8

681 55 2
                                    

"Han, perempuan memang begitu, mereka butuh diberi kenyamanan," kata Ariel yang tiba-tiba mencoba masuk ke pembicaraan.

"Oh--jadi menurut kau, kawanku ini gak bisa kasih dia kenyamanan?" Hanand membalas pernyataan Ariel sambil menunjuk ke arahku.

"Bukan begitu, setahuku, selain rasa nyaman perempuan juga butuh sesuatu yang baru. Atau setidaknya sesuatu yang gak itu-itu saja,"

"Yang gak itu-itu saja? Oi, Riel, kenapa harus dia yang merasa begitu? Kenapa bukan Key? Bukankah Key juga bertahan dengan yang itu-itu saja? Lihat, tuh, bahkan sampai bego," lagi-lagi Hanand mengarahkan telunjuknya tepat ke arahku.

"Oi, oi.. su-" baru mau aku bicara, Ariel memotong dengan berbicara sembari menggerakkan tangan selayaknya Ketua RT yang sedang memberi ceramah setiap Jumat pagi, "Ya, jatuh cinta itu kadang seperti ada batas waktunya, bukan berarti sudah ditentukan seperti kita merental PS tapi masing-masing dari yang menjalani suatu hubungan punya keputusan dan perasaannya sendiri-sendiri. Ada banyak kejadian yang kita gak pernah tahu kejadiannya seperti apa, cuma Sera yang tahu kenapa dari Key dia memilih pergi. Selain itu, bukankah kita sebagai manusia selalu bersikap tamak? Menginginkan yang lebih setelah mendapatkan yang cukup. Itulah kenapa ada kata-kata busuk semacam 'semua lelaki sama saja' Mungkin saat ini Sera sedang ingin sesuatu yang lebih."

"Ahhahahaa, memang jatuh cinta kadang seperti kita merental PS. Dua orang yang memainkan suatu permainan. Ini tentang siapa yang lebih dulu bosan. Stick siapa yang lebih dulu rusak. Atau sejak awal memang permainan ini hanya bisa dimainkan dengan taruhan hati yang nantinya akan patah," sialnya, kata-kataku malah seperti mengiyakan pidatonya Ariel yang jelas-jelas membosankan.

"Dan sekarang Sera yang lebih dulu bosan. Atau stickmu yang lebih dulu rusak, Key?" Tanya Ariel.

"Ngomong apa si, kalian ini? Stak-stik-stak-stik," potong Hanand yang sepertinya kurang setuju dengan pembicaraan ngawurku dan Ariel.

"Hahaha.. memang tidak sepantasnya disebut permainan kalau ini melibatkan hati. Tapi, ya, orang ngaco kan sudah sewajarnya bicara ngaco," Ariel menjawab sambil tertawa.

"Yang ngaco di sini kan cuma Hanand, Riel. Dia tua sendiri, dan lihat perut koruptornya," aku menunjuk perut Hanand yang seperti ibu-ibu sedang hamil 18 bulan.

"Tapi jangan salah, Key, Hanand gini-gini juga punya sisi romantis. Perut buncitnya bisa mengundang banyak dedek-dedek gemes,"

"Terus! teruuuuuus saja.. siapa tahu di-bully gini aku kurus,"
"Jangan mau kurus, perut buncit kan sisi lucumu, Han," kataku.
"Lucu dari mana?" Sahut Ariel.
"Eh, kau gak tahu aja sekarang perut buncit lagi diminati banyak wanita, kakak emesh selebgram juga banyak yang incar aku," selain perutnya yang agak berlebihan, Hanand juga punya tingkat kepercayaan diri yang di atas rata-rata, hampir sampai ke-tahap gila!
"Bhahahaha, mustahil! Aku tahu kau, Han. Siapa lagi memang di bumi ini orang yang tidak tahu diri selain Hanand Si Manusia Tampan Tak Terkendali," Ariel meledek sambil tertawa lepas.
"Eh, sorry-sorry! Apa perlu kalian lihat chat-nya?"
"Mana?"
"Oke!" Hanand seketika beranjak ke kamar mengambil androidnya dan kembali duduk di antara aku dan Ariel dengan memasang wajah bangga sekaligus songong yang ala Hanand. Lalu menunjukan sebagian chatingan dia dengan seorang perempuan cantik.
"Ini selebgram Bandung, aku kan dah bilang wajahku ini tampan, terlebih perut buncit sekarang benar-benar sedang banyak diminati," tutur Hanand sambil menepuk-nepuk perutnya dengan belagu.
"Oi, Han! Kau santet dia, kan?!" Sentak Ariel.
"Santet itu bukannya kutukan? Pelet kali, bego" sambungku.
"Perempuan cantik seperti ini dekat sama Hanand adalah seburuk-buruknya kutukan, Key!"
"Bangsat memang aku punya teman sebajingan Ariel Kardus!"
"Bahahahaha.. tapi gokil ini, Han. Gimana bisa?" aku menyambung obrolan.
"Ini berkat perut buncitku.." Hanand bercerita panjang lebar. Dan sangat sulit dipercaya, bahwa kedekatan Hanand dan perempuan itu benar-benar berkat perut buncitnya. Yang beberapa waktu lalu sepulang kuliah saat Hanand sedang berjalan menuju parkiran kampus, dia tidak sengaja bertemu dengan perempuan tersebut. Hanand mengenalnya, tentu saja karena mereka pun satu kampus. Hanand bilang perempuan itu punya wajah yang cantik dengan mata yang basah. Perempuan itu baru selesai menangis. Lalu entah dengan jurus kardus semacam apa Hanand bisa mengambil alih situasi dan menciptakan kenyamanan yang membuat perempuan sedih mana pun merasa ingin menceritakan semuanya.

