9. Emergency

14.1K 1.3K 55
                                    

Aku melangkah kan kaki ku lebar, menyusuri bandara Internasional Soekarno Hatta.

Persetan dengan Ferragamo yang ku gunakan. Situasi yang terjadi sekarang jauh lebih urgent.

Kayser masuk Rumah Sakit saat aku sedang di New York untuk perjalanan dinas.

Yes, you heard me right. My dear husband, Kayser Marsson Risyad is hospitalized while I'm 24 hours flight away.

Bayangkan seberapa paniknya aku saat sedang asyik berbelanja di Barneys — okay okay, jangan protes karena aku berbelanja saat kejadian itu terjadi — lalu tiba-tiba mendapat panggilan masuk dari Bang Yudha kalau Kayser dilarikan ke rumah sakit saat sedang olah raga di sabtu pagi. Bisa kalian bayangkan kan betapa paniknya aku saat itu?

Segera setelah aku mendapat kabar itu, aku meminta asisten ku yang juga ikut ke New York untuk menghandle urusan flight ku kembali ke Jakarta sesegera mungkin, dan aku mengalihkan pekerjaan ku yang seharusnya aku masih ada pertemuan di Washington Senin depan kepada anak buah ku yang kebetulan ikut trip kali ini.

Bahkan aku tidak memedulikan fakta bahwa tiket kelas bisnis dan ekonomi sudah ludes semalam dan mengambil first class untuk penerbangan ku. Screw the bills, my husband need me.

Disaat chaotic seperti ini, aku benar-benar berharap bahwa penerbangan Amerika-Indonesia yang hanya berjarak tujuh jam itu benar-benar ada.

"Bu! Bu Kayra!"

Aku menoleh dan melihat supir kami, Pak Abdul yang sudah menunggu di depan arrival gate, Pak Abdul segera mengambil alih trolley yang aku bawa sedangkan aku sibuk menguhubungi Leo yang menjaga Abangnya di Rumah Sakit supaya ia bisa segera latihan basket untuk pertandingannya di musim depan, juga Mami Lisa yang terpaksa ku titipkan Adante.

"Bu Kayra?"

Aku menatap Pak Abdul yang sudah tersenyum walaupun kepanasan terkena sinar matahari Cengkareng yang terik dan bertahan membuka pintu mobil untuk ku.

"Ya ampun Pak, ga bilang kalau parkir disini"

Pria botak itu hanya cengengesan setelah mendengar teguram ku "Yah si Ibu, daritadi mah saya udah panggilin tapi Ibunya sibuk"

Aku masuk ke dalam mobil dan berharap kalau jalanan Jakarta hari ini ramah terhadap ku.

"Ini mau ke rumah dulu atau langsung ke Rumah Sakit, Bu?"

"Langsung ke Rumah Sakit aja Pak, nanti tolong setelah antar saya Bapak ke Rumah dan taruh koper sekaligus ambil baju saya yang sudah disiapin sama si Mba ya"

Aku kembali menatap ponsel ku dan bernafas lega melihat foto Adante yang sedang bermain di taman belakang dengan Eyang-nya.

Yah setidaknya aku tidak perlu khawatir dengan Kayser versi junior itu.

"Macet ga Pak?" Aku kembali menatap kearah jalan dengan sedikit khawatir.

"Engga Bu, orang Jakarta kan malas keluar minggu pagi kaya begini hehe" Pak Abdul melirik ku dari kaca spion "Tadi sebelum saya berangkat jemput Ibu, Dokter Kayser pesan"

"Pesan apa?"

"Kata Pak Kayser, ga boleh buru-buru terus Ibu juga ga boleh panik. Takut lahiran di mobil"

Aku terkekeh mendengar ucapan Pak Abdul "Ya ga gitu juga dong Pak, Suami saya itu emang kadang suka berlebihan. Udah Pak, agak cepetan aja ya?"

•••••

"Hey, you look like a mess"

Aku mengatur nafas ku dan melepas Ferragamo yang menempel di kaki ku, mata ku melebar mendengar ucapan Kayser tadi.

First, Do No HarmWhere stories live. Discover now