Chapter 9: Awal yang baru

2.6K 267 23
                                    

"Mencintaimu serupa air laut. Pasang surut akan selalu ada. Namun, air laut tidak pernah berubah rasa." – Andhikahadip via kumpulanpuisi






Kun mengangguk sebagai tanda persetujuan. Ia menunggu Ten untuk mengatakan apa yang ingin dikatakan. Pemuda asal Thailand itu memainkan selimut dengan jarinya, "Masih ingat tentang ucapanku—" Ten berhenti, "—tentang alpha?"

Ten bisa mendengar desahan berat Kun, namun ia lebih memilih diam sampai pria itu menjawab.

"Iya. Kau membenci—"

"Tunggu, berhenti di sana" Ten mengulurkan tangannya, mengisyaratkan Kun agar berhenti, "Aku akan menjelaskan mengapa aku membenci alpha."

Ten mencoba meyakinkan Kun, menatapnya dalam sehingga pria yang lebih tua mengangguk mengiyakan. Ten tersenyum tipis.

"Sejak kecil aku selalu merasa perlakuan terhadap alpha, beta, dan omega itu sangat tidak adil."

"Alpha selalu diperlakukan layaknya raja, sang pemimpin, superior, segalanya," Ten mendesah berat, memajukan bibirnya, "Omega selalu harus berada di bawah alpha dan beta. Perlakuan setiap orang pada omega sangatlah—uh—menyebalkan. Mereka pikir omega itu tidak bisa melakukan apa pun."

Kun memperhatikan raut wajah Ten yang mulai merasa tidak nyaman.

"Ketika aku di bangku sekolah, kuliah, bahkan ketika aku sudah berada di posisiku sekarang ini," Ten melanjutkan. "Selalu ada yang mengatakan; dia omega, tidak seharusnya dia berada di sini. Tidak seharusnya dia memimpin alpha dan beta."

Ten merasa Kun mulai meremas telapak tangannya dengan lembut.

"Aku tentu saja menjadi diriku yang tidak mau menyerah. Aku bekerja dua kali, atau tiga kali lebih keras dibanding yang lain agar dapat mencapai mimpiku dan orang-orang bisa menyadari bahwa omega seperti diriku tak semenyedihkan yang mereka bayangkan."

"Namun bagaimana pun juga hal itu tidak bisa hilang," Ten menunduk, suaranya melirih. "Fakta dimana aku hanya seorang omega yang akan berada di bawah kendali alpha tidaklah hilang dan aku benci itu."

"Ten, jika kau—"

"Biarkan aku membuka semuanya, Kun," Ten memotong ucapan Kun. Lelaki yang lebih tua mengangguk, "Lalu kau datang, soulmate-ku yang jujur tidak pernah aku tunggu."

Ten tahu Kun merasa sakit akan perkataannya. Kilat mata itu memancarkan kesedihan ketika Ten mengatakan hal itu.

"Aku tidak pernah berharap memiliki seorang soulmate, terutama alpha yang akan menginjak diriku."

"Betapa aku membencimu, Kun. Aku sangat membencim."

"A-"

Ten tidak membiarkan Kun untuk membuka mulutnya. Dengan lembut ia membawa tangannya untuk mengusap pipi Kun, "Tapi entah mengapa, aku juga mencintaimu."

Kun tidak bersuara, namun Ten bisa mendengar napas Kun yang tertahan di ujung tenggorokan, dapat mendengar degupan dadanya yang menenangkan, dan dapat melihat pupil mata sehitam malam itu melebar.

"Tapi aku tidak bisa menjadi omega dari siapa pun."

"Siapa yang bilang aku ingin kau menjadi omega-ku?"

Ten tertegun, tidak bisa berkata apapun. Ia sama sekali tidak menyangka Kun akan mengatakan hal semacam itu. Ia menggigit bibirnya dengan kepala yang ditundukkan, "Tidak ada."

"Lihat aku," Kun mengangkat wajah Ten dengan jarinya, "Aku ulangi, siapa yang bilang aku menginginkanmu sebagai omega?"

Suara Kun meninggi, seolah ikut menampar wajah Ten, "Aku yang mengatakan."

"Aku menginginkanmu, Ten." Kun mengatakannya dengan jelas dan lantang, "Aku menginginkanmu sebagai dirimu, Li Yongqin atau Ten, yang membuatku jatuh cinta. Tidak peduli jika kau omega atau apa pun itu. Karena aku mencintaimu."

