12 회

9.6K 1.7K 232
                                    

Sepulang dari restoran, kini Jaehyun dan Taeyong berjalan beriringan menuju lift. Taeho yang entah sejak kapan tertidur dalam gendongan Jaehyun pun sama sekali tak terusik oleh sapaan karyawan pada sang CEO juga sekretaris rupawan perusahaan Nakamoto itu.

Sebenarnya Jaehyun sudah menyuruh Taeyong untuk kembali ke ruangannya dan membiarkan ia mengantar sang anak pulang sendiri. Namun, naluri seorang Ayah mungkin begitu kuat hingga Taeyong berkata pada Jaehyun untuk mengantarnya dan Taeho hingga ke lobby.

"Sejak kapan kau menyukai anak-anak?" Tanya Taeyong ketika ia dan Jaehyun telah berada didalam lift.

Tak ada orang lain di sana, sehingga ia tak perlu sungkan untuk menanyakan hal personal kepada sang CEO muda.

"Entahlah, aku juga tidak tahu," Jawab Jaehyun lalu menatap wajah Taeyong melalui pantulan pintu lift, "Mungkin sejak bertemu dengan Taeho?"

Taeyong mendecap, "Apa bedanya Taeho dengan anak kecil yang kau buat menangis di taman bermain dulu?" Tanyanya lalu menoleh dan menatap geli kearah CEO muda itu.

"Kau masih mengingatnya?"

Jaehyun tertawa renyah, namun ia kembali memelankan suara karena tak ingin Taeho terusik.

"Anak kecil di taman bermain itu sangat nakal, wajar jika aku merebut es krimnya hingga ia menangis," ucap Jaehyun sembari mengenang masa-masa indahnya.

"Taeho tidak seperti anak itu. Taeho anak yang baik," sambung Jaehyun lalu mengerling pada Taeyong, "Tak seperti Ayahnya."

"Apa maksudmu?"

"Kau jahat."

Taeyong terdiam, entah mengapa saat mendengar Jaehyun mengucapkan kalimat itu ia merasa ada makna terselubung didalamnya. Berdeham pelan, lelaki berahang tegas itu berucap, "Jika aku jahat mungkin sekarang aku mendekam di penjara."

"Benar," Jaehyun tertawa hambar, "Tapi orang yang merasakan perbuatan jahatmu sangat tersiksa bagai mendekam di penjara, asal kau tahu."

Suasana hening sejenak, Taeyong merasa pergerakan lift dari lantai delapan menuju lobby terasa sangat lambat. Ia tak suka ketika Jaehyun mulai mengungkit masa lalu seperti ini. Lagipula, sekeras apapun ia menjelaskan kesalahpaham itu, tetap saja Jaehyun akan menutup telinga dan tak menggunakan otak didalam kepala batunya, pikir Taeyong.

"Taeyong-ah."

Mendengar suara rendah Jaehyun sontak membuat Taeyong menoleh dan mendongak kearah pria yang lebih tinggi darinya itu. Mengangkat alis, ia berucap, "Kenapa?"

"Aku..." Jaehyun menelan ludah kasar, terlihat berpikir seribu kali sebelum mengeluarkan kalimat yang ingin ia ucapkan. "Aku meㅡ"

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai tiga, dua orang karyawan wanita menunduk sopan pada Jaehyun juga Taeyong sebelum masuk. Diam-diam Jaehyun menghela nafasnya kasar, ia memejamkan mata sembari mempererat pelukannya pada Taeho.

Tak ada lagi percakapan antara Jaehyun dan Taeyong hingga keduanya sampai di lobby. Pintu lift terbuka dan dua wanita yang berada didepan mereka keluar terlebih dahulu.

"Ayo," ucap Jaehyun dan dibalas anggukan oleh Taeyong.

Terjebak dalam keheningan benar-benar membuat Jaehyun frustasi. Banyak perkataan bahkan pertanyaan yang ingin hatinya layangkan namun bibirnya seolah berkhianat.

"Jaehyun-ah!"

Langkah Jaehyun terhenti ketika mendengar suara seorang wanita menggema. Wajahnya semakin memucat ketika melihat sosok itu berjalan kearahnya.

When We Meet | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now