❄️BAB 07: I H S A N (1)

5.2K 995 190
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 26 Mei 2019 (BAB 7)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Kalau Bab ini sepi komentar, saya nggak mau double update ah. 😐

***
Bab 07 - I H S A N (1)

***

Prague, Czech Republic - Winter

[Sekarang - Sultan El Firdausy]

Yang aku inginkan dari pasangan hidup adalah dia yang bisa mengimbangi emosiku dan utamanya menjadi penenang di kala banyak kegaduhan yang membadai dalam diriku. Persoalan cantik, pintar, seksi, agamis, itu biar jadi urusan perspektifku. Aku berusaha menyederhanakan sudut pandang ini untuk diriku sendiri saja. Aku bisa menciptakan itu semua. Aku tahu bagaimana Astrid harus menjadi cantik dan menarik untukku. Aku tahu bagaimana membuatnya pandai akan sesuatu. Aku tahu bagaimana cara membentuknya agar menjadi agamis dan meletakkan pointer destinasinya ke Tuhan. Aku tahu harus bagaimana terhadapnya. Tapi soal bagaimana dia akan bisa mengimbangi emosiku dan menjadi penenang badai dalam diriku, itu harus jadi keahliannya sendiri yang aku tidak tahu harus bagaimana membentuknya jika Astrid tidak punya. Dan Astrid punya itu. Badaiku tak berkutik di depannya.

Aku salah satu orang yang paling segan mengajari orang lain. Selalu merasa tak pantas melakukan banyak hal baik. Maksudku, jika setelah melakukannya aku akan disebut orang saleh atau orang baik atau bijak atau berakal atau ... apa saja, maka akan kupikirkan berkali-kali sebelum melakukannya. Tapi pengecualian untuk Astrid. Aku bebas padanya.

Hei, Astrid itu istriku. Dia ladang bersih yang dberikan Allah untukku. Bebas kubajak dan kutanami apa saja. Baik buruknya istriku tergantung bagaimana aku. Imannya pun tartaut dengan imanku. Hati kami tidak di tempat yang sama, tapi frekuensi perasaan kami bergetar pada amplitudo-amplitudo yang selaras. Kami satu gelombang. Frekuensi kami tidak bertolak belakang. Kami menyatu. Karenanya iman yang berpendar dalam diriku juga meradiasi iman miliknya. Selemah apa tingkat kesalehanku akan memancar selemah itu pula padanya.

Terlepas dari itu, topi nakhoda dan kendali kapal ada dalam tanggungjawabku. Kapal itu adalah kami berdua dan apa saja yang meliputinya. Laut adalah kehidupan yang harus kami layari. Sementara tantangan kami ada pada arah terpa angin, riak gelombang, dan cuaca. Semua itu terwakili pada satu batu karang bernama ego.

Kejanggalan kadang ada tapi kami berusaha meredakan masing-masing. Ada titik yang aku benar-benar mengecewakannya, dan dia pun pernah sangat mengesalkanku. Justru itu riak-riak yang harus ada. Kami belajar dari semuanya. Menerjemahkan apa yang ditulis riak-riak pada karang. Lalu menafsirkan bahasa camar-camar dalam dada kami yang kerap mengolok-olok emosi. Lantas apa yang membuat kami bertahan sekuat itu?

Bisa jadi itu karena cinta.

Atau ...

Bisa saja jauh dalam diri kami, antara aku dan dia sudah saling membayangkan betapa hidup akan jadi lebih rumit jika kami kehilangan masing-masing.

Astrid sudah sangat berhasil untuk itu. Dia bisa mendiamkan bisingnya mulut badai dalam diriku. Bahkan ia mencolok mata badai yang pada ulu-nya hanya bisa dilakukan oleh kekuatan sekelas malaikat.

Hei, asal semua makhluk di planet ini tahu. Astrid bisa menenangkanku bukan berarti dia datang bersama kesempurnaan tenang tanpa badainya sendiri. Justru dia memiliki ritme kedatangan badai yang lebih kerap dariku. Badainya mudah terpicu. Sementara yang tak bisa kusangkal adalah aku sangat menyukai gaduh badai Astrid. Badai miliknya selalu menarik nyaliku untuk bisa menaklukkannya. Terlepas dari itu, dia adalah Sangri La-ku. Semacam puri sunyi di atas bukit tak terjamah. Berkabut halus. Sejuk. Namun terdekat dengan kehangatan. Saat lelahku bertemu Sangri La itu maka tidak ada satu badai yang berani membuat pergerakan. Satu-satunya orang yang bisa membuat perjumpaan seperti itu tidak pernah terjadi sejak selamanya. Perasaanku selalu seperti baru pada Astrid.

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now