SIXTY THREE

10.6K 444 26
                                    

Setelah dibujuk dan melewati perdebatan kecil oleh Caramel, akhirnya Malvin mau mengalah dan membawa Caramel kembali kedalam ruang rawatnya. Walaupun sampai saat ini cowok itu masih terus saja menggerutu kesal.

"Udah sih Vin, kan seenggaknya mereka udah minta maaf dan gue juga udah maafin. Gue udah sama sekali nggak mikirin masalah ini lagi Vin," ucap Caramel yang mulai jengah mendengar Malvin yang terus menggerutu.

"Ra, mereka itu udah sakitin hati lo tapi lo dengan gampangnya maafin mereka gitu aja. Siapa coba yang nggak kesel?!"

"Yaudah terus gue harus gimana?"

"Gimana? Ya nggak harus gimana-gimana lah, orang udah terlanjur begini," jawab Malvin kesal.

"Lo marah sama gue?"

"Nggak," jawab Malvin tanpa memandang Caramel.

"Coba kalo nggak marah kasih liat senyumnya ke gue."

Malvin hanya diam saja.

"Tuhkan berarti lo bohong, lo marah kan sama gue?"

Malvin menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Caramel kemudian tersenyum dengan sangat terpaksa.

Caramel terkekeh.
"Nah gitu dong."

Malvin mendengus.
"Sumpah Ra, gue tadi pengen banget bikin dia berdua malu semalu-malunya didepan lo."

"Perlu lo tau Vin, mereka pasti udah ngerasa malu semenjak mereka mutusin buat ketemu gue dan ngejelasin semuanya sekaligus minta maaf."

"Malu dari mana?! Mereka mana punya malu sih. Lo nggak liat ekspresi muka Dony tadi kaya bangsat yang minta banget buat gue tonjokin, nggak ada tampang-tampang malu atau menyesalnya sama sekali!!"

"Kan lo abang kelas gue nih ya Vin, dan lo juga lebih pinter dari gue. Seharusnya setelah kejadian itu lo mikir dong kalo Dony emang terlahir sebagai manusia dengan bakat akting yang luar biasa, jadi bisa aja tadi dia berlaga biasa aja, padahal aslinya dia bener-bener lagi nahan emosi dan malu."

Malvin terdiam, kalimat yang diucapkan oleh Caramel memang ada benarnya juga. Dony sepertinya memang sangat pandai berakting.

"Yaudah mulai sekarang lo harus berusaha buat lupain kejadian itu ya. Dan kurangin rasa benci lo sama Dony dan Audy, ya kalo bisa sih diilangin sekalian. Apalagi Dony sahabat lo dari SD dan Audy sahabat lo dari kecil kan?"

"Udah kenal dan berteman sama mereka berdua adalah kesalahan terbesar didalam hidup gue."

Caramel tertawa.
"Lebay banget sih mas nya."

"Gue serius."

"Yaudah iya deh."

Tidak lama setelah itu pintu ruang rawat Caramel terbuka dan menampilkan sosok Arthur.

"Hey Ra. Eh ada Malvin juga."

Malvin hanya tersenyum singkat.

"Kok kamu udah pulang?"

Arthur berjalan kearah sofa lalu meletakkan tas laptopnya disana dan kemudian ia berjalan menghampiri Caramel.

"Aku pikir kamu sendirian disini, jadinya aku izin buat pulang lebih cepet. Eh tapi ternyata kamu ada yang nemenin," jawab Arthur seraya mengusap pipi Caramel.

"Sekalinya aku disini sendirian pun seharusnya kamu nggak perlu buat izin pulang cepet, itu kan pasti bakal ngurangin nilai kamu."

Arthur tersenyum.
"Kamu jauh lebih penting daripada nilai aku."

Caramel ikut tersenyum seraya menggenggam tangan Arthur.
"Makasih."

Malvin yang sedari tadi hanya menyimak mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak pernah ia harapkan untuk terjadi tapi kini malah terjadi.

CaramelWhere stories live. Discover now