20 회

10.1K 1.6K 151
                                    

"Darimana kau mendapatkan kalung ini?"

Jaehyun yang tengah berdiri disamping lelaki mungil itu menoleh. Mengusap kepala Taeyong sejenak lalu berucap, "Kalungmu terjatuh di tempat Taeho kecelakaan dulu."

Keadaan kembali hening. Semilir angin musim semi menabrak pelan surai kedua lelaki yang kini berdiri di atas rooftop gedung kantor. Tak ada tempat yang jauh lebih nyaman untuk berbagi cerita selain di puncak tertinggi seperti sekarang. Menyaksikan jejeran gedung-gedung menjulang, juga kendaraan yang terlihat seperti semut berlalu lalang.

"Lalu ada urusan apa sepupumu datang kesini?" Tanya Taeyong lagi, "Dan kenapa kau bisa masuk ke ruanganku begitu saja saat Yuta datang tadi?"

"Soojung nuna juga membantuku mengelola perusahaan di Jepang," jawab Jaehyun, "Tadi aku datang bersama Soojung juga Yuta ke kantor untuk rapat bersamamu, tapi bosmu itu malah membuatku cemburㅡ"

Jaehyun berdeham, "Jangan terlalu dekat dengannya," ralat lelaki berlesung pipi itu.

Taeyong tersenyum miring. Kenapa juga Jaehyun harus mengakui semuanya secara tiba-tiba? Ia belum siap, bahkan mungkin tak akan pernah siap untuk mengulang kisah mereka kembali.

"Taeyong-ah," panggil Jaehyun yang membuat Taeyong menoleh kearahnya, "Bolehkah aku bertanya?"

"Apa?"

Lelaki berlesung pipi itu menatap sang mantan istri lamat, "Apa kau benar-benar menghamili lalu menikahi Seulgi?"

"Apa kau akan percaya jika aku menjelaskannya?" Lirih Taeyong.

Ingatan Taeyong tentang saat-saat dimana Jaehyun tak lagi menaruh kepercayaan padanya kembali menghantui otaknya. Rasa sakit yang ia pendam setelah sekian lama seolah digali kembali oleh sang mantan suami. Bahkan, semua umpatan yang pernah Jaehyun berikan pada hari itu masih sangat ia hapal.

"Maafkan aku," ucap Jaehyun dengan nada sesal, "Seharusnya aku tidak gegabah dan ceroboh waktu itu."

"Ya, kau sangat ceroboh dan bodoh."

Taeyong mengusap kasar pipinya yang tiba-tiba dibanjiri air mata. Dadanya sesak mengingat saat-saat dimana Jaehyun menamparnya untuk pertama kali. Bahkan, ketika mereka masih menjalin kasih diawal masuk bangku kuliah, Jaehyun sama sekali tak pernah membentaknya.

"Taeho anak Seulgi dan Jimin," Taeyong berucap sembari sesenggukan, "Saat kau melihatku memeluk Seulgi didepan apartement, itu karena aku mencoba menenangkan teman kita sendiri Jaehyun. Lelaki yang membuatnya hamil dan berjanji untuk menikahinya pergi begitu saja."

Jaehyun tertegun mendengar penjelasan mantan istrinya. Entah waktu itu ia telah dibutakan oleh amarah atau juga rasa cemburu dan curiga, hingga ketika Taeyong mencoba memberitahu yang sesungguhnya ia justru menutup mata dan telinga.

"Mungkin kau dan aku tak tahu rasanya penderitaan Seulgi, kita bukan wanita yang susah payah membawa anak itu selama sembilan bulan di dalam perut," sambung Taeyong masih dengan isakan pelannya,

"Tapi aku tahu bagaimana khawatirnya Seulgi karena tak ingin anaknya lahir tanpa seorang Ayah."

Jaehyun menutup wajahnya dengan satu tangan. Ikut menangisi betapa bodoh dan cerobohnya ia dulu. Bahkan ketulusan hati Taeyong yang membuatnya jatuh cinta saat awal bertemu malah terlupakan karena kesalahpahaman belaka.

Tapi Jaehyun benar-benar mencurigai mantan istrinya hari itu, sebab ia mendengar sekilas ketika Seulgi berucap, "Taeyong-ah, sebentar lagi aku melahirkan. Kita harus bagaimana?" Bagaimana otaknya tidak berpikiran macam-macam? Pikirnya.

When We Meet | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now