Bab 6 : Gmaps (Go and Get more amazing places!)

64 6 2
                                    

Aku hanya ingin bahagia bersama orang yang kucintai, tapi yang kudapat pedihnya memperjuangkan orang yang tidak sama sekali menginginkanku
-Ashfi-

Sekitar jam 08.00 sepulang dari masjid sabanci aku bersiap-siap membereskan ransel dan barang bawaan lalu ikut sarapan bersama Asmi, Esra, Aysel dan Zaynep meski tadi sudah makan kebap, sedikit mengisi amunisi sebelum melakukan perjalanan. Karna Asmi tak bisa menamani perjalananku, maka aku akan berangkat seorang diri. Dengan informasi yang diberikan Esra dan Aysel mengenai transportasi apa saja yang bisa mengantarkanku ke kota tujuan sedikitnya aku terbantu.

Asmipun membantuku memesan bus lewat aplikasi agar lebih praktis dan mudah sesampainya nanti di otogar (terminal bis yang terdapat di kota besar maupun kota kecil di Turki). 

Dulu semasa masih chatingan dengan Asmi, Ia selalu bilang kalau tinggal di Turki jangan samakan dengan harga di Indonesia karena jauh berbeda, 1 TL (mata uang Turki) sama dengan 3-4rb. Untuk biaya menaiki bis termurah dari terminal Adana ke tempat tujuanku merogoh kocek senilai 30 TL sekitar 88rb.

Jadwal keberangkatan bus yang kami dapatkan jam 09.30 sekitar 30 menit lagi. Perjalanan ke terminal dengan metro tentu akan memakan karena transit di beberapa halte. Dengan sedikit kebingungan akhirnya Esra menyarankan untuk naik taksi ke terminal, asmipun menelpon pihak bus untuk ditunggui. Tak kusangka saat menaiki taksi, Asmi ikut serta, pikirku mungkin hanya ingin mengantar, namun ia membawa ransel warna merah maroonnya. Apa ini bertanda ia akan ikut? Entahlah jika benar aku amat senang.

Sesampai di depan bangunan tua bercat kuning dengan beberapa bendera negara yang menggantung, berhias kursi panjang di depan halamannya, kami berlari mencari bis layaknya lari marathon, semua penumpang bus menatap kami yang sedikit ngos-ngosan saat menaikinya, dengan kilat kami meminta maaf atas keterlambatan ini.

"Mi, kamu... jadi ikut?" tanyaku menghempaskan diri diatas kursi empuk, Ia mengangguk senyum.

"Aku masih penasaran alasan lain yang membuat kamu berada disini, jadi aku mau menagihnya." jawabnya ikut duduk disampingku.

"Ohh baiklah alasan yang masuk akal. tapi tadi kamu bilang nggak bisa, sebenarnya ada apa sih mi?" Ia tertawa lepas mendengar pertanyaanku.

"Aku cuma menguji kamu, ternyata kamu nekat juga ya pergi sendiri."

"Ya ampun tega banget sih kamu Mi, bikin aku sedih tau gak, aku tuh udah ngebayangin perjalanan aku disini bakal menyenangkan bareng kamu taunya malah sendirian, sempet psimis tapi aku nekat aja lah." Gerutuku membuat asmi tertawa lagi.

"Sekarang aku udah disini bareng kamu, nggak sedih lagi kan?" seketika aku menggeleng dan tersenyum.

"Lagian kamu tamuku, aku harus menjamumu dengan baik, bukan begitu?"

"Ya, itu wajib!" Tukasku.

Jujur tak bisa dibayangkan bagaimana perjalananku ini sendirian tanpa Asmi, ternyata Ia mengerjaiku. Sepanjang perjalanan sekitar 2 jam 30 menit kami habiskan dengan mengobrol aku banyak menanyakan mengenai kota tujuan kami, Asmi menyebutnya dapur Turki, julukan bagi kota kuliner ini.

Tiba di Antep, sebutan bagi kota Gaziantep, kami disuguhkan pemandangan kota tua yang modern, ya inilah tujuan keduaku setelah Adana, dengan bantuan g-maps untuk mendapati rute terdekat dan baiknya menggunakan transportasi apa, kami pun beranjak dari Gaziantep Otogar dengan sebuah metro.

Prediksi kami meleset ternyata metro yang kami naiki salah, bukan melalui museum Zeugma Mozaik melainkan menuju Şehit Kamil Belediyesi, karena asik mengobrol hingga kami lupa harus turun di pertigaan transit menggunakan metro yang menuju museum dengan situs arkeologi. Kami menyadari itu tatkala melihat google maps ternyata telah melampaui titik rute ke tujuan kami. Akhirnya kami turun dan menaiki metro yang berbalik arah setelah mendapat petunjuk dari salah satu penumpang.

JarakWhere stories live. Discover now