudian mendudukannya di baby chair lalu menghampiri Kayra yang sibuk memotong tofu.

"Yang boleh ya? Satu jam doang deh"

"Ya udah."

"Boleh?"

"Iya," senyum ku mengembang mendengar jawaban Kayra "Tapi kamu bikin sarapan sendiri, kalau kamu main motor aku ga sempat masak sarapan karena harus suapin Dante. Plus kamu ingat kan si Mbak kalau weekend begini ada di apartemen ku untuk bersih-bersih sekaligus ini jatah day off-nya dia?"

Aku melongo tidak percaya. Astaga, kadang Kayra bisa segalak singa yang kelaparan. Contohnya sekarang ini, ia dengan teganya menyuruhku sarapan sendiri padahal jadwal Kayra untuk memasak sarapan dan juga sarapan bersama kami hanya seminggu sekali.

"Ya udah deh Vee, aku yang suapin Dante kamu bikin sarapan aja"

"Good" Kayra mengangguk dan tersenyum puas "Eh, kamu bawa Dante ke halaman belakang dong. Disini ada asap masakan loh, mending kalian ke halaman belakang deh, udaranya masih segar jam segini"

First, Do No HarmOnde histórias criam vida. Descubra agora