48%

1.6K 254 16
                                    

Focus: Eunwoo, Winwin, Miyeon

28 April 2019

09.12

"Lalu, Lee Dongmin. Apa yang ingin kamu lakukan di atap tepat saat Donghyuk akan melakukan aksi?"

Eunwoo melirik ke arah Winwin yang duduk disebelahnya. Membuat lelaki itu merasa sedikit tidak nyaman.

Apaan, sih anjir ini orang liatin gua mulu.

"Saya sering ke sana, biasanya untuk menenangkan diri," jawab Eunwoo singkat.

Detektif di depannya mengangguk-angguk. "Saat masuk ke atap, kamu tampak terdiam sambil menatap ke arah pojok kanan. Apa kamu melihat sesuatu yang mungkin dapat membantu penyelidikan ini?"

"Saya hanya merasa ada orang disana. Saya lebih memilih memastikan perasaan saya karena awalnya saya kira Donghyuk dan Winwin hanya terlibat dalam pertengkaran kecil yang tidak butuh campur tangan orang lain."

Selama detektif tersebut mencatat apa yang Eunwoo katakan, lelaki itu kembali melirik Winwin. Seakan-akan berusaha mengatakan, ada yang mau gua tanyain ke lu. Namun Winwin mengartikannya ke dalam hal lain.

Detektif itu menutup buka catatannya kemudian menatap 3 mahasiswa dihadapannya.

"Cukup untuk hari ini. Hasil autopsi akan keluar besok. Jika ada perkembangan akan kami kabari. Terimakasih atas kerja samanya."

Eunwoo, Miyeon dan Winwin serentak berdiri dan membungkuk pada detektif tersebut.

Winwin buru-buru menyamai langkah Miyeon. Meninggalkan Eunwoo dibelakangnya. "Yeon. Laper nih gua. Makan, yuk."

Miyeon menekuk wajahnya. "Gak. Mau tidur aja di rumah."

"Lu kenapa? Sakit? PMS? Oh— mantan ngajakin balikan lagi?" Tanya Winwin.

"Kok mantan, sih?" Miyeon berdecak. "Gua baru selesai PMS aja empat hari lalu. Kebanyakan nanya. Udah, ah. Gua duluan mau tidur."

Miyeon melenggang pergi masih dengan wajah betenya. Membuat Winwin makin bingung. Lelaki itu berhenti di depan kantor polisi. "Lah? Ngapa tuh bocah?"

Tiba-tiba saja perkataan Younghoon kemarin melintasi kepalanya.

"Mood-nya gampang berubah."

Lelaki itu mendesah pelan. "Jangan-jangan bener—"

"Bener apa?"

"Anjing!" Winwin menoleh. Sedetik kemudian ia mengusap dadanya. "Astagfirullah ngagetin."

"Maap, maap," ujar Eunwoo yang bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.

Hening. Suasana berubah jadi awkward. Tidak ada dari mereka yang memulai pembicaraan.

"Gua balik duluan, deh," sahut Winwin kemudian berjalan menuju parkiran.

"Lu main Ouija?"

Lelaki itu berhenti seketika. Mendadak bulu-bulu pada tangan dan tengkuknya berdiri ketika Eunwoo menyebutkan nama permainan terkutuk itu.

Winwin menoleh. Memasang cengiran terbodohnya, biasa ia pasang ketika hendak berbohong. "Ouija? Apaan tuh? Merek handuk?"

Eunwoo menatap Winwin dalam. Membuat lelaki itu kebingungan setengah mati. Namun sekitar lima detik saling bertatapan dalam diam, tiba-tiba napas Winwin tercekat. Dadanya naik turun layaknya baru saja ikut lari maraton. Kepalanya berdenyut-denyut.

Eunwoo baru saja memperlihatkan mimpinya pada lelaki itu.

Butuh waktu lima detik, namun bagi Winwin, seperti lima menit.

«²» Endgame Where stories live. Discover now