31. Foto Keluarga

846 82 5
                                    

Hari ini Ken menyelesaikan masa skorsnya. Dan, ini hari pertama Ken menapakkan kakinya kembali ke sekolah. Ken tetap berjalan menyusuri koridor sekolah, mengabaikan tatapan intens teman-temannya.

Langkahnya terhenti saat cowok itu mendongak dan tanpa sengaja berpapasan Hazel. Gadis itu menarik pandangannya lebih dulu, lalu melanjutkan langkahnya seolah Ken hanya bayangan.

Ken tanpa sadar merengkuh pergelangan tangan Hazel saat gadis itu melewatinya. Dan ....

Plak!

Hazel menampar pipi Ken dengan tangannya yang bebas sehingga, bukan hanya Ken, siswa lain yang melihat kejadian itu pun membelalak terpana. Lantas, Ken melepas genggamannya.

"Sorry, refleks," dengus Hazel datar, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Ken yang pasti malu bertubi-tubi.

Ken hanya mampu membatu di atas pijakannya.

***

"Hazel! Zel!" Ken memekik memanggil Hazel sambil berlari menyusul gadis yang malah berlari semakin cepat.

Wajar apabila Hazel terus menghindarinya. Dia tahu betul kesalahannya. Oleh karena itu, Ken ingin meminta maaf pada gadis itu. Tapi, Hazel sama sekali tidak mau memberikannya kesempatan. Bahkan sampai sekarang, pulang sekolah.

"Hazel sebentar!" pekik Ken semakin kencang. Tidak sedikit siswa yang terkejut dengan pekikannya itu. Masa bodoh dengan pandangan para siswa, Ken masih berusaha menyusul Hazel yang gesit menyalip kerumunan siswa yang hendak keluar dari halaman sekolah.

Gadis yang sudah risih karena namanya terus-terusan dipanggil itu semakin mempercepat laju kakinya. Dia berharap sang kakak sudah ada di depan gerbang untuk menjemputnya. Tapi, sayangnya Theon tidak terlihat batang hidungnya. Hazel celingak-celinguk cemas sampai akhirnya tubuhnya berbalik karena tangannya ditarik.

"Zel, kita perlu bicara," katanya dengan napas terengah-engah.

Hazel menepis tangan Ken kasar. "Lo aja kali, gue nggak!"

"Gue minta maaf."

"Gak!"

"Gue serius."

"Gue lebih serius!"

Dengan napas memburu, Ken menelan ludahnya, lalu berkata, "Waktu itu gue bohong. Gue bilang gue gak punya perasaan apapun sama lo, gue bohong. Lo selalu ada di pikiran gue selama tiga minggu ini. Sekuat apapun gue nepis perasaan gue, lo selalu ada di pikiran gue. Awalnya gue pikir itu cuma karena rasa bersalah gue aja. Tapi ...." Ken menggeleng lemah. "itu karena gue suka sama lo. Gue gak seharusnya suka sama lo. Tapi, gue gak bisa nyembunyiin perasaan gue. Gue beneran suka sama lo, Zel."

Ken berlutut. Seluruh tatapan mata tertuju pada cowok itu. Hazel terpaku dengan sikap yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.

Ken menunduk, tidak berani menatap Hazel secara langsung. "T— Tolong maafin gue, Zel. Gue berani bersumpah kalo gue suka sama lo. Gue sayang sama lo. Gue janji bakal berusaha perbaikin kesalahan gue. Maafin gue."

"Hazel!"

Hazel dan Ken menoleh bersamaan. Mereka mendapati Theon tengah terduduk di atas vespanya. Hazel melirik Ken sekilas, lalu dia buru-buru berlari menghampiri kakaknya tanpa memberikan Ken jawaban.

"Kenapa telat jemputnya?" tanya Hazel sesaat setelah dia sampai di hadapan Theon.

Theon diam. Mukanya merah padam seakan menahan panasnya sengatan terik matahari.

"Kak?"

"Naik," jawabnya singkat.

Hazel mau tidak mau menuruti perkataan Theon tanpa membantah, meskipun sebenarnya dia bingung dengan sikap Theon ini. Kalaupun Theon marah, seharusnya dia marah pada Ken, kan? Bukan justru bersikap ketus padanya.

But, You are My BrotherWhere stories live. Discover now