Chapter 1

570 55 5
                                    

"I'm your huge fan!"

Taka tersenyum gugup saat seorang lelaki berambut cokelat madu bergerak-gerak antusias karena waktunya untuk memeluk dan berfoto dengan para anggota One Ok Rock telah tiba.

Saat itu, One Ok Rock sedang mengadakan tur dunia yang berlangsung cukup lama. Dan seperti yang sudah-sudah, mereka pun menggelar jumpa fans bagi para pemilik tiket VIP. Dengan banyaknya tur sekaligus meet and greet yang mereka gelar, mereka sudah lupa sejak kapan mereka terbiasa dipeluk-bahkan dikecup-orang berdarah barat. Sepertinya, memang itulah kebiasaan mereka, tidak aneh, meski tetap saja itu sedikit aneh di tanah kelahiran mereka. Kini, sekali lagi dengan jumlah yang tak terhitung itu, mereka bahkan menikmati perlakuan dari penggemar mereka. Satu yang masih membuat mereka tidak terbiasa, yaitu fakta bahwa rata-rata penduduk di sana bertubuh tinggi. Jangankan lelaki, perempuan saja kebanyakan setinggi Toru atau lebih. Hal itu cukup menjengkelkan bagi para keempat anggota, terutama bagi Taka yang harus mendongak demi memberikan seulas senyum.

Hal itulah yang membuat Taka sedikit gugup menghadapi lelaki barat di depannya sekarang. Lelaki antusias itu sangat tinggi, raksasa bila dibandingkan dengannya. Menjulang seperti tiang basket. Jika tinggi Taka digabungkan dengan seorang bayi baru lahir yang diberdirikan di kepalanya, barulah tinggi mereka mencapai angka yang sama.

"Thank you for coming," salam Taka dengan sopan, menyembunyikan segala kegugupannya akan ditelan hidup-hidup saat dirangkul lelaki itu.

"I'll be always coming to your shows!" ujar lelaki itu sungguh-sungguh, seolah mengucap janji.

"That will be great, thank you." Taka berujar dan melangkah maju, tangannya yang terangkat mengisyaratkan ini waktunya untuk berpelukan dan pergilah menyelesaikan sesi ini.

Lelaki itu dengan senang hati memeluk pujaannya. Badannya membungkuk, tetapi tetap saja, wajah Taka tenggelam di dada lelaki itu, meski sudah berdiri di ujung jemari kaki.

Di dalam rengkuhan itu, Taka berkedip cepat karena tak nyaman lantaran rengkuhan itu berlangsung cukup lama-terlalu lama dari yang seharusnya. Durasi adalah hal yang penting di setiap kegiatan. Setiap pelukan yang dilakukan setiap anggota pada setiap orang yang mengantre, juga interaksi yang dilakukan, semuanya terbatas dan singkat agar konser bisa digelar dan selesai tepat waktu.

Toru yang berada di sebelah Taka akhirnya mengetuk kakinya yang beralaskan sepatu bersol cukup tebal dua kali, memberi tanda waktu lelaki itu sudah habis.

Melihat tanda dari ketuanya, Taka menepuk punggung lelaki itu pelan hingga lelaki itu melepaskan rengkuhannya dan berjalan menuju Toru.

.
.
.
.

"Dia memegang pinggangku," ujar Taka tiba-tiba saat mereka tengah berganti baju, konser akan digelar sepuluh menit lagi.

"Dia siapa?" Ryota bertanya.

"Yang tadi, yang tingginya sampai ke ring basket."

"Yang memelukmu terlalu lama?" Toru ikut bergabung.

Taka mengangguk kuat-kuat. "Maksudku, saat berfoto, biasanya orang merangkul pundak, 'kan?"

"Dia memang merangkul pundakku," ujar Toru.

"Lihat?" Taka memprotes. "Tapi dia melakukannya di pinggangku, seperti... berfoto dengan perempuan?"

"Tenanglah, Mori-chan," ujar Ryota menenangkan, "lagipula, ini bukan yang pertama kalinya, 'kan?"

"Oh, dia tidak akan bisa tenang." Dari ujung ruangan yang satunya, Tomoya menimpali dengan tawa tertahan yang membuat Taka menatapnya galak, "akhir-akhir ini Taka-chan sensitif jika menyangkut fanboy-nya."

Toruka: Pulling Back [COMPLETED]Where stories live. Discover now