❄️ BAB 10 - Janji Temu

4.6K 838 154
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 16 Juni 2019 (BAB 10)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Bab 10 - Janji Temu

***

[DULU - Astrid Pramesti]

Istanbul, Turki  (Masa Lalu)

Di kelas aku jadi salah satu mahasiswi termuda, selain yang namanya Hans; bule asal Kanada itu. Rata-rata usianya pada 19 atau 20. Maklumlah, ya, aku sama Sultan hijrah ke Istanbul itu masih di tahun yang sama setelah kita diwisuda dari SMAIT. Pasca nikah banget.

Aku nekat ngelepasin Kesmas UI karena ngerasa segalanya nggak akan jadi lebih baik kalau sampai aku jauhan sama Sultan lintas negara kayak gitu. Aku di Indonesia, Sultan di Turki. Ya masa. Tapi memang mungkin Allah mau ngajarin apa arti jarak dan nikmatnya temu ke aku sama Sultan, sampai akhirnya aku ngikut Sultan ke Turki pun tetep aja kami nggak bisa satu kampus. Sultan sih udah jelas keterima di Universitas Istanbul, tapi aku nggak. Aku nggak keterima di jurusan kedokterannya waktu itu. Karena nggak mungkin dong udah jauh-jauh ke Turki tapi nggak jadi kuliah, akhirnya Paman Fikar ngasih opsi kalau aku bisa diterima dengan mudah misal aku daftar ke Universitas Ankara jurusan psikologi.

Aku sama Sultan waktu itu diskusi di kamar. Bayangin aja, kita masih muda banget jauh dari keluarga di rumah. Cuma bisa diskusi berdua. Namun akhirnya sampai pada mufakat okelah nggak apa-apa kita berdua pisahan kampus. Beda kota. Toh masih bisa reach out kalau mau ketemu. Dan faktanya, mau buat janji ketemu pun astaghfirullah susah banget. Dari sanalah, kami sadar, kelas kehidupan baru tentang saling percaya dimulai.

Hari-hari sejak aku fix jauhan sama Sultan, itu berat banget. Beraaat. Kita nikah baru berapa bulan, ibaratnya belum puas menikmati masa-masa jadi pasangan muda, dan harus LDR gitu. Kita udah buat janji akan ketemuan setiap dua minggu sekali. Tapi apa? Kita baru bisa ketemu lagi di dua bulan pertama!

Saat-saat itu aku ngerasa manjaku naik banget. Sung! Kayak seneng banget mancing-mancing biar Samsul datang ke Ankara. Batuk keselek dikit aku lapor, "Mas, aku kayaknya kena virus influenza, deh ya ampon." Atau, "Aku tadi dilihatin cowok di kelas. Kamu cemburu plis." Atau, "Aku tadi nggak sarapan, nggak sempet makan siang, dan sekarang mau makan malam males banget," padahal wadulnya sambil pegang kebab. Atau, "Maaas, jempol kakiku kejedot pintu. Kukunya berdaraaah. Perlu diamputasi nggak, ya?" Hahaha, well, enggak! Aku tahu itu cuma caraku caper ke Sule yang nun jauh di sana. Pokoknya aku seperti punya hobi baru, yaitu bikin Samsul khawatir. Sampai akhirnya dia tahu kalau aku cuma lagi secaper itu biar dia merespons. Dan dia selalu tahu cara merespons dengan baik.

...

"Aku heran deh, kenapa kamu nggak pernah cemburu kalau aku lapor ada cowok yang ngelihatin aku di kampus?" tanyaku via telepon sambil memangku sebantal Doritos. Di flat lagi sepi. Anak-anak lagi pada keluar menikmati akhir pekan kelar UTS. Sementara itu yang tadinya aku sama Sultan mau ketemuan malah batal lantaran kampusnya Sultan baru mulai UTS-nya! Dan dia nggak akan pernah rela ninggalin meja belajarnya untuk ketemuan seperti itu sama istrinya, yang katanya, bisa kita tunda kalau UTS-ku udah kelar.

"Bilang apa?" dia nggak denger, "Aku lagi belajar, sayang."

"Biarin, pokoknya aku mau ganggu. Kemarin aku udah puasa nggak teleponan sama kamu buat UTS. Dan sekarang aku mau ganggu."

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now