THIRTY EIGHT

10K 472 15
                                    

Malvin menatap hampa langit-langit kamarnya. Sejak sepulangnya ia dari taman, pikirannya terus berkeliaran kemana-mana. Malvin benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan.

Bagaimana Malvin bisa tetap tenang disaat ia dihadapkan pada dua pilihan yang bahkan Malvin sendiri tidak bisa untuk memilihnya. Malvin tidak mau membuat Audy kecewa, tapi ia juga tidak bisa membiarkan hati Caramel tersakiti lagi karenanya.

Disaat Malvin tengah sibuk bergelut dengan perasaannya sendiri, ia mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Dengan malas ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan membukakan kunci pintu itu.

Malvin sempat menduga jika yang mengetuk pintu kamarnya adalah Nila, tapi ternyata dugaannya itu salah. Orang yang kini tengah berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang adalah Caramel.

"Hp lo dijual?" tanya Caramel sarkastik.

"Hp gue mati," jawab Malvin seadanya.

Caramel membuang napasnya kasar lalu tanpa permisi ia langsung masuk kedalam kamar Malvin dan duduk di single sofa yang menghadap langsung ke balkon kamar.

Caramel memainkan ponselnya sebentar dan kemudian beralih menatap Malvin yang tengah rebahan di tempat tidur.

"Bisa nggak sih sehari aja lo nggak bikin gue khawatir, nggak bikin gue kesel juga gitu?"

"Salah apa lagi sih gue, Ra?" Tanya Malvin malas.

"Lo masih nanya salah lo apa?" Caramel beranjak lalu berjalan kearah Malvin dengan ekspresi kesal.

"Heh manusia ganteng kesayangan gue yang bego nya suka nggak ketolongan, gimana gue nggak khawatir dicampur kesel coba kalo lo aja tiba-tiba ngilang?! Ditambah lagi tadi lo bilang lo lagi nggak enak badan, ya kan gue jadi tambah mikir yang engga-engga Vin, namanya umur kan nggak ada yang tau. Coba sekarang lo cek hp lo udah ada berapa banyak chat sama telepon masuk dari gue," cerocos Caramel.

Karena saat ini Malvin benar-benar sedang malas untuk berbicara akhirnya ia pun hanya langsung meraih tas sekolahnya yang ia letakan disamping tempat tidur dan mengambil ponselnya dari dalam tas.

Malvin mencharger ponselnya dan ketika ponsel itu sudah menyala, notifikasi pesan dari Caramel langsung memenuhi layar kunci. Ada sekitar 565 pesan masuk dan 33 panggilan tak terjawab yang semuanya berasal dari Caramel.

"Gue nggak mau tau ya, pokoknya mulai sekarang hp lo harus selalu aktif," ucap Caramel, Malvin hanya menganggukkan kepalanya pasrah.

"Udah makan?" tanya Caramel.

"Udah."

"Kapan?"

"Tadi pas istirahat pertama," jawab Malvin membuat Caramel langsung mendelik kesal kearahnya.

"Vin, nanti lo gue anter lo beli otak baru ya biar nggak bego-bego amat gitu." Caramel bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar Malvin.

"Tunggu gue ambil makan buat lo."

Malvin menghembuskan napasnya, Caramel memang selalu mengganggu dan juga membuatnya kesal, tapi biar bagaimanapun Caramel tetaplah gadis yang sangat peduli dan sayang padanya.  Jadi bagaimana bisa Malvin tega memutuskan hubungannya dengan gadis itu.

Tidak lama kemudian pintu kamar Malvin kembali terbuka dan Caramel pun masuk dengan membawa nampan berisi makanan beserta air putih untuk Malvin.

Caramel duduk ditepi tempat tidur Malvin.

"Cepet makan. Gue nggak mau penyakit lo tambah parah dan lambung lo kambuh lagi," ucap Caramel seraya mengarahkan sesendok nasi ke mulut Malvin.

"Gue bisa makan sendiri Ra," ucap Malvin.

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang