Desa Ombak

156 22 5
                                    

Desclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Adventure, Action, Romance

Rated : M

Pairing : Sasufemnaru

.
.
.
.

Telah dimulai, batin Kakashi.

Seperti yang diperkirakan, Kakashi dengan mudah menghindari serangan Zabusa berkat Sharingannya. Namun ia juga sadar tidak bisa terus menggunakan mata itu. Zabusa sadar akan hal itu, kabut pekat yang dibuatnya kunjung menghilang begitu juga serangan yang terus ia lakukan.

Kakashi dibuat kewalahan mengahadapi pedang besar itu dalam keadaan seperti ini. Jika kabut ini tak kunjung menghilang, ia berada dalam bahaya. Cakranya sudah banyak terkuras dan masih harus melindungi tuan Tazuna dan juga muridnya.

Dia harus melakukan sesuatu.

"Kuchiyose no jutsu," rapal Kakashi.

Muncul beberapa anjing ninja. Dengan arahan Kakashi anjing ninja miliknya berhasil melukai Zabusa dan kabut pekat itupun perlahan menghilang.

Hal itu dijadikan kesempatan untuk menyerang Zabusa.

"Chodori." Petir muncul ditangan si copy ninja itu dan dengan cepat ia menyerang Zabusa. Serangan itu berhasil. Zabusa terluka parah.

Di sela-sela nafas terakhirnya ia meminta agar jasadnya dimakamkan bersama dengan Haku. "Tolong makamkan aku bersama Haku," pintanya dengan senyum sembari memandang sendu ke arah tubuh yang tergeletak tak jauh darinya itu. "Ia satu-satunya k-keluargaku," ucapnya lagi sebelum pergi untuk selama-lamanya.

Hati Naruto tergerak melihat kejadian itu. Ia tertunduk.

Salju turun seolah mengantarkan kepergian keduanya. Bulir salju jatuh dimata Haku seolah ia tengah meneteskan air mata karena tidak bisa melindungi Zabusa.

.
.

Kelompok Kakashi tiba di desa ombak dengan selamat. Tim bantuan yang diminta Kakashi membantu membawa tubuh tak berdaya Sasuke dan Menma.

Setelah sampai tubuh keduanya dirawat dengan intesif. Perlahan namun pasti akhirnya kondisi kedua ninja muda itu mulai berangsur-angsur membaik. Pertanda tidak lama lagi mereka akan kembali ke Konoha.

Naruto memperhatikan pembangunan jembatan di desa itu dari jauh.

Para orang tua dan pemuda desa bekerja bersama. Para wanita datang bersama dengan anak-anak mereka membawa makanan. Anak-anak itu berlarian kesana-kemari bermain dan tertawa. Ada yang menangis karena terjatuh tapi kemudian berhenti setelah dipeluk dan dicium oleh orang tuanya. Hatinya kembali disentak oleh pemandangan didepannya.

"Hei kak Naru."

Naruto mengikuti arah suara itu dan mendapati Inari, cucu tuan Tazuna tengah berlari kecil kearahnya.

"Kak Naru, ibu memanggil untuk makan siang," ucapnya tersengal-sengal.

Naruto melihatnya datar sebelum mengangguk. Inari lalu memegang tangan itu, mengayun-ayunkan tangannya. Ia tertawa. "Kak Naru kenapa aku tidak perna melihatmu tertawa?" Tanyanya polos.

Naruto menatap Inari beberapa saat. Tampak binggung. "Aku tidak tahu," jawabnya jujur. Inari menatap aneh Naruto. "Kau aneh sekali kak Naru," ucapnya pelan. Tiba-tiba sesuatu terbesit dalam otaknya. Ia tersenyum lebar. Sebelum mengelitik perut Naruto. Namun bukannya Naruto yang tertawa malah ia sendiri yang tertawa seolah dia yang digelitik.

Menyadari hal itu. Ia cemberut dan menghentikan perbuatannya. "Seharusnya saat digelitik kau tertawa tapi kenapa tidak. Apa tanganku yang terlalu kecil ya?tapi tidak mungkin, ibu tertawa saat kugelitik begitu juga dengan kakek. Sepertinya memang kak Naru menderita penyakit tidak bisa tertawa." Rancuhnya lucu.

RahasiakuWhere stories live. Discover now