53. Negative

845 118 10
                                    

Butuh waktu cukup lama bagi Hazel untuk bisa kembali bersikap normal pada Theon semenjak kejadian di perpustakaan. Meskipun terkadang masih canggung, tapi setidaknya dia tidak berusaha untuk menghindar lagi.

Hari ini hari minggu. Jauh-jauh hari Hazel sudah berjanjian dengan Mei untuk menemaninya ke toko buku. Dengar-dengar LetterBoxTA sudah menerbitkan buku terbarunya yang berjudul Mama, I Love You secara perdana kemarin. Jadi, mereka ingin segera membeli buku tersebut.

Sambil menatap cermin, Hazel senyum-senyum sendiri. Dia merasa beruntung karena diperhatikan dan bisa saling bertegur sapa lewat kolom komentar Wattpad dengan penulis hebat. Terbukti dari karya abal-abalnya yang selalu mendapat ulasan dari LetterBoxTA itu.

AAAAAKK!! Beruntung banget gue! jeritnya kegirangan dalam hati.

Gadis itu keluar dari kamarnya dengan wajah yang sangat ceria. Sambil bersenandung kecil, Hazel menuruni tangga. Dia sudah izin akan pergi bersama Mei pada ayahnya semalam. Jadi, Hazel tidak perlu menemui ayahnya lagi.

Saat gadis itu sibuk merapikan pakaiannya, Theon tiba-tiba berdiri di depannya. Hazel terjingkat dan gugup seketika. "Ng— Ngapain?"

"Lo mau ke mana?" tanya Theon yang ternyata juga sudah berpakaian rapi.

"Lo sendiri?" Hazel balik bertanya.

"Orang nanya tuh dijawab, bukan nanya balik."

"K— K— Ke toko buku." Hazel tergugu. Haduh! kenapa gue malah gagap?!

"Kalo gitu bareng aja."

"Emang lo mau ke mana?"

"Ke toko buku juga." Theon memang biasa berkeliling toko buku tempat buku-bukunya diedarkan tiap kali dia baru menerbitkan naskahnya. Tidak ada alasan yang spesifik. Dia hanya senang melihat orang-orang yang membaca sinopsis bukunya saat sedang memilih buku, walaupun tak sedikit dari mereka yang akhirnya meletakkan buku itu kembali tanpa membeli.

"Gue ... sama Mei," elak Hazel, tak kuasa menolak secara terang-terangan.

"Ya udah, ayo."

"Eh?"

Theon menarik Hazel. "Udah, ayo."

Ya sudah lah ... Apa boleh buat. Hazel pasrah saja. Akhirnya mereka berangkat untuk menjemput Mei di rumahnya terlebih dahulu.

***

Dua sahabat itu langsung berlari memasuki toko buku besar di salah satu mall di Jakarta dengan mata yang berbinar-binar dan penuh semangat, mengabaikan Theon yang tertinggal di belakang. Keduanya mencari buku yang dimaksud di rak new arrival, tapi tidak ditemukan. Ternyata, buku itu sudah terpajang di jajaran buku-buku best seller.

"Gila! Padahal baru kemaren rilis!" cuit Mei kagum. Hazel mengangguk setuju.

Tanpa banyak basa-basi, masing-masing mereka segera mengambil buku tersebut untuk dibeli. Senyum Theon melebar saat dia mengetahui adiknya dan sahabat adiknya sengaja ke toko buku untuk membeli karyanya.

Beralih dari sana, Theon berkeliling mencari buku-bukunya yang lain di rak-rak lainnya. Dia ingin tahu bukunya mana saja yang masih dijual di sini.

Theon takjub setelah mengetahui hampir seluruh judul bukunya masih dijual di toko buku ini. Biasanya kalau buku sudah tidak laku lagi, toko buku akan menarik sisa buku tersebut untuk dikembalikan pada pihak penerbit. Tapi ternyata bukunya masih terpajang di rak teratas. Artinya, masih banyak orang yang berminat dengan naskah-naskah ciptaannya.

"Ketemu!" sela Mei di tengah lamunan Theon. Theon menoleh. Mei tersenyum cerah, sedangkan Hazel melempar mukanya ke arah lain.

"Lo udah dapet yang dicari?" tanya Theon pada Hazel. Hazel tidak sadar kalau yang diajak bicara itu dirinya. Alhasil gadis itu diam saja. Mei menyenggol tangan Hazel. "Zel."

But, You are My BrotherWhere stories live. Discover now