🍁{Chapter 1}🍁

82.4K 3.1K 191
                                    

"Awal berkenalan denganmu adalah awal kebahagiaanku."

Happy Reading ❤

🍁

Aleta terbangun dari tidurnya, jam menunjukan pukul lima pagi. Aleta segera mandi dan bersiap-siap memakai seragam sekolahnya.

Hari ini, hari pertama Aleta masuk sekolah. Aleta bersyukur bisa mendapat beasiswa di sekolah terbaik di kotanya. Aleta baru menginjak kelas 10 SMA. Aleta berharap di sekolah ia dapat mempunyai teman karena dari kecil Aleta tidak pernah mempunyai satupun teman.

Setelah selesai bersiap-siap Aleta langsung melangkah ke dapur, ia akan memasak sarapan untuknya, Reyhan, dan juga Oma.

Saat di dapur Aleta hanya melihat satu telur dan nasi yang sedikit, Aleta hanya bisa menghembuskan napas kasar. Kapan kehidupannya akan berubah?

Aleta memasak nasi goreng. setelah selesai memasak, Aleta pergi ke kamar Oma dan juga Reyhan untuk membangunkan mereka.

Aleta menggoyang-goyangkan lengan Oma pelan. "Oma, bangun. Aleta udah nyiapin sarapan buat Oma," ujar Aleta.

Aleta beralih ke kamar Reyhan yang ada di sebelah kamar Oma. "Reyhan, bangun yuk sarapan," ucap Aleta.

Oma dan Reyhan sudah bangun dari tidurnya. Reyhan mengerjapkan matanya beberapa kali, ia masih mengantuk. Oma berdiri dibantu oleh Aleta. Aleta, Oma, dan Reyhan berjalan beriringan ke ruang makan.

"Aleta, kamu gak sarapan?" tanya Oma saat melihat hanya ada dua piring yang ada di atas meja makan.

"Aleta udah sarapan duluan tadi Oma," balas Aleta tersenyum.

Aleta berbohong. Dia sudah terbiasa seperti ini. Aleta lebih mementingkan Oma dan Reyhan dibandingkan dirinya sendiri. Aleta tidak peduli jika dirinya tidak makan berhari-hari yang terpenting baginya Oma dan Reyhan bisa makan.

Aleta melirik jam dinding. "Oma, Aleta berangkat sekolah dulu ya," ucap Aleta.

Aleta memakai sepatunya, sapatu yang sudah tidak pantas untuk dipakai, tapi Aleta juga tidak punya uang jika harus membeli sepatu yang baru.

"Iya, hati-hati ya Aleta," sahut Oma.

"Reyhan, Kakak sekolah dulu ya. Kamu Jagain Oma di sini, jangan kemana-mana sebelum Kaka pulang," peringat Aleta pada Reyhan.

"Siap Ka, Kakak hati-hati ya ke sekolahnya. Nanti pulang sekolah main sama Reyhan ya," pinta Reyhan dengan semangat.

"Iya Dek, nanti kita main bareng kalau Kakak udah pulang sekolah," jawab Aleta sambil mengelus pipi Reyhan.

Aleta menyalami punggung tangan Oma. "Oma, jangan terlalu kecapean ya, kalau kue-kuenya gak abis nanti aku aja yang jualin kuenya. Oma jangan terlalu maksain buat jualan kue karena Oma juga butuh istirahat," jelas Aleta.

Aleta berjalan kaki menuju sekolahnya, sekolahnya memang tidak terlalu jauh, Aleta tidak punya uang jika harus naik angkutan umum.

Di perjalanan banyak pasang mata yang memperhatikannya.

"Itu kan si Aleta yang miskin itu, emang dia dapet uang dari mana bisa sekolah gitu," bisik Ibu-ibu.

"Mungkin dia nyopet atau maling rumah orang," sahut Ibu-ibu lainnya.

"Miskin aja sok-sokan mau sekolah, lebih pantes ngemis aja orang miskin kaya kamu mah!"

"Sok banget dah mau sekolah gitu. Mending kamu mulung aja sana! Gak pantes banget orang miskin kaya kamu sekolah!"

"Paling di sekolah dia dihina sama orang-orang. Saya yakin gak bakal ada orang yang mau temenan sama orang miskin kaya dia."

Aleta tersenyum tipis mendengar hinaan itu untuknya, yang bisa Aleta lakukan saat ini adalah bersabar. Percuma melawan karena ia tidak akan menang, semua perbuatan pasti akan ada balasannya dari Allah.

Aleta terus melangkah menyusuri jalan, dia memikirkan cara untuk mendapatkan uang agar Reyhan dan Oma bisa makan.

Aleta tidak mau jika Oma dan Reyhan sampai kelaparan, Aleta juga tidak tega melihat Oma yang terus berjualan kue setiap hari, kasian Oma.

Lamunan Aleta buyar ketika ia terjatuh. "Aw, aku ceroboh banget sih," rutuk Aleta pada dirinya sendiri. Aleta menepuk-nepuk roknya yang kotor, tiba-tiba ada bayangan seseorang di sampingnya.

"Lo gak papa? Sini gue bantuin bangun," ujar orang itu sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Aleta berdiri.

Aleta tersentak, orang-orang tidak akan mau menyentuh tangannya karena jijik padanya. Tapi orang yang ada di sampingnya ini malah mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri, mungkin karena orang ini belum tahu kalau ia hanya orang miskin.

"Tangan gue pegel nih, lo gak mau berdiri?" sahut cowok itu.

Aleta dengan ragu menerima uluran tangan orang itu. "Makasih," ujar Aleta tulus.

"Sama-sama, lo gak papa kan. Ada yang luka gak?" tanya cowok itu.

"Aku gak papa kok, sekali lagi makasih ya," Aleta bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa orang ini bersikap baik padanya? Biasanya orang-orang malah menertawakannya ketika melihat ia sedang terjatuh ataupun menderita.

"Syukur deh kalau lo gak papa, kalau gitu kita kenalan dulu," ucap orang itu sambil tersenyum. Tanpa ragu orang itu kembali mengulurkan tangannya untuk mengajak Aleta berkenalan.

Aleta terdiam, baru kali ini ada yang mengajaknya berkenalan dan juga mengulurkan tangannya tanpa rasa jijik.

Biasanya orang-orang selalu merasa jijik kalau ia tak sengaja berkontak fisik dengan mereka, tapi orang di sampingnya ini malah tanpa ragu mengulurkan tangannya dan malah tersenyum memandanginya.

Aleta benar-benar tidak mengerti dengan orang yang ada di sampingnya ini, tapi entah kenapa ia merasa yakin kalau orang yang ada di sampingnya ini adalah orang baik.

"Tangan gue dianggurin nih," cetus orang itu membuyarkan lamunan Aleta.

Aleta sedikit ragu membalas uluran tangan orang itu, tapi Aleta meyakinkan diri kalau orang yang ada di sampingnya ini adalah orang baik. "Na-ma aku Ale-ta. kalau na-ma ka-mu si-apa?" tanya Aleta dengan terbata-bata.

Orang itu terkekeh pelan. "Gak usah gugup gitu akh. Santai aja, gue gak gigit kok. Nama gue Alvaro, lo bisa manggil gue Al," jelas Alvaro tersenyum.

🍁

Gimana nih part pertamanya? Semoga kalian suka ya ❤

Jangan lupa vote and comment ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang