21 회

10.5K 1.6K 210
                                    

"Taeyong-ah!" panggil Jaehyun ketika melihat lelaki yang sedari tadi ia tunggu didepan lift berjalan ke arahnya.

Sedangkan, yang dipanggil hanya menautkan alis. Memandangi CEO muda itu heran sebelum berdiri tepat dihadapannya, "Kenapa kau belum pulang?" Ia menatap jam pada ponselnya sejenak, "Sudah hampir jam sembilan malam."

"Aku menunggumu."

Jaehyun memamerkan senyum lebar hingga lekuk kecil pada kedua pipinya nampak, "Biarkan aku mengantarmu pulang, ya?" Tanyanya lalu memanyunkan bibir, hendak mengeluarkan jurus aegyeo namun Taeyong lebih dulu menyentil keras dahinya.

"Aaak! Kenapa kau sangat senang menyakitiku?!"

Keduanya terdiam sejenak, secara tidak langsung ucapan Jaehyun barusan justru membuat kenangan masa lalu mereka terbayang-bayang. Menyakiti dan disakiti, dua suku kata yang begitu sensitif diantara mantan pasangan suami istri.

"Padahal kau yang senang menyakitiku," ujar Taeyong bercanda sebelum melangkah kedalam lift yang telah terbuka, "Hei apa kau tidak ingin masuk?" Tanyanya melihat Jaehyun masih saja mematung.

Tersenyum tipis, Jaehyun berjalan dan menghampiri mantan istrinya. Berdiri tepat dihadapan Taeyong hingga pandangan mereka beradu cukup lama. Merasa risih dengan tatapan lamat Jaehyun, si lelaki mungil berdeham cukup keras sebelum berkata, "Berhentilah menatapku, aku memang sangat tampan."

"Dasar si jelek."

Jaehyun terkekeh lalu mengacak surai Taeyong. Beralih menggenggam satu tangan lelaki mungil itu sebelum berdiri tepat disampingnya.

"Lepaskan," Taeyong menarik lengannya namun pegangan Jaehyun cukup kuat, ia mendengus lalu mendongak pada lelaki disampingnya, "Ya! Apa kau ingin melihatku menjadi bahan pergunjingan lagi karena bergandengan tangan denganmu?"

"Kantor sudah sepi, Yongie."

Taeyong terdiam mendengar panggilan Jaehyun padanya. Ia menunduk dalam, memikirkan ucapan Ibu juga Ayahnya saat datang ke rumahnya pada malam dimana Jaehyun mengajaknya ke restoran.

"Jangan melamun," Jaehyun mencubit gemas pipi Taeyong sebelum menarik tangan lelaki itu.

Tersadar jika lift telah terbuka, Taeyong hanya menghela nafas pasrah lalu mengikuti langkah kaki CEO muda didepannya. Benar kata Jaehyun tadi, kantor sudah sepi. Jam pulang karyawan memang sudah sejak beberapa jam yang lalu, namun sekertaris perusahaan Nakamoto itu harus lembur sejenak demi kepentingan kantornya.

"Jika kau ingin mengantarku pulang, lalu bagaimana dengan mobilku?"

"Mobilmu dan mobilku akan menginap di kantor," jawab Jaehyun seenaknya, masih sambil menarik tangan mantan istrinya.

"Yak! Lalu kau ingin mengantarku dengan berjalan kaki?" Protes Taeyong.

Jaehyun menghentikan langkah sejenak, berbalik dan tersenyum penuh arti pada sang mantan istri, "Ikut saja, kau akan menyukainya."

Firasat Taeyong mulai tidak enak, jika Jaehyun sudah bertingkah seperti ini artinya si ceroboh Jung telah merencanakan sesuatu. Namun, yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah dan menerima perlakuannya. Mungkin ini akan menjadi saat-saat dimana ia bisa berdamai dengan hatinya, pikir Taeyong.

"Untuk apa kita naik bus?" Tanya Taeyong ketika Jaehyun membawanya ke halte, tak jauh dari gedung kantor.

Mengangkat bahu, Jaehyun menoleh pada pria yang berdiri disampingnya lalu berkata, "Entahlah, aku hanya merindukan saat-saat dimana kita berkencan di bus sepulang dari kampus."

Taeyong tersenyum miring, bingung harus merespon ucapan Jaehyun seperti apa. Otak dan hatinya seolah tak sinkron, namun ia berusaha tetap mengikuti kemauan CEO muda itu. Tak lama berselang, bus yang mereka tunggu akhirnya datang. Jaehyun kembali menarik lengan Taeyong, membawa lelaki itu kedalam angkutan umum favorite mereka semasa kuliah dulu.

When We Meet | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now