16 : Cermin dan Boggart

2.4K 367 82
                                    

Draco berdiri dari kursinya begitu melihat Hermione keluar dari aula. Ia tidak tahu kenapa dirinya melakukan hal itu, seolah-olah tubuhnya bergerak sendiri. Ia merasa sesuatu tidak beres dengan ini, dengan dirinya dan Hermione. Dan tanpa mempedulikan bahwa lima puluh orang menatap ke arahnya, Draco berlari keluar aula.

"Mau kemana kau?" Blaise bertanya sambil beteriak.

"Tentu saja," Pansy tersenyum. "Beast mengejar Belle, Blaise. Ginny sudah memberitahumu, bukan?"  Setelah itu, Pansy  dapat melihat Blaise yang menghindari pandangannya. "Kalau mau menyukainya silahkan, dia lumayan Blaise,"

"Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura bodoh. Kau membuat semuanya terlalu jelas,"

"A―Aku tidak―"

Pansy memotong. "Terus saja seperti itu, asal kau tahu, hatimu tidak berkata hal yang sama,"

***

Hermione tidak tahu. Ia ingin pergi dari aula secepatnya. Mendadak, dadanya terasa sakit sekali ketika melihat Draco membelai rambut Pansy lembut. Melihat hal yang tidak pernah Hermione rasakan sejauh ini. Dari Draco, dari laki-laki manapun.

Kilas balik peristiwa itu terbayang dalam benaknya. Bagaimana pemuda itu membuat Pansy tersenyum, tertawa, dan membuat kebahagiaan pada gadis itu. Begitupun sebaliknya, gadis itu tampaknya melakukan hal yang sama pada Draco. Tentu saja mereka berdua seperti itu,

'Mereka berdua cocok,' batin Hermione sambil menepi di lorong sepi. Menjauh dari lorong utama. Ia butuh tempat untuk bernafas, untuk melepas semua yang menyesakkan hatinya.

Hermione bersandar pada dinding dan menatap jaring laba-laba yang menghiasi lorong itu. Sinar matahari yang minim, membuat Hermione merasa lebih tenang. Ia pun duduk dan membuka salah satu buku pelajarannya.

'Belajar membuatmu lupa tentang cowok, bukan?' tanyanya pada dirinya sendiri. Ia membaca bab baru dari buku transfigurasi tahun ketujuh, namun konsentrasinya kembali buyar. Hermione melirik arlojinya, masih ada waktu setengah jam sebelum kelas mantra dimulai dan ia masih memikirkan Draco, Malfoy, dan Draco Malfoy.

Hermione akui. Mungkin, Mungkin dia sedikit menyukai pemuda itu.

Hanya sedikit.

Ia masih waras untuk tidak memberikan seluruh hatinya pada Draco 'Playboy' Malfoy. Pemuda nomor dua―setelah Harry Potter―yang menjadi idaman para gadis-gadis Hogwarts.

Hermione menghela nafasnya kasar. Ia memasukkan buku mantra ke dalam tas dan berjalan menuju kelas mantra. Masa bodoh dengan rasa cemburu dan kesalnya pada Draco Malfoy.

***

Ginny menahan senyumnya ketika Hermione mendobrak meja dan pergi keluar aula, meninggalkan sarapannya di meja gryffindor. Sulit sekali untuk membuat Hermione cemburu, bahkan membuatnya mengakuinya secara terang-terangan seperti beberapa detik yang lalu.

Mata Ginny memperhatikan meja slytherin. Yang tak lama kemudian, membuat senyumnya semakin lebar.

Draco Malfoy berlari keluar aula, meninggalkan sekawanan slytherin-nya terpingkal-pingkal. 

Sudah pasti, pemuda itu melihat Hermione pergi dan menyusulnya. Sudah pasti ia takut Hermione salah paham dengan sikapnya pada Pansy Parkinson tadi. Setidaknya, pemuda berambut pirang itu punya rasa peduli dan tanggung jawab. 

Tidak seperti pacarnya.

Ginny kesal sekali. Bahkan, sampai hari ini, baru Genevieve yang meminta maaf dan mengklarifikasi kejadian. Harry tidak melakukannya, Harry mungkin sudah tidak peduli dengannya.

Miss You Where stories live. Discover now