8. Sarapan

1K 96 16
                                    

06.59

07.00

Did did did did ... did did did did ....

Alarm digital Hazel berbunyi, mengganggu tidur nyenyaknya yang tak indah. Hazel awalnya tak menghiraukan suara alarmnya itu. Namun, pada akhirnya dia kesal sendiri.

Dengan mata memejam dan ekspresi muka yang ditekuk, Hazel menendang-nendang selimutnya sebal.

"Ishh!! Berisik!" racaunya dengan suara serak.

Hazel meringsut duduk di kasurnya. Dia menggaruk leher sambil mengecap-ngecap.

Gadis itu menapakkan kakinya ke atas lantai dan berdiri. Dia pun menyadari kalau kakinya sudah membaik. Bahkan dia bisa berjalan tanpa terpincang-pincang.

Hazel mematikan alarmnya yang tergeletak di atas nakas dengan kasar.

Dia kemudian berjalan keluar kamar. Kakinya tersandung oleh ransel yang semalam diletakkan Theon di depan pintu. Hazel meraih tas itu dan melemparnya asal ke dalam kamar. Dia pun melanjutkan langkahnya dengan mata memejam.

Tepat di langkah ke sepuluh ....

DEG!

Tiba-tiba jantungnya terasa seperti berhenti berdetak. Matanya membulat menatap tangga melingkar di bawahnya. Hampir saja dia jatuh berguling-guling di tangga. Sekarang Hazel sadar sepenuhnya.

Tapi, dia melayang. Lagi?

Tak lama kemudian, Hazel merasa tubuhnya ditarik. Dan dia menyadari kalau yang menariknya adalah Theon.

Theon melepas pelukannya dan berkata, "Kalo jalan, buka matanya. Jangan merem. Jalan lo udah kayak zombie."

"AP—"

"Gue tau lo mau teriak-teriak lagi. Tapi kalo bukan gue yang narik lo tadi, dari ketinggian segini, lo mungkin udah mati terguling di tangga. Atau paling ringan, lo bisa cacat permanen karena patah tulang. Jadi, lo harusnya berterima kasih sama gue. Bukan marah-marah," cerocos Theon dengan wajah datar.

Tanpa menunggu jawaban Hazel, Theon melangkah menuruni tangga. Hazel hanya bisa merengut memandangi punggung Theon yang menjauh.

By the way ... Sepertinya Theon baru mandi. Dari badannya, tercium wangi bayi. Lembut sekali.

Namun Hazel memecah lamunannya saat langkah kaki Theon terhenti. Theon membalikkan badannya, memasukkan sebelah tangannya ke saku celana. Kemudian meledek dengan wajah tanpa ekspresi, "Iler lo udah kering tuh. Terus pipi lo udah banyak lipetan bantalnya."

Hazel memelotot. Gadis itu cepat-cepat menutup wajah dengan rambutnya yang panjang. "Sial lo!" umpatnya dari sela rambut.

"Dalam ilmu kimia sama geografi, sial itu lapisan kulit bumi yang tersusun dari silisium dan aluminium. Sial bisa ngehasilin magma granit, juga—"

"Berisik lo!" umpatnya sekali lagi. Hazel menghentakkan kakinya geram. Dia pun berlari masuk ke kamarnya.

Melihat tingkah Hazel, Theon pun menyunggingkan senyuman sebelah. Ternyata adiknya itu alergi dengan ilmu pengetahuan.

***

Selesai mandi, Hazel turun ke ruang keluarga. Dia ingin menonton siaran kartun kesayangannya di televisi.

Setelah duduk di atas sofa, Hazel meraih remot untuk menyalakan televisi. Namun, kegiatannya terhenti ketika matanya menangkap tumpukan kardus sudah tersusun di sisi ruangan. Dia pun mendekat untuk mengetahui isi kardus tersebut.

But, You are My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang