47%

1.7K 272 9
                                    

Focus: 95 Line

27 April 2019

21.01

Minhyun spontan berdiri ketika teman dari adik perempuannya ini hampir terpeleset. "Sini gua bantuin."

Umji tersenyum. Gadis itu memegang erat tangan perawat yang hendak memindahkan tubuhnya dari tempat tidur ke kursi roda.

"Gak usah, kak. Ada perawat, kok."

Minhyun kembali duduk tepat saat perawat tersebut mendorong kursi roda Umji menuju mereka.

Minhyun terdiam menatap sahabat Sinb tersebut. Kaki kirinya yang di gips, alat penyangga di leher, serta kepala yang di perban. Lelaki itu mencoba membayangkan hal semengerikan apa yang sudah Umji lalui.

Nayoung menyenggol lengan Minhyun. Menyadarkan lelaki itu dari lamunannya.

"Eh— iya. Ji, kalo boleh, temen-temen gua mau na—"

"Boleh."

"Hah?"

Umji terkekeh. "Tentang Ouija, kan? Sekaligus alasan kenapa Sinb bisa koma."

"Iya. Boleh, kan, lu jelasin ke kita apa yang terjadi?" tanya Nayoung.

Gadis itu mengangguk. "Boleh, kok. Gua tau niat kalian baik. Apa yang akan gua ceritain gak akan kalian masukin sosmed, kan?"

Eunbi buru-buru menggeleng. "Gak, kok, gak akan."

"Ok. Akan gua jelasin dengan detail," ujar Umji. Ia menghela napas.

"Kita ada enam orang termasuk gua waktu nginep di rumah yang baru aja orang tuanya Sinb sama Kak Minhyun beli. Kita tau kalo disana bekas ada kasus pembunuhan dan bunuh diri, lu juga kenal siapa, kan, kak?" tanya Umji.

Minhyun mengangguk sambil memainkan kuku tangannya. "Tetangga gua dibunuh di rumah itu. Abis itu temen-temennya bunuh diri di tempat yang sama."

Umji menghela napas. "Gua sama Sinb dan yang lain cuma penasaran. Kita coba main permainan kayak Bloody Mary, Baby Blue, bahkan petak umpet tengah malem, tapi itu semua gak ngejawab rasa penasaran kita. Sampai... Kita nyoba main Ouija."

Sungjae melirik Minhyun yang terdiam sambil memainkan jari-jarinya. Masih tidak menyangka Minhyun berani menyembunyikan hal seserius ini.

"Kita nanya 4 pertanyaan. Semua tentang apa yang terjadi di rumah itu dimasa lampau. Pertanyaan terakhir, 'seperti apa mereka membunuh diri mereka sendiri?'. Dan permainan itu menjawab dengan hal yang gak terduga sama sekali.

"Salah satu dari kami tiba tiba kerasukan. Dia nyoba buat bunuh kita, dan...ya. It killed two of us. Terus, sesuatu yang mengendalikannya pindah ke Sinb."

Umji terdiam sejenak. Matanya berkaca-kaca.

"Sama kayak sebelumnya, Sinb juga nyoba buat bunuh kita lagi. Sasaran pertamanya temen gua yang pertama kali kerasukan, dan berhasil. He died. Then, it tried to killed me. It pushed me from the second floor of the house. I died at that moment. Jantung gua berhenti berdetak.

"Seharusnya jika gua mati, semuanya selesai. Sinb atau temen gua yang tersisa aman, selamat. But, a miracle and a curse came. Gua hidup lagi. Karena gua gak berhasil jadi tumbal, permainan itu menjadikan Sinb sebagai pengganti gua."

Beberapa tetes air keluar dari mata Umji. Eunbi langsung menggengam tangan gadis itu. "Kita pasti bantu lu sama Sinb."

Umji membalas genggaman tangan Eunbi. "Tapi iblis yang bunuh temen-temen gua gak akan biarin itu, kak. Kalo lu mau nolong Sinb, salah satu dari kalian harus gantiin tempat dia. So dangerous."

«²» Endgame Where stories live. Discover now