49. DNA

904 81 9
                                    

'Hari ini gak bisa.'

Setelah membaca pesan terakhir dari Theon, Ken mendengus takjub. Cowok itu meremas ponselnya yang layarnya telah retak seribu akibat dia hempas setelah Hazel memutuskan hubungan mereka. Di sini dia terlihat seperti orang bodoh yang sedang dipermainkan.

Ken mendengus, "Kenapa jadi gue yang menghamba-hamba?" ucapnya jijik pada dirinya sendiri.

Ken menarik napas dalam-dalam. Kalau begitu, saatnya mengambil langkah terakhir. Ken membulatkan tekad. Sepulang sekolah dia akan menemui Dion secara langsung.

***

"HUAAAAHH!!" Hazel merenggangkan otot-otot badannya begitu mereka keluar dari gerbang keluar Seaworld. Sedangkan Theon membuntut di belakangnya.

Keduanya langsung disuguhi pemandangan bermacam-macam merchandise yang dijual oleh toko resmi Seaworld. Toko itu didominasi dengan boneka hewan laut. Setelah melihat-lihat sebentar, Hazel keluar dari toko tersebut dan langsung menuju stan makanan yang ada di luar toko.

Setelah berjam-jam melihat ikan-ikan di dalam akuarium, memberi makan penyu, menonton pertunjukan penyelam yang memberi makan ikan berbahaya, melihat bermacam-macam jellyfish yang bercahaya dalam kegelapan dan melakukan banyak hal lainnya bersama kakaknya, perut Hazel keroncongan. Maklum, sekarang sudah jam makan siang.

"Selamat siang. Mau pesan apa?" tanya pelayan yang berjaga di depan kasir.

Hazel membaca menu yang di sediakan. Setelah berpikir cukup lama, Hazel menjawab, "Saya mau double cheese burger, minumnya es milo. Lo mau ap- eh?" Hazel meliarkan pandangannya mencari sosok Theon yang dia pikir ada di sampingnya.

Selintas kemudian, di depan toko, Hazel menangkap perawakan kakaknya yang juga tampak sibuk mencarinya sambil menempelkan ponsel di telinga. Hazel menarik sudut bibirnya. Lagi kebingungan aja ganteng. Heran gue, benaknya.

Hazel berkata pada pelayan tersebut, "Sebentar ya, Mbak." Dia kemudian berlari kecil menghampiri kakaknya.

Niatnya ingin mengageti, tapi Theon sudah lebih dulu melihatnya. Theon menghela napas lega meski ekspresi cemasnya tidak turut meluntur. Theon ikut berlari menghampiri adiknya dan langsung memeluk gadis itu tanpa sadar.

Sekujur tubuh Hazel membeku. Gadis itu tercenung lama. Sel-sel otaknya seketika rusak seperti arus listrik yang korslet. Jantungnya seperti akan meledak saat itu juga.

Theon melepas pelukannya. Keduanya pun saling melempar senyum lega.

"Gue pikir gue ilang," ungkap Theon yang membuat senyuman Hazel meluruh. "Lo bukan khawatir gue yang ilang, tapi lo khawatir lo yang ilang?"

Theon mengangguk dengan yakin. "Kalo lo ilang lo pasti bisa pulang sendiri. Gue kalo ilang nanti banyak cewek-cewek yang nyulik gue gimana?"

Bugh!

"Arghh!" ringis Theon yang perutnya ditinju Hazel. "sakit, Zel!"

Hazel memicing pada kakaknya. "Bodo!" Kemudian meninggalkan Theon begitu saja karena sudah terlanjur kesal.

"Jadi, ada tambahan lagi, Mbak?" tanya pelayan tadi begitu Hazel kembali ke depan meja kasir.

"Gak ada, Mbak," jawabnya dengan sewot.

***

Hazel langsung mencari tempat duduk kosong begitu dia mendapatkan makanannya. Theon membuntut di belakang sambil membawa nampannya sendiri. Saat Theon duduk di depannya, Hazel pindah ke tempat yang lain. Ketika Theon ikut pindah, Hazel pindah lagi. Dan itu membuat Theon bingung.

But, You are My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang