Part 39: Pertanda

2.3K 71 1
                                    

Reza menembus portal penghubung academy dan klan Wizard. Ia harus memberi tahu ini segera kepada pimpinan Wizard bahwa teror sudah terjadi. Tentu saja mereka yakin itu teror dari para Goshirer Victor.

Beberapa hari ini panel keamaanan academy di bobol dengan sangat mudah, hingga membuat para prnyihir agung menduplikasi teknologi dan sihir. Namun semua itu terasa sia-sia karena bagaimanapun panel itu tetap di bobol, tidak hanya sekali tapi hampir tiga kali. Mereka memprediksi hari ini akan kembali terjadi.

Di tambah kehawatiran dari semua siswa academy dan penduduk kota yang ricuh dengan kabar tidak menyenangkan ini. itu semakin memperburuk keadaan.

Reza berjalan cepat di lorong pemerintahan klan Wizard. Dewan-dewan penting dan para pekerja yang menyapanya di pinggiran lorong sama sekali tidak di hiraukan, membuat mereka mengerutkan dahi dan bertanya-tanya kenapa penyihir suci itu terlihat sangat hawatir dan tergesa-gesa. Sungguh sorot mata hawatir dari Reza tidak bisa disembunyikan, padahal dia biasanya sangat pintar menyembunyikan perasaan.

"Dimana Alecture*?" tanyanya pada seorang pria berjubah biru.

Alecture: Julukan untuk pimpinan wizard

Pria itu tersentak karena kedatangan Reza yang seperti hantu itu, "Beliau ada di mansionnya," jawabnya gugup.

Mendengar itu Reza sedikit menggeram kesal. Ia berteleportasi untuk langsung ke mansion dan bertemu Ezka secepatnya.

Tiba disana Reza melihat Ezka yang tengah bersembunyi di balik tembok balkon lantai tiga mansion. Reza merasa penasaran dengan apa yang di lihat oleh Ezka hingga pria itu begitu fokus dan betah untuk main petak umpet seperti itu.

Reza tersenyum.

Ia tidak menyangka sudah sangat lama sejak Keryl tinggal di kota klan Wizard, mengambil identitas aslinya dan tinggal bersama seorang kakak yang sebenarnya. Namun sikap kaku Ezka selalu menutup peluang kedekatan antara dirinya dan banyak orang termasuk adiknya sendiri.

Reza menyadarkan dirinya untuk tidak membahas hal itu lagi. ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal seperti itu.

"Ezka," panggilnya. Yang di panggil itu menoleh cepat, dan terkejut ketika melihat raut pucat hawatir milik salah satu Penyihir Agung itu.

"Ada apa?" tanya Ezka cepat.

"Perlindungan academy bobol, itu berarti perlindungan kota juga. Dan teror mulai terjadi," jelas Reza. Raut hawatr itu sepertinya menular pada Ezka yang sekarang juga terlihat hawatir. Tentu teror bukanlah awal yang berat tapi jika teror datang itu artinya tahap awal perang akan semakin dekat. Dan Ezka sendiri tidak tahu kesiapan Keryl seperti apa, dan dia belum siap jika adiknya itu akan kembali membencinya sebentar lagi.

Melihat pertarungan pedang adiknya bersama Galvan cukup baginya untuk tahu jika Keryl sudah siap. Tapi masalahnya adalah dia sendiri yang belum siap secara mental jika adiknya membenci atau kecewa padanya. Ezka membuang napas panjang, dia harus menghadapi kenyataan, melindungi adiknya, membalas dendam dan menanggung kebencian adiknya sebentar lagi. tidak ada waktu untuk gois pada dirinya sendiri.

"Mari bicarakan ini," kata Ezka tenang. Wajahnya kembali kaku dan tegas, tapi sorot mata toskanya tidak bisa berbohong, mata itu memancarkan rasa takut meski hanya setitik. Dia sangat menjaga ekspresi rupanya.

Reza mengangguk, setelah itu dia membuka portal pribadi sebagai media teleportasi langsung keruangan Yeza.

-*-

Para Penyihir Agung yang sudah lama tidak hadir bersama, kini mereka hadir dengan personil yang lengkap. Dua pria dan satu wanita. Meski saat itu Elena yang menggubrak pintu mental mereka dengan kemunculan tiba-tiba dengan penghantar kata 'kalian melupakanku' cukup membuat Reza dan Zanen terkejut.

Hair colour Academy [1 :: END ; Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang