Chapter 2: Pertemuan Pertama

2.3K 302 23
                                    

"Aku suka berlama-lama menatap matamu yang teduh karena di sana kesombongan diri dan keangkuhanku selalu runtuh."

― mocoati via kumpulan puisi.









Ten adalah seorang psikiater yang profesional. Ia seratus persen dapat diandalkan dan hampir semua orang mengakui hal itu. Pasien yang berhasil ia sembuhkan sudah tak lagi dapat dihitung dengan jari. Maka dari itu, bukan suatu yang aneh jika ia selalu diberi tugas untuk menangani pasien dengan gangguan jiwa berat. Olehnya, ia tak pernah lepas dari berbagai macam buku untuk mencari tahu bagaimana cara yang tepat untuk membantu pasiennya.

"Kau memaksakan dirimu lagi," sesosok pria dengan tinggi di atas rata-rata orang Korea masuk begitu saja ke ruangan Ten, mengabaikan pemuda asal Thailand yang memandangnya dengan kesal.

"Berkutat dengan buku setebal itu sementara kau sudah pintar," sambung pria itu, "Kau ini maunya apa?"

"Aku kira kau sudah diajarkan sopan santun, Johnny?" cibir Ten, "Ketuk pintu sebelum kau masuk ke ruangan orang lain."

Yang baru saja dipanggil Johnny itu mengendikkan bahunya, "Aku rasa aku tidak perlu melakukan itu denganmu."

Baiklah.

Namanya Seo Youngho, tapi ia lebih sering dipanggil Johnny. Ia merupakan teman baik Ten semenjak kuliah di Universitas California, San Francisco.

Awal mula pertemuan mereka adalah ketika hari pertama tahun ajaran baru, di mana Ten, yang baru saja pindah dari Thailand, mengalami kesulitan untuk memesan makanan. Kebetulan sekali Johnny lewat dan kemudian membantu Ten untuk memesan makanannya. Meskipun awalnya mereka tak banyak bicara kepada satu sama lain karena terhalang oleh bahasa, akhirnya mereka dapat dengan cepat menyesuaikan diri karena keduanya berasal dari departemen yang sama dan juga merupakan anggota dari Asosiasi Mahasiswa Internasional, yang mau tak mau membuat keduanya menjadi lebih dari sekedar sering berjumpa satu sama lain.

Beberapa tahun kemudian, mereka lulus dengan nilai yang hampir sama baiknya, hingga kini bekerja di tempat yang sama. Mungkin itulah yang menyebabkan Johnny menjadi tidak segan pada Ten.

Di antara sekian banyak persamaan yang telah disebutkan, ada beberapa hal yang membedakan mereka berdua.

Pertama, Ten menjabat sebagai salah satu kepala bagian di NCMH, sementara Johnny bisa disebut sebagai tangan kanan Ten.

Kedua, sekaligus hal yang paling sering membuat mereka berdebat, Johnny adalah alpha sementara Ten sialnya adalah seorang omega.

"Mau apa kau ke sini?" Ten menghembuskan nafas lelah, "Tidak mungkin kau ke sini hanya untuk menggodaku 'kan?"

Johnny tergelak, "Astaga Ten! Kau memang omega tapi bukan berarti aku harus membuatmu tertarik padaku. Kau terlalu garang!"

Ten melirik tajam ke arah Johnny.

"Whoa- tenang-tenang," Johnny mengangkat kedua tangannya persis seperti pencuri yang tertangkap basah, "Maafkan aku, seonsaengnim."

"Johnny, berhenti main-main! Aku lelah menghadapi candaanmu."

Pria bermarga Seo itu tersenyum jahil sembari menopangkan kaki kanannya pada kaki kirinya, "Aku hanya ingin menyampaikan kabar buruk," ujarnya dengan nada menggoda, "Senior kesayanganmu resmi dipindahtugaskan besok."

Bola mata Ten membulat, mulutnya terbuka penuh keterkejutan, "Joonmyeon hyeong?!" pekiknya tidak percaya.

Johnny mengangguk.

"Kenapa ia tidak memberitahukannya padaku?"

"Oh ya?" Johnny memberi tatapan penuh ejekan pada Ten. "Aku rasa dia memberitahumu, tapi kau terlalu sibuk dengan dokumen atau buku-buku itu. Coba sekarang cek ponselmu."

[Remake] On My WayWhere stories live. Discover now