"Aku benci laki-laki kurus!" Teriak perempuan itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dari cerita yang Hanand ceritakan tentang kelanjutan obrolan mereka, aku bisa sedikit menyimpulkan bahwa perempuan itu baru saja dikhianati pacarnya yang ketahuan selingkuh dengan seorang janda seksi satu anak. Yang kemudian direspons dengan perasaan beruntung oleh Hanand sambil berkata sendiri dalam hati, "Terpujilah wahai engkau perut buncitku! Dan rasakan kalian orang-orang kurus amjing! Setidaknya aku punya modal besar untuk tidak masuk ke dalam daftar laki-laki yang dia benci."

***

Untuk beberapa saat dari kenyataan yang walau tidak seharusnya membuatku merasa terluka perihal Sera yang ternyata sedang menghabiskan hari-harinya dengan kekasihnya, yang jika dipikir-pikir lagi memang wajar-wajar saja. Aku berhasil dibuat lupa berkat pembicaraan tidak bermutu Ariel dan Hanand. Ini tidak seperti aku benar-benar lupa. Tetapi lebih seperti aku tidak sedang berada di waktu yang tepat untuk membicarakan Sera. Seperti dari patah hati yang tidak seharusnya aku perlu juga beristirahat. Dan memang untuk dibilang patah hati sekarang ini aku seperti benar-benar sudah tidak merasakannya lagi. Maksudku, walau tidak menyenangkan, tapi mengetahui bahwa Sera ada dan baik-baik saja pun sudah cukup. Aku sudah lama belajar melalui hal-hal semacam ini; mencintai juga boleh dengan tidak berharap. Seperti yang saat ini kulakukan. Aku tidak sedang mengharapi apa pun tentang Sera, semisal berharap dia kembali dan memilih memaafkan banyak hal, termasuk aku.

Memiliki kawan seperjuangan yang di waktu-waktu tertentu bisa sangat berguna juga cukup menyenangkan. Informasi tentang Sera yang sedang jalan dengan kekasihnya didapat oleh Hanand. Berkat Hanand dan Ariel pula aku bisa tetap baik-baik saja seperti sekarang. Aku memang sudah selayaknya tidak merasa kuat, tetapi oleh mereka dan banyak hal lain aku dikuatkan. Walau mungkin di mata Sera saat ini aku adalah seorang pelupa. Yang untuk seketika bisa begitu saja tumbuh sekuat yang dia kira.
Sera mungkin tidak berpikir bahwa hatiku ingat banyak hal tentang dia. Tetapi setelah banyak hal berlalu dan dari hidup Sera aku menjadi seseorang yang sudah telanjur tidak diinginkan, aku mengerti dengan baik bahwa Sera tidak perlu tahu sekuat atau selemah apa aku sekarang. Ini hanya tentang perasaan yang aku genggam sendirian.

Dan untuk seketika aku bisa menyetujui perkataan asal-asalanku satu tahun yang lalu, bahwa tidak pernah ada keadilan saat mencintai seseorang. Sekarang aku benar-benar sepakat dengan itu.

Ini rumit bila dipikirkan. Tentang perasaanku dan bagaimana seharusnya aku menjadi. Tidak tahu sikap apa yang seharusnya pantas untuk keadaan semacam ini. Aku yang masih menyimpan perasaan terhadap seseorang yang sudah memilih pergi. Meninggalkan permainan lama yang baginya sudah telanjur membosankan. Dan mungkin hanya orang bodoh semacam aku yang masih setia memainkan permainan sepatah hati ini. Memegang stick sendirian dengan satu stick tergeletak di sampingnya.

Ini juga sekaligus membuktikan bahwa sebenarnya jatuh cinta bukan hanya tentang bagaimana kita merasa seru, tetapi ada yang lebih dalam lagi dari itu; jatuh cinta juga berbicara tentang sesuatu yang tidak main-main. Karena jika ini hanyalah sebuah permainan, aku percaya bahwa tidak selekat ini Sera ada di hatiku. Maksudku seharusnya aku mampu memainkan permainan yang lain, yang lebih menyenangkan ketimbang menjadi setia untuk kekasih orang.

_______

Alhamdulillah, selamat membaca kembali. Semoga ada kebaikan yang bisa teman-teman ambil dari cerita yang jauh dari kata baik seperti ini.

Bacalah, berkenanlah :)

Langit Yang Jauh Untuk Kecoa Yang TerbalikWhere stories live. Discover now