FORTY NINE

10.2K 465 20
                                    

"Ra, Are you okay?"

"Gue putus." Hanya kalimat itulah yang mampu keluar dari bibir Caramel.

"P-putus? Kok bisa?" tanya Arthur dengan raut wajah terkejut yang tercetak jelas.

Entah Arthur harus senang atau sedih mengetahui sebuah fakta bahwa gadis yang ia cintai telah putus dengan kekasihnya. Senang karena berarti tidak akan ada penghalang diantara kedekatannya dengan Caramel lagi, atau sedih karena gadis yang sangat ia jaga hatinya itu dibuat terus-terusan menangis oleh laki-laki lain.

Caramel menoleh kearah Arthur dengan wajah tak suka.
"Nggak usah ditanya! Udah cepetan jalan!" seru Caramel.

Mendengar nada bicara Caramel seperti itu membuat Arthur langsung menuruti ucapannya. Ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah Caramel tanpa banyak bicara. Arthur hanya tidak mau mengganggu gadis yang ia tau sedang berada dititik terpuruknya.

Selama perjalanan Caramel hanya terus memandang kosong kearah depan, tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya. Begitupun dengan Arthur, ia hanya fokus mengemudi tanpa berbicara sepatah katapun. Karena Arthur tau yang Caramel butuhkan saat ini hanyalah ketenangan.

Jadilah selama 1 jam perjalanan menuju rumah Caramel hanya diisi dengan keheningan.

Arthur menepikan mobilnya. Ia kemudian menatap Caramel yang sedang melepas seatbelt.

"Janji sama gue, lo nggak boleh nangis lagi. Boleh nangis tapi nggak lebih dari 3 menit. Inget, lo harus bahagia Ra, jangan terlalu lama terlarut disituasi yang bikin hati lo sendiri sakit," ucap Arthur.

Caramel hanya diam saja.

"Ya udah sana masuk, istirahat. Kalo ada apa-apa langsung kabarin gue ya," pesan Arthur dan dibalas anggukan kepala dari Caramel. Lalu gadis itu pun beranjak keluar dari dalam mobil Arthur.

Caramel berjalan masuk kedalam rumahnya yang selalu sepi seperti biasa. Ia pun langsung melangkahkan kakinya ke lantai dua tempat dimana kamarnya berada.

Caramel membuka pintu kamarnya dan langsung menutupnya kembali. Dengan sangat tak bertenaga ia melangkah kearah tempat tidurnya dan duduk ditepi tempat tidurnya. Matanya melirik kearah jam yang telah menunjukkan pukul 16:10.

Ketika Caramel hendak mengambil ponselnya untuk menanyakan keberadaan Galang. Pandangannya malah teralihkan pada secarik kertas yang berada diatas nakas. Tangannya pun terulur mengambil kertas itu.

Hai pemenang. Gue sengaja tulis surat ini karena gue gak mau ganggu mood lo disaat tadi lo lagi olimpiade.
Ra, gue sama papa pergi ke Bandung buat urusin kuliah sekaligus buat urusin tempat tinggal gue disana nanti. Gue sama papa bakal pulang besok malam. Lo jaga diri ya, jangan sampe telat makan.
I love you more than you know my little queen

Your beloved brother
Galang Arkharega Praja

Caramel merobek kertas itu menjadi sobekan-sobekan kecil. Caramel sangat mengutuk hari ini, hari yang berhasil membuatnya seperti manusia hidup namun tanpa nyawa.

Sudah cukup Malvin membuat hatinya hancur tak berbentuk, kini malah ditambah lagi dengan Galang yang tiba-tiba meninggalkannya ke Bandung disaat ia sedang benar-benar membutuhkan bahunya untuk bersandar, tubuhnya untuk dipeluk, dan ucapan lembutnya yang bisa menenangkan.

"Ini adalah hari yang sempurna untuk bersenang-senang."

∆∆∆

CaramelWhere stories live. Discover now