Part 25: It's a Shame

6.7K 346 13
                                    

Sudah satu bulan Keryl menjalani hari-hari berat dengan tujuan mengendalikan kekuatan sialan yang ada di tubuhnya. Kabar baiknya lagi Goshirer yang ada di tubuhnya sudah melebur menjadi energinya. Itu cukup menguntungkan jujur saja.

Tapi hal yang lebih buruk adalah selain ia mengetahui Felix yang menjadi Sourecrernya, yang memantau dirinya entah darimana. Tapi sekarang satu pria menyebalakan malah mengikuti Keryl kemana saja dengan alasan 'berjaga-jaga jika Keryl hilang kontrol' alasan yang sama sekali tidak bisa di benarkan. Hingga gadis itu berfikir apakah dia buronan polisi atau dia tuan putri yang harus di kawal setiap saat.

Jika memang dia seorang putri hingga harus di kawal, mungkin dalam lubuk hati terdalamnya ia meminta seseorang yang ramah, tampan dan tidak menyebalkan seperti Denzy. Walau sebenarnya Denzy sudah tampan, atau lebih tepatnya sangat dan benar-benar tampan entah dari segi apapun dan dari sudut manapun, tapi tingkah laki-laki itulah yang membuat Keryl harus selalu menguras kesabarannya untuk berdebat.

"Kenapa kau selalu mengikutiku hah?" protes Keryl seraya menarik rambutnya frustasi.

"Haruskah aku jawab?" jawaban yang sangat bagus dari Denzy hingga membuat Keryl ingin mencekik laki-laki itu di setiap menit.

Keryl tahu, jika ia mendebat Denzy itu akan menjadi perdebatan panjang yang tak berguna, jadi dia memutuskan untuk jalan saja dan meninggalkan Denzy di belakang. Ia sudah terlalu berpengalaman untuk menghadapi Denzy dalam satu minggu, jadi hal semacam ini sudah seperti rutinitas yang masuk black list dalam catatannya.

Keryl berhenti di depan toilet perempuan, dan harusnya laki-laki tengil itu tidak boleh mengikutinya jika teringat sopan santun. Tapi nyatanya bukan Denzy Nouver jika bisa di atur dan di larang, lelaki itu justru ikut masuk kedalam toilet.

"DENZY!!" pekik Keryl saat tahu laki-laki tengil itu mengikutinya samapai masuk ke toilet.

"Apa?" tanya santai sambil menutupi telinga.

"Kau ini Gila?! Kenapa ikut masuk!"

"Masalah?"

"Jelas masalahlah bodoh. KELUAR!" perintah Keryl, ia mendorong dan mendepak Denzy hingga keluar dari kawasan terlarang itu.

"Ya," Denzy berujar santai.

Sekarang amarah Keryl sudah ingin meletus, kenapa ia harus marah-marah dan mengumpati Denzy lebih dulu agar dia memahami aturan? Sangat menyebalkan.

-*-

Seorang pria bersurai toska tengah menepaki jalanan koridor HC Academy, ia mengenakan setelan kemeja putih dengan tatanan rambut seperti idol korea. Struktur tubuh tinggi dan punggung tegap, membuat banyak mata mengiringi langkah pria itu.

Meski sedari tadi ia terus menjadi pusat perhatian, ia tetap menatap lurus dengan mata elang toskanya. Ia fokus pada tujuan awalnya datang ke academy.

"Paman!" suara berat laki-laki membuat koridor yang dia lewati menjadi ricuh. Orang-orang disana berbisik pelan karena pria itu memanggil Reza—dewan inti academy—dengan sebutan paman.

"Ezka? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Reza terkejut.

"Den..-"

"Sebentar, kita keruanganku saja. Disini sudah berapa banyak mata yang terpikat penampilanmu? Itu tidak baik, kau bisa di keroyok masa," terang pria itu sedikit bercanda, namun yang di ajak bicara hanya mengangguk setuju.

Reza hanya berusaha memaklumi sikap dingin dari pemimpin Wizard yang sudah ia anggap sebagai keponakannya. Walau sejujurnya ia sedih melihat sifat Ezka yang tertutup dan kaku itu. Tapi bagaimana lagi dia sendiri tidak bisa mengubahnya, tapi bisa saja kabar ini akan membuatnya sedikit berekspresi.

Hair colour Academy [1 :: END ; Revisi]Kde žijí příběhy. Začni objevovat