17 회

9.3K 1.5K 107
                                    

Sudah kurang lebih tiga hari Jaehyun merasakan perubahan sikap Taeyong padanya. Ia merasa lelaki itu terus menjauh, bahkan untuk sekedar melihatnya saja Taeyong tak mau. Apa semua ini karena omongan Ibu? Pikirnya.

Hari ini Jaehyun sengaja datang ke kantor lebih awal. Bahkan saat cleaning service masih membersihkan gedung kantor, ia telah bersiap untuk masuk dan menunggu sang mantan istri di depan ruangan lelaki itu. Cukup lama berdiri seperti orang bodoh sembari memainkan game di ponselnya, atensi Jaehyun pun teralihkan ketika mendengar deru langkah kaki berjalan kearahnya.

Menoleh, CEO muda itu mendapati orang yang sedari tadi ia tunggu berjalan dengan tatapan datar. Bahkan dengan tak tahu dirinya Taeyong melewati Jaehyun begitu saja lalu masuk ke ruang kerjanya.

"Si jelek itu benar-benar," gerutu Jaehyun dengan tampang tak percaya sebelum ikut masuk kedalam ruangan milik Taeyongㅡuntuk sementara.

"Hei jelek! Apa kau tak tahu bagaimana tata krama di kantor ini? Tanyanya dengan nada suara yang meninggi, "Aku pimpinan disini. Bawahan yang melewatiku begitu saja tanpa menyapa bisa kuberi sanksi."

"Terserah."

Jaehyun menjatuhkan rahangnya. Sebenarnya ada apa dengan Taeyong? Kenapa sikap dingin lelaki itu semakin menjadi-jadi? Pikirnya. Ia pun menghela nafas, berjalan kearah sang sekertaris perusahaan Nakamoto itu lalu duduk diatas meja tanpa melepas tatapan lekatnya pada sang empu ruangan.

"Apa Ibu mengatakan sesuatu padamu?"

Taeyong tetap fokus pada komputer dihadapannya. Berpura-pura tak mendengar Jaehyun hingga CEO itu berang lalu menyentil keras jidatnya. Tapi Taeyong tetap kekeuh, tak ingin bergeming dan berusaha tak memerdulikan lelaki berlesung pipi itu. Meski keningnya terasa perih, tapi Taeyong hanya mengusapnya sejenak sebelum kembali mengetik berkas cadangan kantornya. Meneriaki Jaehyun akan membuatnya semakin diusili saja, pikir Taeyong.

"Semoga tuhan membuat telingamu yang masih sehat itu segera tuli," Ujar Jaehyun kesal karena sudah hampir kehabisan akal agar lelaki itu merespon, bahkan sekedar menatapnya.

"Jika kau tak menatapku sekarang juga aku akan mencium mu, Taeyong."

Taeyong menghela nafas jengah lalu mendelik tajam kearah pria yang dengan tak sopan duduk diatas mejanya. "Apa yang ingin kau katakan?" Tanyanya dingin, "Jika itu diluar konteks pekerjaan lebih baik kau pergi dari sini."

Mulut Jaehyun kembali menganga lebar. Sebenarnya ini kantor siapa? Gerutunya dalam hati.

"Aku punya tugas untukmu," ucap Jaehyun mencoba untuk menemukan alasan agar Taeyong tak terus-terusan menjauhinya, "Laporan kenaikan saham perusahaanku harus di revisi sebelum diserahkan kepada kantormu, jadi temui aku di restoran Myeonghae jam sembilan malam nanti."

"Aku bisa memintanya pada Joy."

"Joy tak bisa ke kantor, makanya aku menyuruhmu." Jawab Jaehyun kesal, "Kau juga paham tentang mekanisme laporan yang sesuai dengan gaya perusahaanmu, jadi datang dan bantu aku merevisinya."

Taeyong tak tahu apa keputusannya kali ini sudah benar, namun ia hanya mengangguk menyetujui lalu kembali memusatkan perhatian pada komputernya.

*****

Sebelum berangkat ke restoran Myeonghae, Taeyong memilih untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Ia sangat tak bisa bepergian tanpa mandi dan berganti baju. Sebenarnya ada rasa tak rela untuk pergi dan bertemu calon suami orang itu, ia hanya tak ingin terkena masalah jika sewaktu-waktu Nyonya Jung mengetahuinya. Telinga Taeyong sudah cukup lelah mendengar hinaan wanita itu.

"Appa mau kemana?" Tanya Taeho yang tiba-tiba masuk ke kamar. Ia menatap sang ayah penuh tanya karena lelaki itu berpakaian rapih layaknya hendak kembali ke kantor.

When We Meet | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now