Sebuah Kisah Dari Masa Depan (pt. 2)

9.3K 1K 101
                                    

"Kak Jeff,"

"Yes Princess?"

"Ke Korea yuk!"

Jeffrey yang sedang fokus mengerjakan tugas kuliahnya menatap Cassiopeia heran "Wait, what? Kamu serius?"

Casssiopeia mengangguk semangat "Banget. Yuk Kak?"

"C, Kakak ga yakin kalau orang tua kamu akan izinin. Bukannya Kakak ga mau, Kakak mau. Apalagi sebentar lagi kamu berangkat ke Hopkins. Tapi Pappa dan Mamma kamu pasti ga akan izinin kalau kamu jalan-jalan ke luar negeri berdua doang sama Kakak."

"But its not 2000, duh. Teman-teman aku semuanya boleh liburan sama pacar mereka, masa aku ga boleh."

"Karena orang tua mereka bukan Menteri Kayra dan Dokter Kayser Risyad, C. Dan Kakak hargain orangtua kamu, kalau kamu maksa yang ada malah Dante jadi ga restuin Kakak sama kamu."

Cassiopeia terdiam dan mengalihkan pandangan pada tas Chanel nya yang menjadi hadiah ulangtahun — juga designer handbags dengan nilai investasi tinggi pertamanya — beberapa tahun lalu dari Kayra.

Lagi dan lagi, orangtuanya — terutama Ayahnya — menjadi batu sandungan utamanya dalam hidup pribadinya. Pernah sekali Kayra marah besar pada Kayser karena Kayser dengan seenaknya membuang bunga yang dikirim oleh entah siapa untuk Cassiopeia dua tahun yang lalu. Memang sih saat itu Cassiopeia masih lima belas tahun, tapi menurut Kayra saat itu Kayser sudah keterlaluan karena melewati batas untuk mengusik kehidupan pribadi Cassiopeia dan tidak menghargai privasi anaknya, juga tidak menghargai si pengirim. Sedangkan Cassiopeia saat itu marah dengan Kayser bukan karena ia melewati batas, tapi karena usut punya usut bunga yang dibuang adalah bunga mawar hitam, yang selain langka juga memiliki harga yang cukup mahal.

Dan Cassiopeia sangat ingin sekali saja diberi bouquet mawar hitam.

Jeffrey yang sudah selesai dengan tugasnya menutup laptopnya dan memusatkan perhariannya pada Cassiopeia yang murung.

"C, look at me."

Mau tidak mau, Cassiopeia menatap Jeffrey.

"Gimana kalau setelah proyek baru aku gol, kita jalan-jalan?"

"Proyek baru? Kok aku ga tahu kalau Kak Jeff ada proyek baru?"

"Kamu tahu Langit Tjakrawijaya kan? Forbes' top five richest person in Indonesia."

Cassiopeia mengangguk menjawab pertanyaan Jeffrey "Tahu, dia teman Mamma. Kakak tahu kan Teddy Bear Dior kesayangan aku yang ada di mobil Kakak? Itu dikasih sama Om Langit waktu aku baru lahir."

"Yang Dior?"

Cassiopeia mengangguk dan tersenyum cerah, membuat Jeffrey tidak tahan untuk tidak mengusap rambut gadis itu.

"What a coincidence, karena Langit Tjakrawijaya rencananya mau jadi investor di perusahaan aku. Ya ga besar sih nilai investasinya, bahkan ga sampai puluhan miliyar. But it's a good start for me, karena konglomerat sekelas Langit Tjakrawijaya mau invest di startup kecil kaya aku."

Cassiopeia tersenyum cerah menanggapi ucapan Jeffrey, bagaimanapun ia ikut bangga dengan pencapaian yang dilakukan oleh pria yang lebih tua lima tahun darinya ini.

••••

Dulu sekali, ketika Cassiopeia masih berumur tiga tahun dan Mammanya yang super sibuk itu menyempatkan waktu untuk membacakannya cerita sebelum tidur diantara kesibukannya bolak-balik ke luar negeri demi pekerjaan, Mammanya pernah menceritakannya tentang dongeng Aladdin yang kata Mammanya sangat berkesan dalam hidupnya dan sekarang juga menjadi salah satu kisah favorit Cassiopeia, but her mother never told her Aladdin in the way disney does, alih-alih menceritakan kisah Jasmine yang menemukan tambatan hatinya di luar tembok Istana, Mammanya justru menceritakan bagaimana Jasmine yang mampu memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan tekadnya dan meyakinkan petinggi istana bahwa ia mampu menjadi Ratu dan memimpin negeri itu dengan kecerdasannya sendiri tanpa harus menikahi Pangeran yang tidak ia kenal, dan bagaiman Jasmine berusaha mewujudkan itu semua dengan tekad yang kuat tanpa harus menunggu pangeran berkuda menjemputnya, meskipun ia tinggal di Istana dengan pengamanan begitu ketat dan Ayah seorang Raja yang begitu protektif terhadap putrinya.

First, Do No HarmWhere stories live. Discover now