Dengerin lagu sedih-sedih ya..
Gracio POV
Did I ever tell you how beautiful Shani Indira is?
Tidak dipungkiri karena pesona dan kekalemannya membuat karir Shani Indira menjadi cemerlang seperti sekarang, menjadi salah satu artis yang diperhitungkan di Indonesia. Kaya akan prestasi dan tidak pernah membuat sensasi. Shani menjelma menjadi sosok yang tidak mudah diraih dan benar-benar professional dalam bekerja. Kehidupan pribadinya menjadi santapan hangat bagi media-media yang kehausan akan berita mengenai dirinya.
Prestasi Shani tidak lepas dari sifatnya yang sangat ramah, baik hati, dan sopan. Aku mengakui caranya memperlakukan orang lain benar-benar membuat kita merasa special. Dan mungkin itu juga yang membuatku tidak pernah bisa melepaskan pandangan mataku pada orang lain selain dia. Aku bahkan tidak menyadari bahwa hari dimana seorang Gracio pertama kali bertemu dengan Shani adalah hari jatuh cinta pertamaku.
"Capek banget Ge"
Shani berjalan mendekat, dan dengan sigap aku mengulurkan sebotol air mineral kepadanya. Menjadi co asisten Shani selama 3 tahun ini adalah job desc tak tertulisku. Menemani dia pemotretan -terkadang menjadi salah satu main photographer, atau hanya menyambangi lokasi syutingnya menjadi salah satu kewajiban jika tidak ada kegiatan di JKT48.
"Istirahat dulu, jadwal kamu padat banget, belum lagi jumat depan udah mulai persiapan acara Red Carpet Fashion Week."
Shani mengerang kesal karena aku ingatkan akan acara besar yang menantinya. Dengan tiba-tiba meletakkan kepalanya di bahuku. Begini lah cara dia berisitirahat, dan aku akan selalu merelakan bahu ini untuknya. Hanya untuknya.
"Chat-an sama siapa? Lala?" Shani tengah memandang layar handphoneku sedari tadi.
"Gak ada."
"Awas aja kamu PHP in dia." Shani memilih memejamkan matanya kembali, sedangkan aku memilih untuk meletakkan handphone beristirahat dengan kepala saling bersandar.
I just keep my eyes on you, Shani...
Satu hobi Shani yang paling membuatku kesal adalah Shani selalu berhasil membuat aku khawatir. Seperti saat ini, dengan panik aku meninggalkan FX Sudirman dan segera menuju rumah sakit. Asisten sekaligus manajernya memberi kabar kalau Shani tumbang sehabis mengejar 4 set syuting filmnya. Aku ga ngerti lagi kenapa dia bisa jadi seambisius ini.
Ketika masuk ke ruang perawatan, aku bisa lihat selang infus terpasang di tangannya yang mulus, matanya masih terpejam efek dari obat bius yang terpaksa harus dikonsumsinya.
Melihat wajahnya yang damai seperti sekarang ini adalah pemandangan yang langka. Selama ini wajah ayu dan polos yang sedang tertidur didepanku selalu menunjukkan senyum palsu, seperti kehebatannya dalam berakting dia asah dalam kehidupan sehari-hari, Shani seperti memendam sendiri perasaannya.
Shan, Do you know how much I love you?
Inginku, tidak hanya terlihat saat Vino mencampakkanmu. Mauku selalu melihat kamu tersenyum. Jika Vino tidak mampu, why don't you choose me?
I would sacrifice my life for you.
"Ge" Setelah beberapa lama memandangi gadis ini, panggilannya menyadarkanku untuk kembali ke realita.
"Kenapa sampai kayak gini sih?" Aku mendekat dan duduk di tempat tidurnya. Dengan pelan merapikan helaian rambut Shani yang menutupi wajahnya yang pucat.
"Tumbang, I reach my milestone I think."
"Its not something that you can pride about, kenapa sampai kaya gini? Kamu bisa berenti sejak tadi malam. Dan kenapa maksain 2 set lagi sampai jam 1 pagi?"

YOU ARE READING
Pacar Gue Member JKT48 [END]
Fanfiction[WARNING: karakter Vino disini dibayangin sekehendak kalian, tidak menjurus ke orang tertentu. Kalau mau bantuan imaginasi buka part 'Jogja yang Hilang'] Gimana rasanya, pacar lo tiba tiba mutusin buat backstreet karna jadi member JKT48? Hidup Vino...