Kun menatapnya dengan kilat mata penuh keseriusan, "Jatuhkan segala pemikiranmu tentang alpha dan omega, lihat aku sebagai Kun. Aku benar-benar serius denganmu," Kun berucap dengan tegas, "Namun jika kau memang tidak mau memiliki hubungan khusus apa pun denganku, katakan sekarang, sehingga aku tidak perlu berharap denganmu, Ten."

Ten merasa kaku, seperti tubuhnya benar-benar tidak dapat digerakkan sama sekali. Jantungnya, bahkan ia tidak tahu masih berdetak atau tidak. Ia menggigit bibirnya, suaranya terasa hilang terbawa dinginnya angin pergantian musim, dan tidak bisa membalas apa pun perkataan Kun.

Ia menunduk, membuat rambutnya jatuh dan dengan indah menutupi matanya. Menyembunyikan air mata dan pancaran kesenangan di mata itu. Ia mengatur napasnya dan memejamkan mata.

"Aku tidak tahu. Aku tidak tahu," Ten menggeleng keras. Buku jarinya memutih karena kencangnya ia mengepalkan tangan, "Aku takut kau akan meninggalkanku nanti—seorang yang tidak bisa mengakui dirinya omega. Aku juga tidak bisa melakukan itu denganmu, aku takut. Ketika nanti kau berpikir untuk memiliki anak—sementara aku tidak mau—kau akan mencari omega yang pantas untukmu, meski aku soulmate-mu sekalipun."

Kun menyingkap rambut yang menupi mata Ten dengan tangannya. Ia membawa wajah itu untuk lebih mendekat dengan wajahnya, "Boleh aku menciummu?"

Ten menatap kosong Kun, matanya basah dengan air mata, bibir bergetar. Sekali lagi, Kun berpikir bahwa Ten benar-benar indah. Pria yang kini bersurai cokelat itu mengangguk, membuat Kun tersenyum senang.

Kun menciumnya. Ten melemaskan tubuhnya dalam ciuman mereka, membiarkan tangannya mencengkram bahu Kun, mengizinkan Kun untuk menaruh lengannya pada pinggang Ten. Sesaat Ten mengeluarkan desahan kecil, namun itu membuat Kun memperdalam ciuman mereka, membagi kehangatan.

Ten merasa tubuhnya melemas, jari-jarinya menari di dada Kun, memegang kaus yang Kun kenakan. Kun membuat Ten lupa caranya untuk bernapas. Ciuman yang terasa asing namun hangat.

Ketika Kun memutuskan ciuman mereka, Ten terengah dengan wajah memerah, tangannya masih memegang kaus Kun. Ia bisa melihat ada garis air liur yang menyambung dari bibir Kun dan bibirnya.

Kun sendiri membawa telapak tangannya pada pipi Ten yang masih basah karena air mata dan mengusapnya dengan lembut. Betapa Ten menyukai Kun yang seperti ini. Benar-benar membuatnya nyaman dan merasa aman.

"Jangan terlalu banyak berpikir hal yang tidak perlu," Kun mengecup dahi Ten, membuat Ten memejamkan matanya, "Hanya kau yang aku inginkan. Selama kau menginginkanku, aku akan terus bersamamu. Jika kau ingin aku pergi maka aku akan pergi."

Ten tidak bisa berkata apapun. Dalam dekapan Kun yang menyamankannya, ia berusaha mengumpulkan suaranya, "Aku mau," Ia berusaha agar suaranya jelas, "Aku—aku mau kau bersamaku."

Kun mengembangkan senyum, senyuman terlebar yang pernah ia tampilkan selama ini. Ia mendekap Ten, lebih erat dari sebelumnya. Ten tertawa di sela isakannya, tawa paling ceria yang pernah Kun tahu.

"Hei, Kun," ucap Ten memecah keheningan yang sempat melingkupi keduanya, "Heat ku sepertinya akan datang dua minggu dari sekarang."

Kun membulatkan matanya. "Apa?!" Ia seperti tertohok, "Tunggu, kau mau—kau yakin mau aku bersamamu?"

"Apa salahnya mencoba?" Ten tersenyum jahil meski pipinya masih basah akan air mata. "Mungkin—bersama denganmu aku akan baik-baik saja."

"O—" Kun terpaku, menatap wajah Ten dengan mata berkilat indah. "Okay. Okay, aku akan menjagamu."

Ten tidak bisa menolak tentang statusnya sebagai omega, ia bahkan yakin masih banyak yang akan merendahkan kemampuannya. Namun dengan Kun, soulmate yang ada di sampingnya, kekasih hidupnya, Ten yakin ia akan baik-baik saja.

[Remake] On My WayWhere stories live. Discover now