Chapter 13 : 他の场所で

233 46 4
                                    

Brughh!!

Izumi mendesis lirih. Lututnya perih usai terjerembap ke tanah landai yang tertutupi dedaunan kering. Kepalanya pening, meski pandangannya sudah tidak seburam beberapa saat lalu. Perutnya mual, serasa diaduk hingga membuatnya ingin muntah.

"Hoekk!"

Izumi mengusap sudut bibirnya, seluruh isi perutnya benar-benar keluar secara paksa. Ia mengambil napas dalam. Coba mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Pohon-pohon di sekitarnya terlihat menjulang tinggi-dengan ukuran yang tidak bisa dibilang lebih besar dari tempat asalnya.

Langit yang membentang tampak masih gelap. Bahkan berawan, hingga bulan tidak bisa terlihat begitu jelas. Hanya ada suara hewan malam yang turut mengisi kesunyian tempat itu.

"Tempat ini asing sekali," Dia bergumam cemas.

Udara yang melewati pori-pori kulitnya terasa lebih dingin. Pelan, langkahnya membawa ia pergi dari tempat itu. Izumi memilih mengikuti instingnya.

Usai berjalan cukup jauh, dia bisa melihat jalanan besar. Tidak ada orang yang berlalu lalang. Benar-benar sepi. Tapi entah mengapa, firasatnya mengatakan jika ia harus pergi ke jalanan itu. Coba mencari pertolongan yang mungkin bisa dia dapatkan.

DORR!!

Izumi tertahan di tempat. Napasnya tersekat. Matanya membeliak terkejut menyaksikan seseorang yang tumbang usai mendapatkan satu buah luka tembak di kepala.

Lelaki yang baru saja melakukan itu masih tak bergeming-membelakanginya, berdiri santai di samping benda aneh beroda empat yang belum pernah ia lihat sebelum ini.

Tiba lelaki itu berbalik, napasnya seolah direnggut paksa. Lelaki itu menaikkan satu alis, sedetik kemudian mengeraskan rahang dan mengacungkan senjata apinya tepat ke arah Izumi.

Izumi tidak bisa fokus. Kepalanya tiba-tiba saja pening dan telinganya berdengung nyaring. Izumi memegangi pelepisnya, pening di kepalanya semakin menjadi. Matanya terpejam sesekali, tanah yang dipijakinya serasa berputar.

Izumi gagal menjaga keseimbangan, ia terjatuh ketika gelap menguasai kesadarannya sesaat kemudian. Bersamaan dengan senjata itu yang memuntahkan satu peluru.

🌌

"Bagaimana keadaan Sasuke?"

Seorang pria berusia lanjut yang tengah berdiri menghadap jendela bertanya tenang. Kedua tangannya terjalin ke belakang tubuh. Sosok pemuda dengan rambut putih dan sebelah mata yang tertutup ikat kepala, berdiri tiga meter di belakangnya.

"Masih belum sadarkan diri. Tapi, kondisinya telah membaik."

"Hm, lalu bagaimana dengan Itachi?" Pria berusia lanjut itu melirik sosok di belakangnya sekilas.

"Kami masih belum menemukan jejaknya. Kemungkinan besar dia sudah dibawa pergi dari hutan itu sebelum para Anbu tiba."

Ia menghela napas. "Entah kenapa, aku jadi memiliki firasat yang tidak baik tentang ini."

"Kau tidak perlu mencemaskannya, Tuan Hokage. Para Anbu masih berusaha mencari Itachi. Dia pasti akan segera ditemukan."

"Aku juga berharap hal yang sama. Dan aku punya keyakinan dia masih hidup, tapi aku lebih khawatir dengan sosok yang membawanya pergi."

"Kau mencurigai seseorang, Tuan Hokage?"

Hogake ketiga, Hiruzen Sharutobi, sosok pria berusia lanjut itu terdiam beberapa lama. Ada banyak hal yang menyambangi otaknya sejak tadi. Tapi, ia segera menepis kemungkinan terburuk.

𝐵𝑙𝑜𝑜𝑑𝑦 𝐴𝑛𝑖𝑚𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang