❄️ BAB 08 - I H S A N (2)

5.4K 971 203
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 29 Mei 2019 (BAB 8)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Bab 08 - I H S A N (2)

***

Bismillahirrahmanirrahim.

Prague, Czech Republic - Winter

[Sekarang - Sultan El Firdausy]

"Kamu jangan sering-sering kayak gini, Trid," kataku sambil memeluk Fathan dalam gendongan. Sementara Astrid sedang duduk di kursi tunggu pasien pada koridor rumah sakit. Dia menyusulku begitu sampai menjelang sore aku belum juga pulang. Aku janji padanya hanya pergi sampai tengah hari. Makanya dia kaget waktu aku mengabari sedang di rumah sakit dan dia maksa, banget, ingin menyusul.

"Aku takut kamu bohong."

"Bohong kenapa?" aku sedikit menimang karena Fathan hendak terlelap, "Nggak baik Fathan dibawa ke sana-sini kalau cuaca lagi seperti ini."

"Sekalian kamu periksain kepala," aku merasa ada yang berubah dari sikapnya. Protektifnya padaku sedikit janggal. Wajahnya seperti tidak tenang. Matanya mengerjap sebentar, "Aku takut kamu bohong bilangnya nganter orang ke rumah sakit, terus kalau tahu-tahu ternyata kamu sendiri yang lagi check up, atau berobat karena ada sakit yang masih nggak kamu akui ke aku. Khawatir tahu nggak," nada bicaranya ketus. Malah tanpa menatapku. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Aku menghela napas sedikit tak setuju. "Kalau aku kesakitan, kamu orang pertama yang aku kasih tahu."

Dia seperti tidak percaya dengan omonganku. Jangan bilang kalau badainya akan pasang.

"Iya, sebelumnya aku memang nggak berani bilang," aku berusah memperjelas, "Tapi setelah semua ini aku nggak akan nyembunyiin apa-apa lagi."

Astrid masih terlihat aneh ekspresi wajahnya.

"Kamu kenapa?" tanyaku. Dia yang sekarang bukan seperti dia yang tadi pagi mencium pipiku sebelum aku berangkat.

Lalu kepalanya mendongak padaku, "Kamu bisa nggak sih jangan terlalu sering melibatkan diri dengan kesulitan orang lain?"

Aku menangkap kilatan aneh di matanya.

"Ingat ya, Mas. Terakhir kamu nolongin orang, yang kamu dapat itu getah. Kita itu di negeri orang. Semuanya asing. Apalagi kamu bilang baru aja kenalan sama kakek itu. Kita nggak tahu dengan siapa kita berurusan. Sama seperti waktu kamu nolongin cewek yang mau dijual itu."

"Terus menurutmu kalau aku membiarkan kakek itu terkapar di lantai, sementara aku hanya menonton, itu lebih baik?"

"Ya kayak yang di kafe cuma kamu doang."

"Di sana hanya aku yang sedang ngobrol sama beliau."

"Dan kakek itu pingsan bukan karena kamu, oke?"

"Kamu kenapa, sih?"

Dalam sekejap percakapan kami menegang. Aku merasakan ada api yang memercik pada kalimat yang Astrid lontarkan. Nada bicaranya bergetar. Anehnya, tiba-tiba dia menutupi wajahnya dengan tangan seperti sedang sangat stres. Lalu, lebih aneh lagi, dia malah menangis. Kemudian dia berdiri dan hendak mengambil Fathan dariku. Aku mundur selangkah.

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now