❄️ BAB 05 - Jangan Terluka Sendirian

4.8K 989 152
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 15 Mei 2019 (BAB 5)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Bab 05 - Jangan Terluka Sendirian

***

Prague, Czech Republic - Winter

[Sekarang - Sultan El Firdausy]

...

Sampai hari kelima setelah malam pergantian tahun, aku belum menemui Mia Kathleen atau pun meladeni kontak Helga. Aku tidak yakin apakah dengan aku membacakan buku untuk Mia itu akan berhasil untukku, atau untuk Mia sendiri. Sementara aku takut dengan cara Helga bersikap kepada laki-laki. Aku belum bisa lupa saat dia dengan sembrononya mencium pipiku. Demi Allah, aku tidak pernah menginginkan itu. Lebih baik aku kehilangan semua gigiku dari pada harus mendapat satu kecupan dari seseorang yang tidak aku kehendaki.

"Helga sudah telepon aku berkali-kali, Sul. Dia nanya kapan kamu akan ke sana? Helga sudah berusaha ngobrol sama Mia dan katanya nggak masalah untuk mencobanya selama sepekan," kata Wisnu yang sedang mengemas pakaiannya. Dia akan pergi ke Frankfurt untuk sepekan.

"Harusnya dia tahu kenapa aku nggak ke sana?"

"Itu tidak sengaja, oke?" kata Wisnu, "Helga nggak tahu kalau kecupannya itu akan mengganggumu. Dia pun cuma menganggap itu hanya kecupan biasa tanda terimakasih. Seperti yang sering dilakukan perempuan di sini."

"Dia bilang kamu sudah memperingatkannya tentang batasan-batasan kalau berinteraksi sama aku. Harusnya kamu juga ngasih penjelasan soal batasan itu ke dia."

"Soal kamu yang lagi paranoid banget sama cewek? Nggak mungkin, kan? Aku berusaha menjaga agar nggak ada siapa pun yang tahu soal masalahmu, Sul."

Kalau boleh jujur, aku masih sedikit kesal pada Wisnu. Kenapa kalau dia memberi peringatan pada Helga tentang bagaimana harusnya dia berinteraksi denganku, dia tidak memperingatkannya pula tentang bagaimana harus bersikap padaku? Atau setidaknya Wisnu perlu bilang kalau aku adalah laki-laki yang telah beristri.

"Aku nggak bawa mobil perginya. Pakai saja kalau kamu perlu. Kuncinya ini, kutaruh di atas konter."

Namun kesal itu kadang lekas surut juga jika mengingat semua kebaikannya padaku.

"Aku pergi sekarang," dia mengangkat ransel selempangnya pada pundak. Berjalan ke arahku.

Dia mengulurkan jabat tangan padaku. Aku berdiri dari sofa untuk membalasnya, "Aku minta maaf kalau selama ini ngerepotin. Harusnya aku tahu kamu cuma sedang melakukan yang terbaik."

Wisnu tersenyum sedikit iba. Lalu menepuk pundak kiriku, "Nggak perlu dipikirkan."

"Hati-hati, Nu."

Kepalanya mengangguk. "Aku cuma seminggu kok."

"Perlu kuantar ke stasiun?"

"Nggak usah. Aku sudah pesan Uber, kok. Itu sudah nungguin di bawah."

"Okelah."

Dan dia pergi.

Hari ini salju sudah tidak turun lebat. Sejak kemarin bahkan.

Semalam aku sudah menyusun rencana untuk hari ini. Dari pagi sampai sore aku berencana untuk di rumah saja karena ada banyak informasi yang perlu aku ketik. Belum lagi harus telaten mengontak satu per satu orang yang perlu aku wawancarai dan membuat janji temu. Mereka adalah muslim pribumi.

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now