🍁{ENDING}🍁

37.1K 950 215
                                    

"Terimakasih untuk segalanya Sayang."

Happy Reading 💛

Maaf kalau banyak typo 😄💛

🍁

Tanpa terasa sudah seminggu berlalu, sekarang Alvaro ngekost di kosan yang ada di dekat rumah Aleta agar ia bisa terus bertemu dengan Aleta.

Aleta merasa bosan karena hari ini libur sekolah, ia hanya sendirian di rumah, Reyhan dan Milka sedang pergi ke luar. Ketukan pintu dari luar membuat Aleta beranjak dari kamarnya untuk membuka pintu.

Aleta tersentak ketika mengetahui kalau orang yang mengetuk pintu itu adalah Maria, ada apa tiba-tiba Maria datang kemari?

"Masuk Tante," ajak Aleta.

Maria duduk di ruang tamu bersama Aleta yang duduk di depannya. "Aleta, Tante mau minta maaf, maaf karena Tante udah bersikap jahat sama kamu. Tante nyesel, maafin Tante Aleta," ujar Maria.

Aleta mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Maria. "Gak papa Tante. Aku ngerti kenapa Tante bisa bersikap kaya gitu ke aku, maafin aku juga Tante, aku udah buat Alvaro koma, dan sekarang aku udah buat Alvaro susah, maafin Aleta Tante," ujar Aleta tulus.

"Itu bukan salah kamu, itu salah si brengsek Kyra itu, untung dia udah di penjara. Kita lupain aja masa lalu, ayo kita buka lembaran baru Aleta," ucap Maria sambil tersenyum lebar ke arah Aleta.

Aleta merasa senang karena Maria sudah mau tersenyum lagi padanya, ia sangat bersyukur akan hal itu. "Oh, maaf Tante, aku buatin Tante minuman dulu ya, Tante pasti haus," ucap Aleta, ia berdiri lalu melangkah ke arah dapur.

Maria menyeringai menatap punggung Aleta yang semakin menjauh, ia mengeluarkan pisau dari dalam tasnya. "Tante gak bakal maafin kamu Aleta," gumam Maria.

Maria menyembunyikan pisau itu di balik punggungnya ketika Aleta sudah datang dengan membawa nampan berisi makanan ringan dan juga minuman.

Setelah berbincang-bincang ringan Maria meminta Aleta untuk mengantarnya ke wc, tapi tanpa Aleta duga Maria mendorongnya hingga kepalanya membentur tembok. "Tante, apa yang Tante lakuin?" tanya Aleta tidak mengerti.

Maria mengulurkan tangannya mencekik leher Aleta. Aleta mencoba menjauhkan tangan Maria karena ia kesulitan bernapas. "Lepasin Tante, Aleta gak bisa napas," ucap Aleta pelan.

"KAMU MEMANG PANTAS MENDAPATKAN INI! GARA-GARA KAMU HIDUP SAYA DAN ANAK SAYA JADI MENDERITA! SAYA SANGAT MEMBENCI KAMU ALETA! LEBIH BAIK KAMU MATI AJA!" murka Maria.

Maria mendekatkan pisau yang ia bawa ke leher Aleta, Aleta menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya terasa lemas dan tidak kuat untuk melawan. "Jangan Tante, jangan," pinta Aleta.

"Aleta, kamu gak pantes buat anak saya, kamu hanya akan membawa penderitaan buat anak saya. Harusnya kamu menjauh dari anak saya, tapi kenapa kamu selalu saja mendekat! Kalau kamu mati saya akan tenang, anak saya gak bakal nikah sama cewek pembawa penderitaan seperti kamu!" ujar Maria panjang lebar.

"Apa salahnya kalau aku sama Alvaro Tante?! Aku cinta sama Alvaro, aku juga gak mau dia terluka, tolong Tante jangan kaya gini. Aku sayang sama Alvaro Tante, tolong jangan lagi-lagi pisahin kami, aku mohon Tante," pinta Aleta sambil menangis.

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang