XVII. Big Brother

2.2K 573 65
                                    

hyeongjun sedang membaca buku sejarahnya saat pintu kamar terketuk. hyeongjun tak perlu turun dari ranjangnya untuk membuka pintu karena tak lama si pengetuk pintu masuk ke dalam kamar. hyeongjun tersenyum lalu menepuk tempat di depannya agar kakaknya duduk di sana. itu jungmo yang baru saja selesai mandi.

"kakak ganggu ya?" tanya jungmo sembari duduk berhadapan dengan si bungsu. hyeongjun menggeleng pelan dan menutup bukunya.

"hyeongjun baca-baca aja kok kak"

jungmo merapikan rambut hyeongjun yang menutupi mata adiknya.

"kakak mau tanya sesuatu sama kamu, boleh?"

hyeongjun menatap bingung kakaknya.

"boleh kok"

jungmo tersenyum kemudian meraih kedua tangan hyeongjun untuk digenggam. tangan hyeongjun terasa kecil dan tenggelam dalam genggaman yang lebih tua. hyeongjun tau jungmo pasti akan menanyakan sesuatu yang cukup serius karena gestur jungmo yang seperti ini sudah jadi kebiasaan di antara mereka berdua saat ada hal penting yang harus dibicarakan.

"hyeongjun nyembunyiin sesuatu dari kakak?"

hyeongjun sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun berakhir menggelengkan kepalanya. kemudian jungmo kembali bertanya.

"kalo dari hyunbin?"

hyeongjun kali ini tak terkejut dan justru menatap jungmo penuh sesal. si sulung kini tau apa yang terus dipikirkan oleh hyeongjun.

"kakak baca pikiran hyeongjun ya," sahut hyeongjun sembari tersenyum tipis.

jungmo mengusap pelan tangan hyeongjun dalam genggamannya.

"kakak gak bisa baca pikiran, sayang" ucap jungmo sembari tertawa pelan, "kakak baca emosi. kamu kalo deket hyunbin keliatan sedih,"

hyeongjun mengangguk lalu menunduk.

"mau cerita sama kakak?"

hyeongjun kembali mengangkat kepalanya lalu menatap jungmo.

"kalo hyeonjun bilang engga, kakak mau kendaliin pikiran hyeongjun ya biar hyeongjun cerita semuanya?"

jungmo terdiam lalu memicingkan matanya pada si bungsu.

"kakak udah lama gak coba sih, tapi mungkin kamu mau jadi volunteer?"

"kakakkk!"

jungmo tertawa lepas melihat reaksi hyeongjun. si bungsu cemberut. sambil meredakan tawanya, jungmo mencubit puncak hidung hyeongjun pelan.

"kakak bercanda kok,"

"yaudah hyeongjun mau cerita" ucap hyeongjun.

jungmo siap mendengarkan.

hyeongjun tak menceritakan pada hyunbin mengenai kecelakaan yang terjadi di hari yang sama saat hyeongjun mendapat tanda bahwa hyunbin dan minhee dalam bahaya. hyeongjun tak sanggup mengatakan pada kakaknya bahwa kecelakaan yang seharusnya menimpa hyunbin dan minhee harus tetap terjadi.

karena seharusnya memang ada.

hyeongjun hanya menukar posisi. bagai menukar tokoh dalam serial drama. plotnya sama, hanya aktornya saja yang berbeda.

"dengan kata lain, kamu numbalin orang lain buat gantiin posisi hyunbin sama minhee," ucap jungmo diakhir cerita si bungsu.

hyeongjun hampir menangis. mata si bungsu berkaca-kaca. beban pikiran itu membayanginya sejak mereka pulang, terutama saat melihat hyunbin. minhee sudah tau karena hyeongjun langsung cerita pada saudaranya itu. tapi hyeongjun meminta minhee untuk menjaga cerita itu dan merahasiakannya dari hyunbin.

hyeongjun merasa jadi pembunuh.

tapi di sisi lain ia tak sanggup jika peristiwa naas itu menimpa kedua saudaranya.

jungmo meringis dalam diam. tak menyangka beban seperti itu ditanggung oleh adik bungsunya. yang lebih tua akhirnya memeluk hyeongjun yang tak dapat menahan tangisnya.

"maaf ya kakak gak tanya lebih awal," ucap jungmo sembari menepuk-nepuk pelan punggung hyeongjun. si bungsu mengangguk dalam pelukan jungmo.

setelah tangisnya mereda, hyeongjun memberi jarak dan menatap jungmo yang terlihat khawatir terhadap kondisinya. ia tersenyum tipis dan mengatakan bahwa kini bebannya sedikit terangkat karena jujur pada jungmo.

"kalo ada apa-apa cerita sama kakak ya," ucap jungmo lalu hyeongjun mengangguk.

jungmo tersenyum lalu menjatuhkan kecupan di kedua belah kelopak mata hyeongjun. kebiasaan lama jungmo dulu saat hyeongjun menangis.

hyeongjun tak sadar mengembang senyum.

"sekarang cuci muka terus turun buat makan malam, oke?"

setelah mendapat anggukan dari hyeongjun, jungmo beranjak dari ranjang si bungsu. saat tangannya hampir memegang gagang pintu, suara hyeongjun kembali menginterupsi jungmo.

"hyeongjun mau deh bisa kayak kakak, ngendaliin pikiran orang lain. dari pada mimpi buruk terus,"

jungmo tersenyum tipis lalu menoleh pada si bungsu.

"percaya sama kakak, itu justru lebih mengerikan"

.

.

.

tbc

-godfelx

• b r o t h e r • starship/pdx101Where stories live. Discover now