Jarak

Bab 8: Line (Lost In Mevlana City)

Mungkin inilah balasan Allah untukku karena terlalu berharap pada selain-Nya

-Ashfi-

Melike

If u have arrive, please tell me

Chat yang disampaikan perempuan bermata hazel melalui line membuatku tersenyum. Melike Yilmaz, Perempuan berkebangsaan Turki yang hadir dalam kehidupanku sebagai pengganti Asmi untuk menjadi mataku mengenal lebih jauh negaranya. Ia juga adalah guruku. Aku mengenalnya saat belajar bahasa Turki di salah satu kursus by online bernama El-sinei Turkce. Kegiatan yang aku geluti usai aku lulus dari jenjang perkuliahan. Kursus yang diadakan melalui media sosial Line ini banyak membantuku hingga aku mampu berkenalan dengan Melike. Mengikuti kegiatan ini bukan hanya karena kecewa dengan Asmi yang menghilang begitu saja melainkan karena tantangan dari Aidil.

Tantangannya adalah jika aku menyukai Turki artinya aku harus dapat berbicara dan memahami bahasanya, padahal saat itu akupun sedang repot dengan kegiatan melamar kerja yang belum kunjung didapat. lagi-lagi laki-laki itu yang memberikan pengaruh besar padaku. Maka kamu tau kan seberapa kecewanya hati ini padanya?

Melike juga lah sosok yang menjadi salah satu alasan mengapa aku memutuskan untuk pergi ke negaranya, memenuhi undangan pernikahannya. Nyatanya bukan sekedar hadir di pernikahannya lebih jauh dari itu aku ingin belajar banyak darinya tentang dua hal yang sedang ia jalani saat ini. Sebelum keberangkatanku ke Turki Ia pernah menceritakan persoalan kisah cintanya yang rumit.

Melepaskan Samir, Laki-laki berkebangsaan Mesir untuk kembali ke negaranya dan menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya 1 tahun yang lalu, rasa sakit yang sama yang kurasakan hari ini, begitu mudahnya seorang laki-laki mampu berpindah hati dengan perempuan lainnya, sedangkan seorang perempuan begitu sulit untuk sekedar melupakan laki-laki yang telah menjadi bagian dari hidupnya. 

Hingga akhirnya Melike harus menerima Ahmet, laki-laki yang sejak dulu mencintai Melike meski sudah berkali-kali ditolak. Awalnya amatlah sulit namun melalui Allah hatinya tersentuh. Ah cinta memang tak semudah dibayangkan.

"Bazen Allah bize, bizim için iyi olduğunu düşündüğümüz bir iyilik olduğu halde, Allah'ın en iyi olmadığını düşündüğümüzden, sevmediğimiz bir şey verir."

(Terkadang Allah memberikan sesuatu yang tidak kita sukai padahal dibalik itu ada kebaikan, kadang yang kita anggap baik bagi kita menurut Allah bukanlah yang terbaik)

 kata-kata menyuntuh yang Melike ucapkan saat aku menanyakannya tentang kisah cintanya.

Apakah aku mampu seperti Melike, yang dapat menerima orang yang belum kucintai? Rasanya aku tak bisa membayangkan hari-hari tanpa cinta dengan laki-laki yang dijodohkan ayah, tapi akupun tidak bisa berharap lagi pada Aidil, karna Ia sudah melabuhkan hatinya kepada perempuan lain dan itu bukan aku. Mungkin inilah balasan Allah untukku karena terlalu berharap pada selain-Nya yang berujung kekecewaan.

Melike

Ashfi.. its my nephew number, please call her, she will arrive at 15.00 pm okey.

Satu pesan mendarat lagi. Segera kubalas. Melike memang cepat sekali merespon balasanku. Sejak aku mendarat di negaranya ia selalu menanyakan kabarku, posisiku dimana, apa saja yang aku lakukan dsb, jika ia tak merespon atau membalas itu artinya sedang sibuk, apalagi kesibukan untuk mempersiapkan pernikahannya esok. Rasanya tak menyangka akan bertemu sahabat dunia mayaku ini dalam balutan gaun putih yang indah. Kini jarak antara aku dan Melike semakin dekat. seperti jarak antara aku dan Asmi. 

Namun disisi lain Jarak pula yang merentangkan hubunganku dengan kedua orang tua terlebih kepada calon suamiku. Pernah sekali Ia mengirim pesan hanya menanyakan kabarku, namun tidak dengan orang tuaku, mereka sama sekali tidak pernah menghubungi. Rasa bersalah mulai mencuat dalam hati, Alula berusaha melapangkan dadaku dalam setiap chatnya bahwa keluargaku baik-baik saja mereka hanya sibuk maka tak sempat menghubungi, iapun mengingatkanku untuk jaga diri. Baiklah semoga benar seperti itu keadaannya.