08 회

9.9K 1.7K 127
                                    

Jaehyun menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan bergantian, melakukan peregangan ringan sebelum memasuki gedung kantornya. Saat memasuki lobby, mata Jaehyun menyipit ketika melihat kerumunan karyawan didepan lift.

Ada apa di sana? Batinnya lalu berjalan cepat ke arah kerumunan dengan tampang penasaran.

"Taeyong-ssi, ini bekal untuk makan siangmu." Ucap seorang wanita berambut cokelat terang sembari menyodorkan kota bekal berukuran sedang pada Taeyong.

"Ah, iya. Terima kasih." Jawab Taeyong sebelum menerima kotak bekal kesekian yang ia terima.

Saat masuk ke gedung kantor Jung Corps tadi, Taeyong dikejutkan dengan kerumunan karyawan. Ketika berjalan ke arah lift orang-orang itu menjegalnya hanya untuk memberinya makanan ringan, bekal rumahan, bahkan minuman untuk sarapan dan makan siang.

Taeyong sebenarnya sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti ini. Penyebabnya lagi-lagi karena wajahnya yang dibilang tampan juga cantik dalam waktu yang bersamaan. Tak heran jika diantara wanita-wanita tadi, ada pula pria yang terlihat sangat jelas tengah mencari perhatiannya.

"Oii, lihatlah artis baru kita," ucap Joy saat menghampiri Taeyong yang terlihat kesusahan membawa beberapa makanan pemberian orang-orang tadi.

Taeyong hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Jika boleh jujur, ia sebenarnya tak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang.

"Istirmu pasti sangat bangga memiliki suami yang dipuja-puja," sambung Joy dengan nada memujinya.

"Cih, memangnya dia memiliki istri?"

Belum sempat Taeyong membuka mulut untuk menjawab ucapan Joy, namun suara menyebalkan yang amat ia kenal tiba-tiba menabrak gendang telinganya. Ia hanya bisa menghela nafas lalu menatap pintu lif yang belum juga terbuka.

"Apa maksudmu?" Joy mengerutkan kening, menatap kesal pada sepupunya lalu melempar senyum manis pada Taeyong disampingnya, "Taeyong itu sudah memiliki keluarga," ucapnya lalu melirik sinis kearah Jaehyun, "Tak seperti kau yang masih lajang."

Jaehyun tertawa sarkartis, "Lebih baik aku lajang daripada hidup menduda seperti si jelek ini."

"Mwo?!" Pekik Joy tak percaya.

Taeyong seolah sudah kehabisan tenaga untuk menjawab ocehan sang CEO muda. Ia hanya berharap semoga pintu lift segera terbuka agar ia bisa naik ke ruangannya sekarang juga.

"Benar, Nuna." Jawab Jaehyun, tak menyerah untuk membuat Taeyong marah. "Istirnya meninggal, kasihan sekali." Cibirnya.

"Jaga ucapanmu, Jaehyun-ssi."

Taeyong mengeraskan rahang lalu menoleh pelan kearah pria jangkung disamping kanannya, "Aku rasa tak memiliki masalah apapun denganmu, tapi kenapa kau selalu saja menggangguku bahkan menghina ku?" Ucapnya dengan nada suara yang bergetar.

Melihat tatapan sendu Taeyong membuat Jaehyun bungkam. Ia sama sekali tak mengharapkan hal ini. Lebih baik ia melihat pria itu memaki-makinya ketimbang bersikap dingin dan memasang tampang kecewa seperti sekarang.

Sungguh, hal itu jauh lebih menyeramkan, pikir Jaehyun.

Ting!

Pintu lift terbuka, Taeyong buru-buru melangkahkan kakinya masuk terlebih dahulu diikuti Joy. Wanita yang tak tahu apa-apa itu memilih diam, melihat raut wajah Taeyong yang terlihat murung membuatnya merasa iba.

"Taeyong-ah, ingin kubantu membawa barang-barangmu?" Ucap Joy untuk membunuh keheningan.

Taeyong menggeleng pelan, "Tidak, aku bisa membawanya Joy." Ucapnya lalu menoleh pada wanita disebelahnya, "Datanglah ke ruangan ku saat jam makan siang, kita bisa memakan ini bersama."

When We Meet | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now