TWENTY FOUR

12.1K 607 51
                                    

Caramel memutar bola matanya malas, sedari tadi Caramel merasa hanya menjadi 'nyamuk' diantara Malvin dan Audy. Acara ulang tahun itu telah selesai sejak tadi dan tamu undangan pun sudah banyak yang pulang. Tapi nampaknya Malvin masih betah berlama-lama di kafe itu.

"Vin ayo pulang.." rengek Caramel sambil menarik-narik lengan Malvin.

Caramel betah saja mau duduk seberapa lamapun bersama Malvin, tapi tidak jika dalam posisi ini. Ia benar-benar merasa muak.

"Bentar lagi, Ra."

Caramel mendengus.
"Lo dari tadi bentar lagi bentar lagi mulu tapi nggak pulang-pulang," gerutu Caramel.

"Ya udah Vin lo pulang aja, lagi juga kan sekarang udah malem," ucap Audy.

"Lo rela gue pulang? Kan jarang-jarang kita punya waktu kaya gini." Malvin terkekeh.

"Hmm, berarti gue nanti sering-sering deh main ke rumah lo, jadi kita kan punya waktu buat kaya gini terus," gurau Audy dan ia tertawa kecil.

Caramel menatap Audy tak suka lalu dengan kasar ia mengambil kunci mobil Malvin yang tergeletak diatas meja dan beranjak berjalan keluar kafe meninggalkan kedua orang tersebut.

Audy menggigit bibir bawahnya sendiri lalu menatap Malvin bersalah.
"Gue salah ngomong ya? Kayanya Caramel marah deh, Vin."

Malvin tersenyum tipis.
"Nggak kok, mungkin Caramel kecapean makanya jadi sensi gitu. Ya udah gue pulang ya," ucap Malvin seraya berdiri dari duduknya dan mengacak puncak rambut Audy.

"Be careful my lion.." ucap Audy.

Malvin menganggukan kepalanya lalu berjalan meninggalkan Audy menyusul Caramel.

"Or maybe you're not my lion again," bisik Audy seraya tersenyum kecut.

Malvin masuk kedalam mobil dan melihat Caramel dengan wajah tertekuknya.

Malvin menyalakan mesin mobilnya tapi sengaja ia tidak langsung menjalankannya karena ia yakin gadis pemarah di sebelahnya itu tidak lama lagi akan mengamuk.

"Apa sih yang ada dipikiran lo tadi, Vin? Nggak abis pikir gue sama lo, padahal udah jelas gue ada disebelah lo tapi lo malah nyuekin gue dan lebih milih ngobrol sama dia. Gue ngerasa banget nggak dianggap tau nggak!" seru Caramel.

Benarkan dugaan Malvin tadi, pasti gadis itu sekarang akan mengeluarkan semua ocehannya.

"Secara nggak langsung dengan cara lo memperlakukan gue kaya tadi didepan tu cewek, ngebuat dia berpikiran kalo gue nggak lo anggap sebagai pacar lo. Gue nggak pernah masalah ya Vin lo mau nyuekin gue sama temen-temen lo yang manapun, tapi dalam catatan temen lo itu cowok!"

Malvin hanya diam saja membiarkan Caramel mengeluarkan semua uneg-unegnya.

"Lain kali lo harus ngerasain rasanya jadi gue, biar lo tau gimana nggak enaknya dibuat cemburu sama pacar sendiri!"

Caramel menghembuskan nafasnya kasar lalu memalingkan wajahnya dari Malvin.

"Udah marahnya?" tanya Malvin.

Kini gantian Caramel yang diam karena ia memang sama sekali tak berniat untuk menjawab pertanyaan Malvin.

"Kalo udah kita pulang sekarang," ucap Malvin seraya memakaikan Caramel seatbelt.

"Nggak mau."

"Nggak mau apa?"

w be like~enggak mau kehilangan kamu:*~

"Nggak mau pulang," jawab Caramel.

"Kebiasaan, tadi ngajakin pulang, terus sekarang malah nggak mau pulang," jengah Malvin.

CaramelWhere stories live. Discover now