Bab 4: BBM (bintang-bintang Menari)

73 6 2
                                    

ketika Allah menunda suatu yang kita tunggu-tunggu yang kita harapkan, sesungguhnya Allah sedang mempersiapkan suatu yang lebih dari apa yang kita pinta

-Asmi-

Aku benar-benar tak menyangka atas apa yang disampaikan oleh Mr. Hakan di email yang Ia kirim padaku. Rasanya seperti mimpi. Di Hari bersejarahku, kebahagiaan ini rasanya semakin sempurna. Mr. Hakan mngabarkan bahwa aku lolos dalam seleksi beasiswa S2 di Çukurova University. Salah satu impianku. Tak terbayang dari puluhan mahasiswa, aku terpilih. Sejak awal aku mengikuti langkah demi langkah tes untuk mendapatkan beasiswa ini aku sedikit pesimis, bayangkan saja aku orang asing, yang sampai saat ini bahasa Turkiku masih belum sesempurna penduduk asli dan harus bersaing dengan mahasiswa Turki lain, yang tentu rasanya diri ini mustahil untuk lolos. Allah menunjukkan kebesaranNya padaku dalam bentuk kejutan yang tak kusangka-sangka ini.

Namun kebahagiaan itu rasanya mulai memudar tatkala aku mengabari kedua orang tuaku di belahan provinsi Kalimantan Timur perihal ini. Tampaknya mereka kurang senang dengan kabar ini dan menginginkanku untuk segera kembali selepas lulus nanti, melanjutkan kehidupanku di Indonesia, termasuk jika ingin melanjutkan S2. Bahkan mereka menginginkan aku untuk menikah dahulu baru diperbolehkan untuk melanjutkan kuliahku itu. Ahh kenapa sesulit ini?

Aku sangat mengerti dan aku pun merasakan kerinduan yang teramat dalam dari kedua orang tuaku, begitupula yang aku rasakan kini, ditambah kesedihan karena mereka tak bisa mendampingi di hari bersejarahku. Jarak memang membuat aku harus berlapang dada dan tak memaksakan kehendak untuk mereka datang.

Akan tetapi mengenai sebuah pernikahan aku belum bisa untuk memenuhi itu, aku ingin menggapai mimpi-mimpiku dulu, impian yang selangkah lagi akan terwujud. Ya, aku tahu atas keinginan besar dan kekhawatiran mereka saat ini, apalagi aku adalah anak perempuan pertama dari 4 bersaudara tentu orang tuaku  memiliki harapan besar agar aku segera melepas masa lajangku. Tak mungkin pula bapak dan ibu meminta adik-adikku untuk mendahuluiku, selain aku adalah anak pertama, adik-adikku itupun masih dalam kondisi menuntut ilmu.

Mengingatnya hati ini dirundung resah dan bimbang. Dua pilihan yang amat sulit, sungguh aku tak mampu menolak permintaan orang tua namun juga tak bisa begitu saja melepaskan kesempatan emas ini. Ya Allah berikanlah hamba petunjuk mana yang harus hamba pilih?

"Nasılsın Asmi? Where are you? Do you know where is I am?"

Sebuah pesan singkat melalui BBM membuatku tersentak, pesan dari sosok yang sedari tadi kutunggu balasannya.

"Asmi, neden hazır değilsin?" belum sempat ku membalas teman rumahku, Esra, menghampiri dan mengingatkanku untuk persiapan malam nanti.

Ah ya aku lupa sekali sepulang dari Ankara tadi aku belum menyiapkan apapun bahkan lupa kalau hari ini aku memiliki janji untuk menghadiri acara wisuda sahabatku, Ainun, dan malah menyalakan laptop demi melihat email dari Mr. Hakan dan juga dari Ashfi.

Bergegas aku membereskan kamarku dan segera mandi. Beberapa kali ku dengar voice call masuk saat ku masih mandi. Pasti dari sosok yang sedari tadi mengirimiku pesan singkat lewat BBM dan Whatsapp. Baiklah nanti akan ku hubungi saat diperjalanan. Malam ini akan menjadi saksi akan hari bersejarahku dan teman-teman.

Asmi Nura Atqiya

Asfii...kangen, kamu... emm maafkan aku selama ini telah menghilang.

Aku sedang dalam perjalanan menuju kampus, kamu memang dimana?

Kuungkapkan rasa bersalah dan rinduku dalam balasan chatku pada Ashfi saat perjalanan menuju kampus sambil mencicipi sandwich buatan Esra. Aku tak sempat makan di rumah karena waktu begitu berjalan cepat dan prosesi wisuda sahabatku, Ainun, mungkin akan segera usai. Aku tak ingin mengecewakannya dan mengingkari janji. Hal yang sangat amat aku hindari. Prediksiku sekitar setengah jam untuk dapat hadir di lokasi, semoga aku tak terlambat. Dan kau tentu tau aku tak suka keterlambatan.

JarakWhere stories live. Discover now