29

2.7K 149 0
                                    

Jika tak berani mengungkapkan langsung cobalah dengan mengungkapkannya lewat do'a.

...

Siang ini dibawah teriaknya matahari siang, humaira berjalan menuju madrasah tempatnya mengajar. Tadi saat pulang humaira memang sengaja tak ikut bersama fatimah dan putra, ia beralasan akan bertemu dosen pemimbimbingnya padahal nyatanya ia hanya ingin menjauh dan menjaga jarak kepada putra. Jadilah ia mampir ke rumah makan ibunya lalu pergi lagi dengan ojek online ke madrasah.

Jika ditanya kenapa tidak turun didepan madrasah? Ya karena ia tak mau saja, ia hanya ingin menikmati teriknya matahari siang ini ditemani anginnya pula.

Ah humaira memang aneh, ya ia sangat aneh. Banyak orang lain yang menghindari teriak matahari tapi ia? Malah ingin menikmati.

Setelah berjalan cukup jauh dari depan kompleks ke madrasah, akhirnya humaira sampai didepan madrasah. Saat sampai tepat digerbang, mata humaira tertuju pada dua orang yang berdiri menyambut anak-anak untuk masuk.

Maryam, dan putra.

Mereka, dua orang yang saling tersenyum menyambut para murid, dan sesekali saling berpandangan.

"Ya allah, baru sampai sudah dipertontonkan hal seperti ini". Gumam humaira sembari menggeleng dan mengelus dadanya.

Humaira menarik nafasnya dalam, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk.

"Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatu". Salam humaira sembari menunduk.

Putra dan maryam mengarahkan pandangan kepada humaira, lalu menjawab salamnya dengan bersamaan.

"Hai humaira, apa kabar?" sapa maryam sembari menggandeng humaira ramah.

Humaira mengangkat kepalanya lalu tersenyum kepada maryam. "Alhamdulillah, aku baik" jawab humaira.

Maryam mengangguk, "bagaimana kabar kamu?" tanya balik humaira.

Maryam tersenyum, "alhamdulillah. Seperti yang kamu lihat? Aku sangat baik" jawab maryam dengan wajah yang sangat berseri, entah apa yang membuatnya berseri, tapi humaira ikut bahagia jika sahabat barunya ini juga bahagia.

"Alhamdulillah, baiklah aku pamit masuk" ujar humaira, dan maryam melepas gandengannya lembut dan membiarkan humaira masuk.

Humaira berjalan menunduk melewati putra, sembari bergumam kecil pamit pada putra, "Mari" gumamnya yang mungkin sama sekali tidak terdengar putra.

Tapi, semua dugaan itu salah.

Putra mendengar suara kecil humaira, ia sangat mendengar jelas.

Putra menengok melihat kepergian humaira sembari tersenyum.

Sedangkan maryam yang tanpa sengaja menengok kearah putra pun melihat laki-laki yang ia kagumi itu memperhatikan kepergian humaira, sahabat barunya itu.

Pikiran-pikiran tak masuk akal pun masuk kedalam otak maryam, semua dugaan-dugaan yang akan melencengpun ikut muncul.

"Baiklah, jika pada akhirnya aku yang harus mundur maka aku akan mundur sekarang juga". Ucap hati maryam.

Cinta dalam ikhlas (SELESAI) Where stories live. Discover now