❄️ BAB 14 - Fenomena

3.7K 775 96
                                    

Judul: Semusim Di Praha
Oleh: Sahlil Ge
Genre: Spritual, Slice Of Life
Alur: Maju-Mundur (Dulu dan Sekarang)

Diunggah pada: 07 Juli 2019 (BAB 14)
Bagian dari 'Antologi Semusim' (Winter).

Hak Cipta Diawasi Oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Bab 14 - Fenomena

***

Bantu saya temukan typo. Belum disisir.

***

[DULU - Sultan El Firdausy]

Saat membesuk Paman Fikar yang memang semakin membaik dari sejak beliau sakit. Aku melihat ada yang berbeda dengan sifat yang ditunjukkan Ayaz di sana. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Barulah ketika dokter masuk untuk memeriksa dan Ayaz seperti mendapat kesempatan untuk keluar, aku mengambil luang itu untuk mencoba berbicara.

Astrid kupinta untuk berbicara dengan Ulfa ―perempuan yang sudah menyapaku di bus tadi. Membicarakan apa saja. Terserah.

"Kamu tidak setuju dengan yang Bapakmu mau?" tanyaku pada Ayaz. Dia duduk menyendiri di luar ruang pasien.

"Ikut aku sebentar," pintanya langsung pergi.

Aku mengikutinya sampai pada sebuah ruang tunggu di lantai bawah. Ayaz seketika membelesak di salah satu kursi.

"Ini kesalahanku juga yang beberapa kali meminta untuk menikah. Permintaan yang tidak didasari keadaanku bagaimana," kata Ayaz yang kepalanya tengadah pada sandaran.

"Tapi yang aku lihat kamu seperti sudah mengenal Ulfa. Sejak kapan memangnya?"

"Maaf aku nggak bilang ke kamu. Ini sudah dua bulan."

Aku terkejut, "Bagaimana bisa?"

Ayaz menoleh padaku, "Kamu tahu kan beberapa kali Bapak membandingkan aku dengan kamu. Jangan tersinggung, Sul. Tapi kamu sudah tahu soal ini," dia berusaha jujur, "Sejak kamu di sini, aku sudah siap akan ada tahapan memotivasi dengan cara perbandingan dari Bapak. Aku tidak marah. Hanya saja aku sering merasa tak siap."

"Kamu yakin tidak marah?"

"Aku tidak marah selagi itu benar. Dan memang benar kamu patut dijadikan perbandingan untuk menyemangatiku. Kamu layak mendapat semua pujian itu dari Bapak. Dan Bapak layak menginginkan aku agar bisa sebaik kamu."

"Aku penuh kekurangan, Yaz."

"Tapi penilaian Bapak tak pernah salah, Sul," Ayaz menegaskan pelan.

"Aku masih bingung soal kamu dan Ulfa." Aku berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Rasanya tidak nyaman kalau harus membicarakan perbandingan.

"Sebelum ke sana aku ingin jelaskan dulu. Aku menggunakan perspektif keinginan untuk meminta nikah pada Bapak. Tidak benar-benar serius, tapi aku melakukannya beberapa kali. Mungkin Bapak gerah juga karena itu. Dan―."

"Yaz," aku memotong, "Kamu ingin menikah hanya karena melihat aku yang sudah memiliki Astrid?"

Ayaz tidak menjawab. Tapi cara dia yang tertegun itu lebih dari cukup.

"Tidak ada alasan lain?" tanyaku.

"Kenapa butuh alasan lain? Cepat menikah, cepat terbebas. Menyempurnakan agama, kan?"

"Butuh lebih dari seratus alasan ketika pada akhirnya aku mantap menikahi Astrid. Di Indonesia, pernikahanku adalah sebuah fenomena. Juga menjadi bahan pembicaranaan dua pihak yang berbeda dalam pendapat. Kamu tahu pernikahanku bahkan dimuat dalam koran? Mereka membicarakan pro dan kontra secara halus. Ada yang memuji, dan tidak sedikit yang mengkritisi. Itu kenapa aku membawa Astrid ke sini. Aku tidak ingin telingaku mendengar pembicaraan itu lagi. Kamu tahu meskipun aku menikah di usia yang masih prematur, tapi aku selalu berdoa agar tidak ada seseorang yang punya niat mengikuti langkahku?"

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]Where stories live. Discover now